Rainie | 56

1.2K 158 43
                                    

56. Menjauh dan Berubah

____________

"Sekarang, gue benci tau gak sama lo!"
________

"Rain, tunggu!!"

Gadis itu nampak memutar kedua kaki nya. Menoleh ke arah sumber suara.

"Ayo, pulang!"

"Gue bisa pulang sendiri," tukas Rain sambil menghempaskan cekalan tangan Qinan pada pergelangan tangan nya. Di sana juga ada Lala dan juga Fani.

Namun, ia tak peduli sama sekali. Tatapan matanya, menatap dengan demikian tajam dan sinis ke arah mereka. Seolah mereka adalah musuh baginya.

Lala menghembuskan napas nya dengan kasar. Ia sudah jengah, dengan tingkah Rain yang seolah berubah seratus delapan puluh derajat, tepat di hari gadis itu kembali lagi. Entah apa, yang terjadi selama Rain menghilang. Hingga membuat sikap nya menjadi seperti demikian.

Rain yang saat ini berada di hadapan mereka. Benar-benar sangat berbeda. Seolah ada sosok baru dalam jiwa gadis itu. Sampai-sampai rasanya, mereka tak mengenali siapa Rain yang saat ini bersama mereka.

"Gue ingetin sama kalian. Mulai hari ini, gak usah deketin gue. Gue benci sama orang-orang yang suka naif. Gue benci sama kalian semua. Jadi, jangan pernah lagi kalian deket-deket sama gue."

"Lo kenapa sih, hah?! Lo berubah banget, tau gak?!" Lala sudah tak bisa lagi menahan kekesalan nya. Ia meluapkan segalanya.

Rain malah terkekeh sinis. Menatap ke arah Lala dengan tatapan tajam. "Mau gue berubah, atau pun enggak. Itu bukan urusan lo juga kali. Urusin aja tuh, hati lo sendiri. Yang katanya udah putus, tapi masih berharap si David kembali."

"Udah ah, gak guna juga ngeladenin kalian. Buang waktu!"

Rain kembali memutar tubuh nya. Melanjutkan langkah nya yang sempat terhenti. Meninggalkan Lala, Fani dan Qinan yang menatap nya dengan tatapan kecewa sekaligus terluka.

Apalagi Lala dan Fani. Yang notabene nya adalah sahabat dekat Rain. Mereka merasa sangat kecewa dan terluka, karena ucapan dan prilaku Rain yang sudah benar-benar berbeda.

Mereka pikir, hari ini akan menjadi hari paling menyenangkan bagi mereka. Kembali menghabiskan waktu bersama sahabat yang mereka rindukan. Namun nyatanya, semua itu hanya menjadi angan semata. Rain malah bersikap dingin, acuh tak acuh, dan juga bersikap sangat sinis terhadap mereka. Seolah, mereka adalah musuh baginya.

Rain yang sekarang, bukan lah Rain yang mereka kenal dulu.

Kedua kaki gadis itu terus melangkah. Hingga akhirnya, ia sampai di depan halte yang berada tak jauh dari SMA Trilingga.

Bermaksud menunggu angkutan umum apa saja, yang bisa membawanya pulang. Apapun itu. Asalkan, ia tidak pulang bersama Qinan, Lala, Fani, bahkan Rafa sekalipun.

Entahlah, rasanya ia sudah terlalu nyaman bersikap seperti itu. Bersikap masa bodoh dan bodo amatan, membuat hidup nya terasa nyata.

"Ayo, gue anter."

Rain menatap tangan besar yang baru saja mencekal tangan nya dengan erat. Untuk beberapa saat, ia hanya terdiam. Sebelum akhirnya, ia menghempaskan tangan itu dengan sangat kasar.

"Apa sih lo, pegang-pegang! Gak sopan banget lo, jadi orang! Gak tau attitude!"

Rafa terdiam -- menatap nya dengan senyuman tulus.

"Gue anter pulang, ya?"

"Gak!" tegas Rain, "anterin aja sana, calon tunangan lo itu! Gak usah sok-sok-an nganterin gue!"

Rainie ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang