29. Masih Ada Kesempatan?

2.8K 217 21
                                    

Dafa mencoba memulai hidupnya seperti sebelum tanpa adanya Keyra. Tapi, tidak bisa dibohongi Dafa merasa ada yang hilang dalam hidupnya. Pakaian yang sudah siap, jahilnya Keyra di pagi hari, Aroma masakan yang tercium dengan lezatnya dan semua hal itu telah hilang hanya karena penghianatan Keyra pikir Dafa. Dafa membuka almari bajunya dan terlihat begitu kosong sama seperti hatinya saat ini.

Dafa berjalan melangkah ke arah meja rias Keyra dan membuka laci meja tersebut yang dia sendiri tidak tau mengapa ia melakukannya. Betapa terkejutnya Dafa melihat sebuah benda berbentuk lingkaran kecil itu. Sebuah cincin, Cincin pernikahannya dan Keyra meninggalkannya. Dafa melihat ada sebuah kertas di bawah cincin itu, Dafa mencoba mengambilnya dan membuka kertas itu.

Terimakasih untuk semua hal yang telah kamu berikan untukku, terimakasih membuatku merasakan indahnya menjadi seorang Istri sekaligus ibu. Aku pergi dengan membawa barang-barang yang aku beli dari penghasilanku sendiri. Semua barang yang aku beli darimu termasuk cincin ini tidak akan aku bawa karena aku merasa itu bukan milikku lagi. Aku hanya membawa satu-satunya kenangan darimu yang belum sempat kuberitahu. Terimakasih

~Keyra~

Dafa terkejut melebarkan pupil matanya. Pesan singkat yang tertulis dalam kertas itu membuat dirinya semakin merasa bingung. Ia melihat ada kertas lain di laci itu dan segera mengambilnya seraya membuka dengan rasa penasaran. Kertas pemeriksaan kehamilan dari Rumah Sakit Bersalin Permata Hati? Dafa membaca keseluruhan isi yang tertera di kertas itu dan betapa terkejutnya dia saat tau bahwa ternyata Keyra sedang mengandung.

"Astaghfirullah, apa yang sudah saya lakukan?" Dafa menegang dan merasa bersalah saat ini.

"Dasar Bodoh lo Dafa, kenapa lo nggak bisa nahan emosi sih? Kenapa lo nggak bisa nahan diri sebentar sih? Apa yang udah lo lakuin ke istri lo sendiri Haaagggggghhhh.... " Dafa berteriak dan marah mengacak- acak rambutnya sendiri.

Sesegera Dafa mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Keyra berharap nomornya sudah aktif tapi nihil. Dafa segera keluar kamar dan tidak lupa mengambil kunci mobilnya. Dafa keluar dengan terburu-buru melewati ruang makan.

"Papah! Papah mau kemana?" Tanya Rafa yang sedang sarapan di suapi oleh mbok Ifa tatkala melihat Dafa melewatinya.

Dafa yang tersadar akan panggilan putra kecilnya itu menghampirinya. "Papah mau keluar dulu ya, doakan papah bisa bawa mamah pulang lagi, oke?"

"Mamah mau pulang? Yey asik, pokoknya bawa mamah pulang ya pah dari tempat kerjanya" Ucapan polos Rafa yang masih mengira Keyra belum pulang karena pekerjaannya.

"Siap anak papah, sudah ya papah berangkat dulu. Assalamu'alaikum" Pamit Dafa seraya mencium pipi Rafa sebelum akhirnya pergi meninggalkannya bersama mbok Ifa.

Dafa mengendari mobilnya dengan kecepatan tinggi tanpa memperhatikan keselamatannya. Dafa yang awalnya ingin ke kantor diurungkannya bahkan membatalkan semua rapat pentingnya hari itu. Dafa berdoa dan berharap masih bisa menemui istrinya serta membujuknya, terlebih dengan kondisi Keyra yang sedang mengandung. Masa-masa dimana seharusnya Dafa sebagai suami ada bersama sang istri menyambut kehadiran janin yang tumbuh di Rahim istrinya, tapi Dafa malah menyakiti Keyra dan memintanya pergi. Dafa tidak tau kenapa kecemburuan seakan membutakan dirinya saat ini.

Mobil Dafa berhenti tepat di depan sebuah gedung yang kini telah ramai anak-anak berdatangan. Dafa turun dari mobil dan menemui satpam sekolah tersebut.

"Assalamu'alaikum, pak maaf menganggu" Salam Dafa kepada satpam yang sedang berdiri di depan gerbang sekolah.

"Wa'alaikumsalam, iya pak ada yang bisa saya bantu?" Balas Satpam tersebut dengan ramah.

Your Beautiful Eyes (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang