Rainie | 04

3.9K 445 42
                                    

Revisi 📌

04. Luka

Happy Reading

________

Di dunia ini, ada beberapa hal yang tidak dapat ditahan. Salah-satunya, adalah amarah.

Setiap orang, pasti mempunyai amarahnya, masing-masing. Setiap orang, pasti pernah berada di posisi seperti itu. Setiap orang berhak untuk marah.

Seperti halnya malam ini, yang nampak dipenuhi oleh amarah yang masih tertahan. Menciptakan suasana yang sangat menegangkan.

Rainie.

Gadis itu, berdiri menunduk. Tidak berani menatap Hana, yang nampaknya masih sangat marah.

"Berapa kali harus saya katakan, jangan pernah kamu membuat masalah, yang melibatkan saya! Tapi apa, sekarang?"

"Kamu membuat saya, malu!"

"Maaf, Ma," lirih Rain dengan suara kecil.

Hana mendengus kesal. Memijat pangkal hidungnya. Entah sudah berapa kali, ia mengingatkan gadis itu, agar tidak membuat m...asalah, yang dapat menyeret dan melibatkannya. Tapi tetap saja, Rain melakukannya.

"Kamu, tahu? Saya harus meninggalkan rapat penting saya, hanya untuk memenuhi panggilan sekolah. Hampir saja, saya kehilangan klien! Dan itu semua, gara-gara kamu!"

"Dasar anak sialan!"

"Anak tak tahu, diuntung!!"

Hana sudah tak bisa lagi menahan amarahnya. Rain selalu saja membuat masalah. Membuat onar, dan sudah pasti itu akan sangat melibatkannya.

Hana menatap gadis itu. Wajah itu ... ia benci!

Wajah itu mengingatkannya, pada luka yang sempat membuat hidupnya hancur. Membuatnya kehilangan jati dirinya yang dulu, dan membuatnya sempat tak mengenali dirinya sendiri.

"Harusnya, kamu itu bersyukur, karena saya sudah berbesar hati mengizinkanmu tinggal di sini, dengan semua fasilitas mewah. Bukan malah membuat masalah!! Kamu itu, hanya menjadi beban, buat saya!"

Perkataan itu sangat menohok Rain. Hatinya mencelos. Sakit.

Bagaikan ada beribu jarum yang menusuk-nusuk relung hatinya. Ia selalu saja disalahkan, dan dianggap sebagai pelaku dari kesalahan yang ia sendiri tak tahu.

Selama ini, ia selalu berbohong di depan semua orang. Dengan mengatakan bahwa hidupnya begitu sempurna. Memiliki seorang Ibu yang sangat menyayanginya. Slalu dipenuhi dengan penuh kasih sayang.

Tapi, kenyataannya?

Semua itu, hanyalah kamuflase, untuk menutupi kehidupannya yang menyedihkan, yang tak pernah dianggap.

"Kenapa? Kenapa, Mama gak pernah peduli sama aku?" ucapnya dengan suara bergetar, menahan tangis.

Plak

Gadis itu, terperanjat kaget, saat tiba-tiba sebuah tamparan mendarat mulus pada pipinya - menyebabkannya memerah dan terasa nyeri.

Sebuah senyum getir ia perlihatkan pada dunia.

"BERHENTI, MEMANGGIL SAYA DENGAN SEBUTAN ITU!!!" Hana menunjuk ke arahnya dengan marah.

"HARUS BERAPA KALI, SAYA KATAKAN? KALAU SAYA BUKAN MAMA KAMU!"

Suara bentakan Hana terdengar keras, dan menggema di seluruh penjuru rumah mewah itu.

Membuat seorang gadis yang tengah berada di dalam kamarnya, langsung berlari ke luar. Berjalan dengan tergesa, menuruni tangga.

Rainie ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang