Revisi📌
39. Memulai kembali
_________________
Pagi hari itu, tak sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Tak ada cahaya matahari yang terpancar menyinari bumi. Yang ada hanyalah awan gelap dan juga rintik hujan yang turun menghantam tanah.
Orang-orang nampak berdiri di sana. Di hadapan seonggok tanah basah bertabur bunga. Menatap sendu pada nisan kayu yang baru beberapa menit ditancapkan.
Rintik hujan semakin kian membesar. Menghantam dan mengguyur semua yang ada di bawahnya. Membuat orang-orang berpakaian gelap itu satu per-satu mulai pergi meninggalkan area pemakaman. Menyisakan pihak keluarga yang masih nampak berkabu.
Wanita berkursi roda itu masih terdiam. Menatap lurus pada gundukan tanah basah itu.
Sahabatnya telah pergi. Meninggalkan luka dan juga kecewa yang mungkin masih menyelimuti setiap hati yang telah dia sakiti.
Ternyata Tuhan punya cara tersendiri, untuk menuntaskan permasalahan hamba-Nya. Punya rencana tersendiri. Dan, semua rencana-Nya itu adalah yang terbaik.
Rafa menunduk. "Rain, pulang yuk. Hujannya makin deras, lo bisa sakit kalau kelamaan di sini."
Gadis itu masih saja terdiam. Tak ada setetespun air mata yang jatuh dari pelupuk matanya. Namun, dari keterdiamannya itu membuat semua orang khawatir.
Karena, hancur yang sesungguhnya adalah ketika kita tenggelam dan terjebak dalam ruang hampa berisikan lautan luka tanpa adanya air mata.
"Rain.."
Hana menepuk pelan bahu gadis itu. Membuatnya menoleh dan menatap Hana yang tersenyum kecil padanya.
"Ayok, pulang."
Rain terdiam sejenak. Sebelum akhirnya menyanggupi. Menatap sejenak pada tempat peristirahatan terakhir Nadine dengan senyuman kecil. Lalu, pergi meninggalkan area pemakaman.
Setiap manusia memiliki takdir hidupnya tersendiri. Tertawa ataupun terluka kita harus bisa menerima. Karena, Tuhan selalu punya rencana di balik setiap takdir-Nya.
Di sepanjang perjalanan hanya ada keheningan. Semuanya tenggelam dalam isi pikirannya masing-masing.
Keterdiaman gadis itu semakin hanyut. Hingga tak sadar bahwa mereka sudah sampai di depan rumah milik Hana.
"Rain, ayok turun."
Gadis itu hanya bergumam kecil, lalu ikut turun dan masuk ke dalam rumah yang sudah sangat ia rindukan.
"Gue masuk dulu."
Gadis itu melangkah pergi. Meninggalkan semua orang dengan tatapan heran. Dengan cepat Qinan mencekal pergelangan tangannya, membuat langkahnya kembali urung.
"Lo belum makan dari kemarin malam. Lo makan dulu, ya?"
"Gue gak lapar."
Rain melepaskan cekalan Qinan. Dan kembali menaiki tangga. Membuat semua orang menatapnya.
"Rain.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainie ( END )
Novela JuvenilIzinkan aku bahagia, Tuhan. ________ Mengapa, Tuhan seolah tak mengizinkanku untuk merasakan kebahagiaan? Mengapa, Dia menakdirkan skenario hidup yang begitu rumit, bagi dunia kecilku? Tak bisakah, Tuhan membiarkanku bahagia, lebih lama lagi? Aku ha...