Revisi📌
18. Melepas
Wahai hatiku, kuatkan lah dirimu tuk melepas, apa yang memang bukan menjadi takdirku.
______________
"Jadi, lo gak akan ikut turnamen, Raf?" tanya Zaki sambil menyeka keringat di dahinya. Duduk pada kursi yang ada di rooftop.Ia baru saja selesai latihan basket bersama teman-temannya yang lain. Persiapan untuk menghadapi turnamen basket antar sekolah, yang akan diadakan dua bulan lagi.
"Iya kayaknya," Rafa menghela napasnya, "kan lo tahu, gue juga harus persiapan buat olimpiade bareng Qinan dua bulanan lagi."
Zaki mendengus geli, mendengar sahabatnya itu menyebutkan nama Qinan. Gadis, yang dikabarkan dekat atau bahkan berpacaran dengan Rafa.
Awalnya, ia juga percaya dengan kabar tersebut. Tapi, apa yang ia lihat beberapa waktu yang lalu sepertinya sudah menepis semua hal tersebut.
"Raf, lo tuh deketnya sama Qinan apa sama Rain?"
Zaki menatap Rafa penuh sanksi. Bukan tanpa alasan ia bertanya seperti itu. Karena, sewaktu dirinya dan Fani jalan, tak sengaja lewat di sebuah cafe. Melihat Rafa dan Rain yang tengah makan satu meja, dan mereka terlihat begitu dekat.
"Kenapa lo nanya gitu?" Rafa menatap Zaki sekilas.
"Gue pernah liat lo sama Rain di cafe, kalian kayak deket. Dan gue liat kalian bareng bukan cuma sekali."
"Gue juga liat pas lo nganterin dia pulang."
Rafa hanya terdiam -- tak menjawab. Sekalipun ia menjawabnya, ia yakin Zaki tahu apa yang akan menjadi jawabannya. Zaki cukup baik dalam memahaminya.
Dengusan geli terdengar dari cowok berpakaian seragam basket tersebut. "Jangan bilang, lo suka sama dia?"
"Lo tahu kan, kalau selama ini Qinan naruh harapan sama lo?"
Rafa masih bungkam. Sebetulnya, selama ini ia tahu jika Qinan menaruh harap padanya. Bahkan, sewaktu kelas sebelas Qinan pernah mengatakan bahwa gadis itu menyukainya.
Namun, waktu itu dan bahkan sampai saat ini, ia belum pernah membalasnya.
Zaki mendengus sambil tersenyum kecil. "Gak baik Raf, bikin dua anak orang sekaligus naruh harapan lebih sama lo," ucapnya, "Qinan suka sama lo tapi, gue yakin lo sukanya sama Rain, kan? Apa yang lo liat dari tuh cewek?"
Rafa menghembuskan napasnya pelan -- mengulas senyum tipis dan menatap ke arah Zaki.
Mungkin benar, Rain bukanlah gadis yang seperti Qinan.
Namun, Rain adalah Rain. Dia berbeda. Istimewa dengan apa yang dia punya. Yang mampu membuatnya merasakan hidup seperti dirinya sendiri. Sebagai Rafa yang banyak tertawa bukan yang hanya bisa tersenyum dan selalu dituntut untuk sesempurna mungkin.
"Dia gak kayak yang lo kira," ucap Rafa.
"Terus, lo sama Fani gimana? Udah berapa lama?" tanya Rafa -- mengalihkan topik.
"Sebulanan kayaknya." Zaki menghela napas dan menyenderkan punggungnya.
"Lo udah pikirin konsekuensinya?" Rafa menatap Zaki yang sedang menatap ke atas. Menatap hamparan kanvas berwarna biru cerah.
"Lo sama dia itu beda. Selama apapun hubungan lo nantinya, secinta dan sesayang apapun lo sama dia, lo tetap harus bisa lepasin dia."
Zaki terdiam sejenak. Memikirkan perkataan sahabatnya yang memang itu benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainie ( END )
Teen FictionIzinkan aku bahagia, Tuhan. ________ Mengapa, Tuhan seolah tak mengizinkanku untuk merasakan kebahagiaan? Mengapa, Dia menakdirkan skenario hidup yang begitu rumit, bagi dunia kecilku? Tak bisakah, Tuhan membiarkanku bahagia, lebih lama lagi? Aku ha...