Rainie 66

1.7K 180 31
                                    

66. Terluka

________________

"Lo terlalu egois!"

__________

Suara isakan tangis itu kian semakin terdengar, seiring dengan banyak nya air mata yang tumpah membasahi wajah nya yang sudah terlihat menua.

Perasaan nya kian semakin tak menentu dengan langkah kaki yang tergesa -- berjalan diantara bangsal-bangsal Rumah Sakit yang nampak tidak terlalu ramai.

Baru saja, beberapa saat yang lalu ia meninggalkan puterinya untuk mengecek persiapan pertunangan puterinya yang lain. Namun, sebuah kabar buruk tiba-tiba saja ia dapatkan dari Rafa.

Yang mengatakan bahwa Rain tiba-tiba saja memburuk.

"Rafa, bagaimana keadaan Rain, dia baik-baik saja, kan?"

Cowok yang nampak hanya berdiri mematung menghadap ke arah pintu ruangan tempat dokter-dokter menangani gadis nya itu mengalihkan pandangan nya.

Menatap ke arah wanita yang baru saja bertanya padanya dengan wajah bercucuran air mata. Lalu, menatap sekilas ke arah Qinan yang berdiri di belakang Hana bersama Marsel.

Cowok itu menghela napas nya berat. Menggeleng lirih dan berkata, "Rafa gak tau. Dokter belum keluar sama sekali."

Tangis Hana kembali pecah. Berhambur memeluk tubuh Qinan dengan begitu erat.

Hati nya benar-benar hancur. Ia pikir, setelah menjalani kemoterapi kondisi Rain akan membaik. Namun, nyata nya dugaan nya itu salah. Puterinya itu kembali di dalam kondisi yang bahkan jauh lebih buruk dari sebelum nya.

"El ... ini emang berat. Tapi, gue mohon jangan lo batalin pertunangan nya ... gue mohon El ...."

Kata-kata itu kembali berputar dalam ingatan Rafa yang nampak masih berdiri dengan tatapan kosong yang lurus pada pintu ruangan Rain. Menatap setiap gerak-gerik dokter yang tengah menangani gadis nya itu dari sana.

Bulu matanya yang lentik tampak basah, akibat bulir mata yang sudah tak bisa lagi ia tahan.

Hati nya seakan hancur. Detak jantung nya seolah melemah ketika mengingat kondisi Rain yang sangat demikian buruk nya.

Baru saja, ia merasa menemukan titik terang atas permasalahan pertunangan nya bersama Qinan. Baru saja, ia sudah benar-benar membulatkan tekad untuk berbicara pada Hana bahwa ia ingin pertunangan itu di batalkan.

Hati yang semula sudah merangkai kata dan rencana untuk berbicara dan membatalkan pertunangan itu seketika lenyap dan menghilang.

"Lo udah janji ... dan lo harus tepati janji lo."

Janji. Adalah hal yang sangat tidak boleh diingkari, apalagi orang yang berjanji adalah seorang lelaki. Sesulit dan seberat apapun janji itu, harus tetap ditepati.

Namun, apa harus Rafa menepati janji nya pada Rain untuk tetap melangsungkan pertunangan nya bersama Qinan? Apa harus?

Cklekk

Pintu yang sedari tak pernah luput dari pandangan Rafa itu terdecar berdecit. Seiring dengan semakin lebarnya celah yang terbuka di sana.

Melihat dokter dan seorang suster keluar dari dalam sana, lantas Hana langsung mengurai pelukan nya dari Qinan. Berjalan mendekat ke arah sang dokter.

Rainie ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang