Revisi📌
36. Mengapa harus aku?
____________________
Baru saja Nadine keluar dari ruangan dokter, dan berjalan masuk ke dalam ruangan tempat tadi Rain menjalani pemeriksaan. Namun, tak ada seorangpun di sana.
Lalu, kalau ruangan tersebut kosong, ke mana putrinya itu pergi?
Nadine kembali menutup pintu. Berjalan menyusuri bangsal-bangsal Rumah sakit. Namun, tetap. Rain belum juga ia temukan.
Dan, tepat saat kakinya berhenti. Dari ekor matanya, ia melihat sesosok gadis yang berada di dalam sana.
Nadine berbalik menghadap pintu ruangan tersebut. Tatapannya lurus. Menelisik gadis yang berada di dalam sana. Gadis itu adalah Qinan. Dan ruangan tersebut, adalah ruangan Hana.
Dan..
Gadis yang berdiri dengan posisi membelakangi pintu itu. Dari postur tubuh, dan juga dari pakaian yang dikenakannya, ia yakin bahwa itu adalah putri semata wayangnya.
Nadine memejamkan matanya sekejap dan menghembuskan napasnya berat. Bodoh! Kenapa ia bisa ceboroh, hingga kecolongan seperti ini? Mengapa ia harus melupakan bahwa Hana dirawat di Rumah sakit ini juga?
Dengan gerakan cepat, Nadine masuk ke dalam. Tanpa memperdulikan orang yang mungkin akan tak suka, jika dirinya asal masuk seperti itu.
"Ma-maa ...."
Langkah Nadine seketika terhenti. Seakan membeku di tempatnya. Menatap dengan tatapan penuh harap, bahwa apa yang baru saja ia dengar itu hanya halusinasi. Menatap lurus, punggung Sang gadis yang terlihat bergetar. Sebagai tanpa bahwa gadis itu tengah menangis.
Nadine masih terdiam di tempatnya. Tenggorokannya seakan tercekat. Ketakutannya menjadi kenyataan.
Hana dapat mengembalikan ingatan Rain dengan begitu mudah.Jadi, sebesar itukah arti sosok Hana bagi putrinya? Sampai-sampai meski ia sudah mencoba membuatnya lupa. Tapi tetap saja, ingatan tentang Hana selalu melekat. Masih tersusun rapi dalam kenangan dan juga hati Rain.
Qinan yang nampak terkejut, langsung mengangkat tatapannya, menatap lurus ke arah Rain dengan tatapan penuh harap, bahwa apa yang ia dengar adalah nyata.
"Ingatan lo udah kembali? Gue gak lagi berhalusinasi kan, Rain? Lo beneran udah ingat semuanya, kan?"
Qinan menangis haru. Dan berhambur memeluk tubuh Sang adik yang sangat ia rindukan. Ia sangat-sangat bersyukur. Rupanya, rasa cinta Rain terhadap Hana begitu besar. Hingga, dengan mudah mengembalikan ingatannya, setelah melihat Hana.
Sekuat dan sebesar itukah ikatan mereka? Di saat mereka saja tidak memiliki hubungan darah sama sekali.
Rain membalas pelukan Qinan dengan erat. "Q-Qinan ... gue udah kembali. Gue kembali, Qi. Ingatan gue udah benar-benar kembali."
Qinan mengangguk kecil lalu membuka kedua mata cantiknya. Dan tetap saat itu, tatapan matanya langsung beradu dengan manik mata milik wanita yang berdiri tepat di belakang tubuh Rain.
Qinan langsung mengurai pelukannya. Mengubah raut wajahnya menjadi datar. Menatap Nadine dengan penuh rasa benci.
"Mau apa Anda ke sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainie ( END )
Teen FictionIzinkan aku bahagia, Tuhan. ________ Mengapa, Tuhan seolah tak mengizinkanku untuk merasakan kebahagiaan? Mengapa, Dia menakdirkan skenario hidup yang begitu rumit, bagi dunia kecilku? Tak bisakah, Tuhan membiarkanku bahagia, lebih lama lagi? Aku ha...