40. Anugrah Terindah (END)

5.3K 198 61
                                    

Malam itu adalah malam terindah dalam hidupku setelah begitu banyak yang terjadi dalam kehidupan kami. Aku memandangi potret bahagia keluarga kami yang sempat di ambil oleh bang Kevin. Potret orang-orang yang begitu berharga dalam hidupku.

Kini kehamilanku menginjak 36 minggu 5 hari dan diperkirakan akan lahiran dalam beberapa waktu dekat. Aku dan mas Dafa sepakat untuk tidak ingin mengetahui jenis kelaminnya terlebih dahulu agar menjadi kejutan yang wow bagi kami.

"Sayang... aku berangkat dulu ya! Kamu baik-baik dirumah dan kalau ada apa-apa langsung telfon mas sesegera mungkin. Meskipun kontraksi kecil sekalipun harus cepat pokoknya. Oke?" Ucap mas Dafa lebih over protektif saat ini kepadaku terlebih semenjak usia kandunganku mulai mendekati lahiran.

"Siap sayang, ya sudah gih sana berangkat. Masa bos datangnya siang, itu mencontohkan yang tidak baik bagi pegawai lainnya tau." ledekku seraya menyaliminya.

"Iya sayangku..., cium sih sedikit sebelum berangkat," ucapnya menunjuk pipi sebelah kanannya.

"Nggak mau ah, nanti dilihat mbok Ifa atau pak Jojo aku malu tau," cibirku menggodanya.

"Ih sedikit aja nih, disini aja biar aku semangat kerjanya."

Cup

"Sudah kan?" aku mencium pipi sebelah kanannya.

Mas Dafa diam seolah-olah ia syok mencoba mendramatisir. Aku tidak tahu kenapa belakangan mas Dafa jadi lebay menurutku. Tapi setidaknya itu lebih baik daripada sedingin pegunungan es di kutub.

"Key?"

"Iya mas?"

"Aku jadi nggak mau berangkat kerja, aku jadi mau sama kamu terus gimana dong?"

"Udah deh jangan mengada-ada. Katanya kamu mau ikut aku ke Turki kalau kuliahku udah dimulai? Itu artinya kamu harus beresin kerjaan kamu di Indonesia bukan? Kamu juga harus mempersiapkan orang kepercayaan buat mengurus perusahaan kamu di sini."

"Huah iya juga ya, semangat! Yaudah aku berangkat ya sayang, kamu baik-baik ya di dalam anak papah jangan nendang-nendang perut mamah terus kasian tau. kamu kalau mau keluar tunggu papah pulang kerja pas papah lagi stay di samping mamah. Oke?"

Masa Dafa sedikit menunduk menghadapkan wajahnya ke perutku seolah-olah sedang berbicara dengan bayi dalam kandunganku.

"Oke papah, sekarang papah berangkat ya," Aku menjawab menirukan suara anak kecil seolah menjadi bayi yang ada di perutku ini.

"Assalamu'alaikum sayang"

"Wa'alaikumsalam sayang"

Sikap manjaku dan setiap perubahan emosi yang tidak tentu di masa-masa kehamilan ini membuat mas Dafa menjadi lebih sabar. Aku bersyukur mempunya suami sepertinya yang dengan sangat telaten menghadapi labilnya hormone ibu hamil sepertiku. Dia bahkan benar-benar membawaku ke Bandung hanya untuk sekedar mencicipi Peuyem dan cuankie.

Kami akan pindah ke Turki setelah aku mendapat surat pernyataan bahwa aku diterima beasiwa untuk melanjutkan kuliah S2 di Universitas Istanbul. Aku awalnya takut jika mas Dafa tidak mengizinkan, tapi ternyata aku salah. Justru mas Dafa sangat senang ketika aku mendapatkan beasiswa itu, sampai ia akan ikut denganku ke Turki bersama dengan anak-anak.

Mas Dafa bahkan juga sudah menyiapkan rumah yang akan menjadi tempat tinggal kami disana. Bukan hanya itu, mas Dafa bekerjasama dengan bang Kevin untuk membuka perusahaan di sana juga. aku tidak paham dengan kelakuan dua pembisnis ini.

***

#Halaman Belakang

"Hai Gina sayang, kamu lagi main apa nak?" tanyaku pada putri kecilku.

Your Beautiful Eyes (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang