Jangan lupa vote dan komen ya sebelum baca hehe 😁
Happy Reading .... 🤗
.
.
.
Warning Typo!
______________________________________Dag dig dug jantungku berdetak, aku saat ini sedang berdiam di kamar mandi menunggu hasilnya. Niatku mau memeriksanya kemarin tapi aku teringat ucapan mbok Ifa kalau mau periksa itu dipagi hari. Beberapa menit aku menunggunya dan akhirnya...
"Lah ini bacanya gimana ya? Kok aku nggak ngerti?" Gumamku yang bingung cara membaca tespack ini. Maklum pertama kali tau beginian.
"Kalau aku tanya mbok Ifa, yang ada heboh satu kompleks nantinya. Tapi aku penasaran juga dengan hasilnya ini maksudnya apa? Aku hamil atau nggak?" aku bermonolog dikamar mandi masih dengan kebingungan. "Sudah ah ntar sepulang kerja mampir tempat umi terus tanya ini maksudnya apaaan?" Aku pasrah dan memutuskan bertanya sama umi saja nantinya.
Aku akhirnya memutuskan untuk keluar kamar mandi dan bergegas membangunkan Rafa si pangeran kecilku. Semenjak mas Dafa pergi, Rafa tidur di kamarku. Dia bahkan sering terbangun dini hari ketika aku telfonan dengan mas Dafa. Dia akhir-akhir ini bersikap lebih manja dari biasanya, belum lagi jika mas Dafa menjahilinya dengan bilang ingin menciumku. Rafa akan marah dan tidak boleh mamahnya di cium oleh papahnya, hanya dia yang boleh mencium mamanya.
"Sayangnya mamah, bangun yuk kita siap-siap ke sekolah." Aku mencoba membangunkan Rafa. dia sebenarnya sudah bangun dari subuh tapi tidur lagi.
"Iya mah Rafa bangun nih, mamah ntar yang anter Rafa ke sekolah mamah 'kan?" tanyanya karena belakangan ini dia di anter pak Jojo akibat aku yang belakangan kepalanya suka pusing tiba-tiba.
"Iya sayang, hari ini mamah yang anter Rafa ke sekolah terus mamah juga yang akan jemput. Nanti sepulang sekolah kita kerumah nenek, gimana?"
"Wah beneran mah? Yey! Rafa sayang mamah." Cup! Dia bangun dan berteriak sambil memelukku dan mencium pipiku.
"Ya sudah yuk sekarang kita let's Go ke kamar mandi!" Aku segera menggendong tubuhnya. Semakin bertumbuh sepertinya berat badan Rafa mulai naik. Aku bahkan hampir tidak seimbang menggendongnya. Menjadi Ibu itu ternyata menyenangkan walau hanya dengan melihat senyumnya yang menggemaskan.
***
"Assalamu'alaikum Umi," Ucapku seraya memeluknya yang tengah menunggu kedatanganku dan Rafa di teras rumah.
"Wa'alaikumsalam anak Umi, gimana kabarnya sayang?" Tanya Umi yang membalas pelukanku.
"Alhamdulillah baik mi, Umi gimana kabarnya? Abi sama Alina mana mi?" tanyaku yang tak melihat Abi maupun Alina.
"Alhamdulillah Umi sehat sayang, Abi kamu sama Alina lagi ke umi suruh beli bakso di luarnkarena putri bungsu umi sama cucu umi mau dateng. Ini cucu nenek apa kabar sayang?" ucap Umi dan langsung berjongkok mensejajarkan dirinya dengan Rafa.
"Alhamdulillah Rafa sehat nenek, nenek tadi aku di sekolah dapet bintang dari ustajah (Ustadzah)!"
"Huah benarkah? Dapet berapa bintang hari ini?" tanya Umi yang antusias jika sudah menyangkut Rafa.
"Dapet 2, tapi Sisil Cuma dapat 1. Jadi Rafa menang nek," ucap Rafa dengan polos.
Aku dan Umi saling bertatapan dengan sama herannya. Dia selalu membicarakan soal Sisil teman barunya itu. Aku pernah bertemu dengan Ibu nya Sisil saat Umi mengundangnya ke acara keluarga dirumah. Ibu nya Sisil yang akrab di panggil Zahira ini adalah sosok wanita anggun yang sangat ke ibuan dan begitu perhatian pada anak dan suaminya. Tutur kata Zahira penuh dengan kelembutan dan senyumnya bahkan sangat cantik.
![](https://img.wattpad.com/cover/249903823-288-k247891.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Beautiful Eyes (END)
ChickLitBaca dulu 3 part ya, kalau seru maka lanjutkan hehe Happy Reading dan jangan lupa Vote sebelum membaca ya 😇 ________________________________________ Sorot mata yang tajam namun juga indah. siapa sangka aku bertemu lagi dengan mata indah itu setelah...