Rainie | 45

1.4K 166 51
                                    

45.  Acute Myeloid Leukimia

________________

"Ya gampang lah. Kalau lo mati, ya gue juga berarti mati."
_______

Tuhan, ku mohon. Jangan sekarang ....

"Rain, lo kenapa?"

Suara rintihan-rintihan kecil kian semakin sering terdengar dari gadis itu. Wajah nya kian terlihat memucat.

Darah segar kian semakin bercucuran dari hidung nya. Dan dengan segera ia mengusap dan menghapus darah tersebut dengan punggung tangan nya. Membuat noda darah itu berpindah pada punggung tangan dan juga bagian ujung lengan baju nya.

Kepalanya kian semakin berdenyut sakit. Tubuh nya semakin terasa sangat lemas. Kedua matanya tertutup -- meresapi rasa berdegung pada kepalanya yang taramat sangat sakit.

Rafa menatap nya panik. Jantung berdegup kencang tak karuan. Melihat kondisi gadis nya yang tidak dalam keadaan yang baik-baik nya itu. Ia berjongkok, berlutut di hadapan Rain sambil memegangi bahu gadis tersebut.

Rasa takut bercampur rasa khawatir kian semakin memenuhi pikiran juga hati nya. Takut jika terjadi apa-apa pada gadis nya.

"Rain, lo bisa denger gue, kan?" Gadis itu mengangguk lemah dengan sesekali merintih menahan sakit. "Lo kenapa? Kita ke rumah sakit sekarang, ya?"

Gadis itu menggeleng lirih. Tidak, ia tak mau Rafa membawa nya ke rumah sakit. Karena nyatanya, ia masih tak mau ada orang lain yang mengetahui tentang penyakit sialan nya tersebut.

Biarlah dirinya yang menahan rasa sakit. Biarlah dirinya yang seperti ini. Ia tak mau ada orang lain yang tau dan membuat mereka merasa khawatir dan cemas.

"Enggak, El. Gak ... u-ssah. Gu-gue gak apa-apa. Gue cuma ... kecapean doang ...." ucap nya dengan suara tersenggal karena rongga dada nya yang terasa semakin kian terhimpit. Sesak.

Gadis itu tetap saja menolak. Namun, entah bagaimana. Rasanya tubuhbnya sudah tak kuat lagi. Semakin lemah. Seolah seluruh energi dalam tubuh nya tersedot dan hilang entah kemana. Hingga akhirnya, tubuh mungil itu ambruk pada pelukan Rafa.

Membuat cowok itu kian semakin panik. Ia menguncangkan tubuh gadis nya itu berulang kali. "Rain ... Rain---"

Dengan perlahan, dijauhkan nya tubuh gadis itu dari tubuh nya. Menatap kedua mata nya yang terpejam rapat. Gadis itu kehilangan kesadaran nya.

Perasaan Rafa bercampur aduk. Takut, khawatir dan juga rasa cemas yang kian membabi buta memenuhi isi kepalanya.

"Rain bangun ...." Ditangkup nya wajah gadis itu dan ditepuk-tepuk secara perlahan. Berharap gadia itu akan membuka matanya. Namun, nihil. Mata cantik itu, mata yang selalu membuat nya jatuh hati itu belum juga membuka. Masih tertutup ralat tanpa adanya tanda-tanda akan segera terbuka.

"Kita ke rumah sakit sekarang. Bertahan, please ... gue tau lo kuat."

Rafa membopong tubuh yang kian semakin melemah itu. Lalu ia menitipkan motor nya pada penjual permen kapas yang tadi ia beli. Dan memberhentikan sebuah taxi yang kebetulan sedang melintas.

Tidak ... aku tidak mau kehilangan nya, Tuhan. Ku mohon ....

Mobil taxi tersebut langsung berjalan melaju menuju rumah sakit.

"Rain ... Rain buka mata lo. Kita harus ke rumah sakit," ujar Rafa sambil mengusap-ngusap kepala sang gadis yang ada pada  kedua paha nya. Mengusap bulir keringat dingin yang bercucuran di sana dan juga mengusap cairan merah kental yang keluar dari hidung Rain.

Rainie ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang