Rainie | 52

1.2K 181 65
                                    

52. Rain menghilang

_________

"Lo di mana, Rain?"

_____


"Rafa!"

Langkah kedua kaki panjang cowok itu terhenti. Menatap ke arah sang Papa yang nampak menatap nya dari sofa sana.

Rafa terdiam. Membenarkan letak tas ransel pada bahu nya lalu kembali melanjutkan langkah. Berjalan menaiki undakan tangga. Tanpa menggubris panggilan sang Papa.

Hari ini ia sangat lelah. Pikiran nya kembali bertambah. Rainie telah mengetahui tentang perjodohan itu. Dan, itu akan sangat berpengaruh pada hubungan mereka yang renggang. Mungkin saja, setelah ini, hubungan mereka akan kembali merenggang.

Atau yang lebih parah nya lagi. Rain akan membenci nya dan benar-benar meninggalkan nya.

Dan, jika itu semua terjadi. Qinan lah yang bertanggung jawab atas semuanya. Gadis itu yang sudah membuat semuanya menjadi runyam.

Karena, tidak mendapat tanggapan dari sang putera. Dimas, beranjak dari tempat duduk nya. Melangkahkan kedua kaki nya yang sudah menua itu menaiki tangga menuju ke kamar Rafa.

Ia tau, Rafa bersikap demikian padanya. Itu semua, adalah sebagai bentuk penolakan terhadap perjodohan nya dengan Qinan.

Namun, ia yakin. Lambat - laun, Rafa akan menerima nya. Karena, ia yakin. Qinan adalah gadis pilihan nya yang paling tepat. Yang akan menemani Rafa di masa depan nya.

"Rafa," panggil nya.

Dimas, memutar gagang pintu kamar Rafa dan masuk ke dalam nya. Menatap Rafa yang nampak tengah duduk di tepian tempat tidur nya yang beralaskan sprai berwarna abu-abu polos.

"Papa tau, kamu masih bimbang." Dimas memperdalam langkah nya. Semakin masuk, dan ikut duduk di sebelah sang putera yang nampak berusaha bersikap acuh padanya.

"Ini yang terbaik, Rafa. Papa juga gak akan menjodohkan kamu dengan Qinan, jika gadis itu bukan lah gadis yang baik. Justru, karena Papa tau, dan yakin. Bahwa, Qinan adalah gadis yang baik. Makanya, Papa menjodohkan kamu dengan nya."

Rafa menghembuskan napas nya dengan gusar. Ia sudah muak mendengar kata-kata pujian yang selalu dilontarkan Papa nya itu, untuk Qinan. Ia sudah bosa sekali mendengar nya. Seolah tak ada bahan obrolan yang lain saja.

"Tapi, Rafa gak ada perasaan sama dia. Rafa gak cinta sama Qinan!" tegas nya.

Dimas mendengus geli. Mengalihkan pandangan nya ke arah depan.

"Anak jaman sekarang, sudah tau cinta-cintaan," kekeh nya, "asal kamu tau, dulu Papa dan Mama mu juga dijodohkan oleh mendiang Eyang mu. Dan, lihat lah. Kami bisa saling menyayangi, bahkan mencintai. Sampai takdir memisahkan."

Dimas kembali menatap ke arah putera nya, yang nampak menurunkan pandangan nya.

"Cinta itu bisa datang kapan saja, Rafa. Dari banyak nya waktu yang dilalui bersama. Seiring berjalan nya waktu, Papa yakin. Kamu dan Qinan akan saling mencintai."

"Rafa mencintai gadis lain. Dan itu, bukan Qinan sama sekali," Rafa menggeleng lirih, dan menatap ke arah Dimas. Berharap sang Papa akan memahaminya.

Dimas terdiam sesaat. Sebetulnya, ia juga tak mau terlalu memaksa Rafa untuk menerima perjodohan tersebut. Namun, ia sudah sangat yakin. Jika, Qinan lah yang dapat mengimbangi Rafa di masa depan nanti.

Pria yang sudah nampak menua itu bangkit dari duduk nya. Berjalan ke arah pintu Rafa yang masih terbuka lebar.

"Tinggalkan gadis itu. Lupakan cinta mu pada nya. Dan, mulai lah semuanya dari awal. Bersama Qinan," ucap nya sebelum benar-benar pergi meninggalkan Rafa yang nampak semakin frustasi.
____________

Rainie ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang