Rainie | 58

1.2K 156 58
                                    

58. Rafa dan kecewa

____________

"Semudah itu ya, buat lo?"
_______

Siang itu, Rafa yang baru saja pulang dari makam Mama nya -- Zivana. Langsung memberhentikan motor nya di tepi jalan.

Disebuah taman yang tak jauh dari sana, dan kebetulan searah dengan arah jalan pulang nya.

Dari tempatnya, ia menatap. Ke arah gadis yang nampak duduk pada bangku taman dengan ponsel yang berada pada telinga nya. Sesekali gadis itu mengulas senyum nya. Senyuman yang benar-benar sangat ia rindukan. Yang sayang nya, sudah tak lagi ia lihat sejak waktu itu.

Rafa beranjak dari atas motor nya. Melangkahkan kedua kaki panjang nya ke arah gadis tersebut.

Beberapa saat, ia hanya terdiam. Memandang gadis yang sangat ia rindukan itu dari arah samping. Rasa rindu nya kian semakin bergejolak. Dan, aneh nya. Perasaan nya masih sama. Masih mencintai gadis tersebut. Tanpa ada yang berubah sedikit pun. Sekalipun, kata-kata yang gadis itu katakan selama dua hari ini sangat menohok hati dan perasaan nya.

"Apa sih, gak jelas lo! Udah ah, gue tutup ya. Cepetan belinya." Gadis itu mematikan sambungan telpon nya.

"Rain," panggilnya.

Membuat gadis yang telah menyudahi panggilan telpon nya itu dan berusaha kembali memasukan ponsel nya ke dalam tas. Menoleh dan mengangkat pandangan ke arah nya.

Seketika, senyum yang tadinya terukir pada wajah Rain disaat gadis itu berbicara di telpon, langsung memudar. Berganti dengan raut wajah datar dan dingin. Tanpa adanya senyuman segaris kecil pun pada wajah nya.

Rain kembali mengalihkan tatapan nya. Menatap ke arah depan dengan tatapan kosong.

"Gue kangen sama lo," ucap  Rafa, "gue mohon. Jangan jauhin gue. Gue udah nemuin cara, buat gagalin perjodohan itu. Yaitu elo sendiri. Gue akan bilang sama Papa dan juga Nyokap lo, kalau gue gak cinta sama Qinan. Tapi, gue cinta nya sama lo. Dan, ... gue yakin, mereka akan mengerti."

Rain mendengus kasar. Bangkit berdiri dari tempat duduk nya sambil terkekeh sinis.

"Terus, gue peduli?" sinis nya, "terserah lo. Mau lo gagalin, ataupun lo setujuin. Gue gak masalah, gak penting juga buat gue. Mau lo dijodohin atau enggak sama dia. Atau, bahkan sama cewek lain. Gue juga tetap gak peduli kok."

Rain menatap ke sembarang arah. Tak mau beradu pandang dengan si cowok. Karena nyatanya, ia terpaksa mengatakan hal tersebut.

Hatinya juga merasa tersakiti, dan sangat terasa sesak di saat mengatakan nya. Seolah ucapan nya itu juga, adalah luka bagi dirinya sendiri.

Rafa membuang napas nya kasar. "Semudah itu ya, lo nyerah gitu aja? Rain, please ... kita, kita masih bisa kayak dulu lagi. Gue yakin, perjodohan itu gak akan sampai terjadi sama sekali."

"Kita bisa lalui semua ini, dengan kita sama-sama. Lo gak boleh nyerah pada keadaan, lo gak boleh pergi gitu aja. Karena, ... karena, gue butuh lo."

"Gue bilang, gue gak peduli! Lo ngerti gak sih, hah?!" sentak Rain, "gue tuh, emang gak suka sama lo! Gue gak ada perasaan apapun sama lo! Selama ini, gue cuma main-main, gak lebih!"

Rainie ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang