69. Janji terakhir
____________
"Janji?"
______Setelah berhasil melepaskan diri dari pelukan Marsel, di sini lah Rain berada. Berdiri di ambang pintu ruang ICU dengan tatapan penuh luka yang mengarah pada sosok Rafa yang nampak terbaring tak berdaya dengan berbagai macam peralatan medis yang terpasang pada tubuh nya.
Tubuh gadis itu seketika terasa membeku. Air mata nya kembali meluruh, tak sanggup melihat kondisi Rafa yang demikian sangat menyedihkan itu.
Kehadirannya itu disadari oleh Dimas yang nampak berdiri di dalam ruangan tersebut. Dengan cepat ia menghampiri gadis yang sedari tadi namanya terus disebutkan oleh putera nya itu.
Dimas menatap gadis itu dengan lekat. Gadis itu nampak sama hancur nya dan sama terluka nya seperti dirinya.
"Rain, Rafa ...."
"Boleh saya ke sana, Om?" tanya Rain, memotong perkataan Dimas yang sebelum nya.
Lelaki paruh baya itu nampak terdiam beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk dan membiarkan Rain masuk ke dalam.
Dengan langkah kecil yang nampak sedikit gontai, Rain mengayunkan kedua kakinya menuju ke arah sosok yang ia cintai yang nampak terbaring lemah tersebut.
Tetes air mata kembali bermunculan dan berjatuhan dari pelupuk matanya. Hatinya benar-benar hancur karena melihat kondisi Rafa yang seperti itu.
Bahkan, rasanya jika ia berada di dalam posisi yang sama seperti Rafa, ia tak akan bertahan.
"El ...." lirih nya dengan suara bergetar menahan tangis.
Perlahan tangan nya yang nampak bergetar itu bergerak. Mengusap wajah Rafa yang nampak penuh dengan luka sobekan dan juga lebam.
Dari arah belakang, nampak Hana, Marsel dan juga Qinan yang nampak baru saja masuk ke dalam ruangan tersebut - menyusul Rain yang sudah lebih dulu.
Mereka semua nampak hanya bisa terdiam dan memandang Rafa dengan tatapan sendu. Terutama Qinan, gadis itu sudah kembali menangis dalam diam. Karena bagaimana pun, Rafa adalah orang yang masih ia cintai sampai saat ini.
Hana menatap ke arah Dimas yang nampak tengah melihat ke arah Rain yang sedang berdiri di dekat ranjang pasien tempat Rafa terbaring lemah dengan kondisi seperti itu.
"Dimas, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa semuanya menjadi seperti ini?"
Lelaki paruh baya itu membuang napas nya dengan berat. Memijat pangkal hidung nya sebenar, sebelum akhirnya balas menatap ke arah wanita tersebut.
Ia terdiam beberapa saat.
"Saya juga tidak tau mengapa semua ini bisa seperti ini. Mungkin ini memang sudah menjadi takdir hidup nya." Dimas nampak menghela napas nya. "Rafa mengalami kecelakaan saat akan pergi ke Rumah Sakit untuk menemui puteri mu. Dan menurut dokter ...."
"Bagaimana? Apa yang dokter katakan? Apa dia akan baik-baik saja?" tanya Hana secara beruntun.
Dimas menggeleng pelan. "Saya tidak tau, apa dia akan baik-baik saja atau tidak. Saya hanya bisa berdoa kepada Tuhan, agar Dia menyelamatkan nya. Menurut dokter, Rafa mengalami benturan yang sangat hebat pada bagian kepalanya, dan itulah yang menjadi kekhawatiran yang terbesar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainie ( END )
Teen FictionIzinkan aku bahagia, Tuhan. ________ Mengapa, Tuhan seolah tak mengizinkanku untuk merasakan kebahagiaan? Mengapa, Dia menakdirkan skenario hidup yang begitu rumit, bagi dunia kecilku? Tak bisakah, Tuhan membiarkanku bahagia, lebih lama lagi? Aku ha...