Rainie | 59

1.2K 164 83
                                    

59. Keputusan Rafa

_____________

"Lo yang mau ini terjadi."

_______

Rain terdiam. Menatap rumah besar bertingkat dua di hadapan nya. Rumah yang nampak asri dengan taman yang luas di bagian samping kiri dan kanan nya.

Hari ini, entah ada angin apa. Marsel tiba-tiba pagi-pagi sekali datang ke rumah nya. Dan mengajak nya ke tempat tersebut. Rumah Marsel sendiri.

Awalnya, ia menolak. Tapi, Hana yang memintanya untuk mengiyakan ajakan Marsel. Dengan dalih, tidak sopan menolak ajakan baik orang lain.

Bukan nya tidak suka atau apa. Tapi, hanya saja. Rasanya, Rain merasa sangat canggung saat ini. Karena, ketika ia masuk ke dalam rumah tersebut. Itu artinya, ia akan bertemu dengan orang-orang baru yang belum pernah ia kenali sebelum nya.

"Sel, gue pulang aja, ya?"

Cowok yang baru saja turun dari motor nya itu nampak menoleh ke arah nya. Menatap nya dengan tatapan tidak percaya. Pasalnya, baru juga mereka sampai. Tapi, Rain sudah minta pulang.

"Dih, baru juga nyampe," ucap nya, "udah tenang aja. Gue cuma mau ngajak lo main. Kebetulan Mbak Clara juga hari ini gak ada pasien, jadi dia juga ada di sini."

"Udah ah, ayo." Marsel menarik lembut pergelangan tangan nya. Membuat kedua kaki nya, mau tak mau. Ikut melangkah -- mengikuti langkah panjang cowok di depan nya itu.

Marsel membuka pintu, tanpa memencet bel ataupun mengetuk pintu terlebih dulu.

Rain hanya terdiam. Tetap berjalan mengekori Marsel dari belakang. Tubuh Marsel yang tegap, menutupi tubuh nya yang mungil.

"Hellaw, everybody!! Sampurasuunn!!" seru Marsel dengan suara yang setengah berteriak.

"Kebiasaan!" pungkas Ratna -- Mama Marsel, "kalau, masuk tuh ucapin dulu salam!"

Marsel meringis mendapat semprotan dari sang Mama.

"Azab orang yang gak suka ngucap salam. Mati nya terhimpit kulkas dua pintu."

Mata Marsel mengedar. Menyorot ke arah gadis yang baru beranjak remaja, yang nampak santai nya mengupas kulit kacang rebus dan memasukan nya ke dalam mulut.

Tarisa. Adik nya yang masih dalam masa menginjak usia keremajaan. Usianya dengan usia sang adik, terpaut selisih tiga tahun. Dirinya tujuh belas. Sedangkan Tarisa, baru empat belas tahun.

"Eh, ada si Tarrrr --- Zan. Baru pulang dari hutan, ya?"

Tarisa mengecurutkan bibir nya sebal. Lalu mengadu pada sang Mama yang duduk di sofa yang lain.

"Mama ...." Gadis itu merengek.

Ratna hanya bisa menghembuskan napas nya. Kelakuan kedua anak nya itu memang selalu membuat nya pening sendiri. Mereka tidak pernah akur. Pasti ada saja, yang menjadi bahan pertengkaran mereka.

"Sel," ucap nya menegur. Agar si sulung tak lagi menjahili adik nya.

Marsel tertawa geli, melihat ekspresi kesal yang ditunjukan Tarisa.

Rainie ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang