Rainie | 38

1.6K 211 75
                                    

Revisi📌

S p e s i a l || A z a b

38. Akhir?

________________


Gadis itu nampak kelelahan. Napasnya terengah. Ia kesulitan menyeimbangi langkah orang yang menuntunnya berlari.

"Raf ... g-gue capek--"

Rain melepaskan genggaman tangannya, sedikit membungkukan tubuh dengan kedua tangan di lutut. Menghirup udara sebanyak-banyaknya.

Jika saja ia tak punya penyakit apapun. Mungkin, ia masih kuat untuk berlari. Namun, leukimia akut yang dideritanya, seolah tak mengizinkannya. Membuatnya gampang merasa letih dan lelah.

Rafa berhenti melangkah ketika merasa tangannya sudah tak lagi menggenggam tangan Sang gadis. Berbalik, menatap Rain yang nampak masih berusaha untuk menetralkan napasnya yang tersenggal.

"Gue capek, El." Gadis itu menatapnya melas.

Rafa tersenyum tipis. "Lo harus kuat. Kita harus cepat pergi dari sini, sebelum dia bawa lo pergi."

"Mau gue gendong aja?"

Rain menggeleng kecil. Tidak mungkin bila ia membebani cowok itu. Rafa saja terlihat sudah lelah berlari.

"Lo kuat, kan? Tadi, gue gak bawa kendaraan. Soalnya, gue takut ketahuan kalau gue bawa kendaraan. Lo gak apa-apa, kan?"

Rain bergumam pelan. "Gak apa-apa. Gue kuat kok, El."

"Ayok." Rafa kembali menggenggam tangannya. Membawanya melangkah cepat.

Sedangkan, dari arah belakang. Nadine tersenyum kecil dari balik kemudinya. Tersenyum puas karena ia bisa menyusul Rain dan Rafa.

Tak mungkin jika mereka bisa berlari sangat jauh. Mengingat mereka hanya mengandalkan kaki mereka saja. Sedangkan Nadine, mengendarai mobil.

Nadine tertawa licik. "Kau ingin bermain-main dengan Bundamu sendiri, hm? Baiklah, mari kita bermain-main sebentar, sebelum kita pergi."

Wanita itu tersenyum miring. Menatap ke arah sosok anak lelaki yang telah membawa putrinya pergi.

Lancang sekali dia. Masuk tanpa izin, dan membawa putrinya pergi begitu saja. Tapi, tak apalah. Karena itu artinya, Rafa akan masuk ke dalam daftar orang yang akan ia lenyapkan berikutnya. Semakin banyak orang yang menderita karenanya, semakin bahagia hidupnya.

"Raf ... gak kuat."

Napas Rain kian tersenggal. Ia kembali menghentikan langkah, dan melepaskan genggamannya.

Rasanya, kedua kakinya seakan terasa sangat sakit. Rongga dadanya kian terasa sesak. Dan, jika ia memaksa kembali berlari, ia yakin. Tubuhnya akan drop dan mungkin juga akan berakhir di Rumah sakit dengan berbagai macam peralatan medis.

Rafa ikut berhenti. Berjalan ke arah Rain dan berdiri di sebelahnya.

Dan, tanpa disadari. Dari arah belakang, mobil Nadine melesat dalam kecepatan yang begitu kencang. Membelah jalanan yang nampak lenggang.

Rainie ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang