57. Reason
_____________
"Maaf ...."
__________
Suasana makan malam hari ini, nampak hening. Yang ada hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan permukaan piring.
Sudah dua hari Rain kembali. Namun, sikap nya masih sama. Dingin, dan seolah tak punya hati. Terkecuali, terhadap Mama nya -- Hana. Rain hanya akan bersikap lembut dan hangat terhadap wanita itu saja.
Bahkan, terhadap Qinan pun sikap nya masih sama seperti pertama kali ia kembali. Tidak terlalu banyak bicara. Dan sekalinya membuka suara. Maka akan menimbulkan sebuah luka.
"Rain, yang banyak makan nya, sayang." Hana menatap ke arah Rain yang menikmati makanan nya seolah tanpa minat sedikit pun. Gadis itu hanya memakan nya beberapa suap saja.
"Kenapa? Makanan nya gak enak, ya? Kalau, gak enak Mama suruh Bibi buat bikinin makanan yang lain aja, mau gak?"
Gadis itu mengangkat tatapan nya. Tersenyum kecil ke arah Hana lalu menggeleng pelan. "Gak usah, Ma. Makanan nya enak kok. Kan ini makanan kesukaan nya Rain."
"Terus, kenapa makan nya dikit?"
Rain terdiam. Jujur, ia masih tidak enak makan. Napsu makan nya makin hari, kian semakin menurun atau, bahkan mungkin menghilang.
Tatapan gadis itu mengedar. Sampai akhirnya, sorot tatapan matanya itu mengarah kepada Qinan yang nampak menatap ke arah nya dengan tatapan yang lembut. Namun, ia membalasnya dengan tatapan tajam dan juga senyuman miring.
Jujur, ia masih merasa sakit hati dan kecewa dengan apa yang terjadi. Tetapi sekarang, ia mencoba untuk seolah tidak peduli sama sekali.
Terjadi atau pun tidak, perjodohan antara Rafa dan Qinan. Itu sudah bukan lagi hal yang akan membuatnya tersakiti. Rain akan mencoba membuka lembaran hidup baru nya.
"Rain udah kenyang, Ma." Rain kembali mengulas senyuman nya.
Hana mengangguk percaya. Lalu kembali fokus pada makanan nya. Hingga akhirnya, makanan nya habis dan ditutup oleh tiga tegukan air putih.
Wanita itu nampak senang. Menatap ke arah dua gadis yang selalu akan menjadi alasan nya tetap bertahan hidup.
Perlahan, tatapan nya jatuh dan mengarah ke arah Qinan. Ia masih tidak menyangka. Sebentar lagi, Qinan akan memulai kehidupan masa depan nya bersama Rafa. Dan, ia yakin. Qinan dan Rafa akan hidup bahagia. Menjadi dua orang yang akan akan saling melengkapi dan menyayangi.
Rasanya, baru kemarin. Hana menyusui Qinan. Tapi sekarang, dua hari lagi. Keluarganya akan mengadakan pertemuan dengan keluarga Rafa, yang bertujuan untuk membahas tentang perjodohan mereka.
"Rain, Mama mau ngasih tau kamu sesuatu. Mama dulu lupa ngasih tau kamu."
"Kenapa, Ma?" tanya Rain, lalu mengambil gelas air putih nya dan meneguk nya dengan tenang.
"Mama udah jodohin Qinan sama anak nya mendiang Papa. Namanya, Rafa. Dan, kalau gak salah dia juga satu sekolah kan, sama kalian?"
Ada sedikit perubahan pada raut wajah Rain. Gadis itu terdiam dengan gelas yang masih berada di bibir nya. Denga air yang hanya tertahan pada permukaan bibir mungil nya.
Gadis itu lalu mengangguk pelan. "Rain ... Rain udah tau, Ma. Rain udah denger sendiri dari bibir Qinan secara langsung, waktu itu. Tepat sebelum Rain pergi. Iya kan, Qi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainie ( END )
Teen FictionIzinkan aku bahagia, Tuhan. ________ Mengapa, Tuhan seolah tak mengizinkanku untuk merasakan kebahagiaan? Mengapa, Dia menakdirkan skenario hidup yang begitu rumit, bagi dunia kecilku? Tak bisakah, Tuhan membiarkanku bahagia, lebih lama lagi? Aku ha...