20. Kenyataan Yang Tersimpan

2.5K 233 13
                                    

Happy Reading
.
.
.
Warning Typo!
______________________________________

#Agenda

Malam itu adalah malam terburuk yang pernah ada dalam hidupku. Jika saja aku mendengarkan perkataan umi dan abi mungkin semua itu tidak akan pernah terjadi dalam hidupku. Seseorang tewas karenaku, ya dia meninggal dan semua itu karena aku. Malam itu aku yang belum lancar mengemudi pergi meminta izin ke abi untuk meminjam mobil pergi bersama teman-temanku. Abi sudah melarangku, namun aku secara diam-diam mengambil kunci mobilnya dan membawa pergi mobilnya bersamaku.

Aku yang belum memiliki surat izin mengemudi membawa mobil abi bersama dengan teman-temanku lainnya. Awalnya semua baik-baik saja sampai aku mengantar satu persatu teman-temanku pulang kerumah mereka masing-masing. Malam yang kuyakini sudah cukup larut, membuatku sedikit was was karena jalanan yang cukup gelap mengandalkan lampu kendaraan sebagai penerang dan belum lagi kondisi jalan yang cukup terjal. Rasa kantuk merasuk dalam diriku, aku mulai tidak fokus dalam berkendara sampai aku tidak tau mobilku berjalan tidak tentu arah.

Sebuah klakson mobil menyadarkanku ketika mobil yang aku kendarai sudah berada di jalur yang salah dengan kecepatan tinggi dan itu pada jalanan menanjak. Mobil Truck di depanku membunyikan klakson dan aku gugup sampai sang supir itu mengeluarkan kepalanya dari kaca mobil dan berteriak agar aku memutar kemudi ke arah kiri. Aku segera mengikuti perintahnya, mobil truck itu dan mobilku yang akhirnya bersenggolan ketika ditikungan yang cukup terjal akhirnya membuat sang sopir membanting stir ke kanan dan ... 

Brakkk

Suara kencang benturan mobil truck itu menabrak pembatas jalan dan terjun ke jurang. Aku yang saat itu masih syok segera keluar dari mobil dan mengecek ternyata nihil mobil itu terjun ke jurang. Aku takut, aku takut bagaimana jika aku di penjara? Pikiran yang kacau membuatku untuk segera pulang terlebih dahulu. Ya, aku meninggalkan supir itu bersama trucknya yang sudah jatuh masuk ke dalam jurang. Keadaan jalan yang sepi dan tidak adanya kendaraan yang berlalu lalang sehingga tidak ada yang melihat kejadian itu.

Esok harinya aku mencoba melewati jalan yang kulalui semalam, aku lihat banyak warga dan pengendara berlalu lalang sedang berkerumun. Dengan rasa gugup aku mencoba bertanya kepada salah satu orang yang sepertinya cukup lama berdiri disana. Beliau bilang ada sebuah truck yang menabrak pembatas jalan dan masuk ke dalam jurang. tim evakuasi sedang berusaha mengevakuasi truck yang dipastikan masih ada seseorang yang terjebak di dalam mobil tersebut. Keringat dingin mengucur dari dahiku sampai cukup lama waktu berselang truck yang hancur itu berhasil di evakuasi dan korbannya dinyatakan sudah meninggal.

Jenazah supir truck itu akhirnya teridentifikasi dan akan segera dibawa ke kediaman keluarganya. Aku mencari tau soal keluarga supir truck itu bahkan aku datang ke pemakanannya. Aku mencari tau ternyata anak-anaknya masih sangat kecil. Istrinya tak henti menangis pada saat prosesi pemakaman dan anak kecil itu yang kuyakini anak supir truck itu terus memeluk Ibunya. Tidak ada seorang pun yang mengenalku atau aku mengenal mereka. Ta'ziah untuk mengirim doa dilakukan oleh keluarganya. Aku mengikutinya dengan rasa penyesalan yang memburu dalam diri. Aku menyesal dan benar-benar menyesal. Aku bahkan rasanya ingin memukul diriku sendiri yang bodoh ini.

3 hari sudah ta'ziah itu diadakan dirumah almarhum supir truck itu. ketika sore hari belum ada yang datang, aku datang terlebih dulu dan mencoba duduk di kursi yang ada di depan rumahnya untuk jama'ah yang berta'ziah. Tiba-tiba seorang anak kecil menghampiriku yang kuperkirakan umurnya sama dengan adikku Alina. Ya, dia adalah anak dari sang supir truck tersebut. Wajah chuby menggemaskan dengan binar mata yang indah membuatku semakin menyesal. Dia anak yang telah ku buat menjadi yatim. Dia datang menghampiriku dan terus mengajakku berbicara. Aku bertanya padanya kenapa nggak sedih di tinggal sang ayah?

Dia akhirnya menunduk dan mengatakan padaku. "Era sedih kok om, kata siapa Era nggak sedih?"jawabnya dengan wajah yang berubah sendu. Aku bertanya lagi jika dia sedih kenapa dia tidak menangis? Aku berpikir mungkin dia belum mengerti kalau ayahnya telah meninggal dan tidak akan kembali lagi. Tapi jawabannya seakan tau isi pikiranku. "Era sedih dan Era ingin menangis, Era tau ayah Era udah pergi di kubur di dalam tanah kembali ke Allah. Om tau gak? Allah itu sayang sama Ayah Era makanya Allah ambil Ayah Era. Tapi Era nggak mau nangis karena kalau Era nangis nanti siapa yang nguatin Ibu nya Era"

Ucapan polosnya seakan lebih dewasa dari usianya yang masih belia dengan mata yang indahnya itu membuatku memeluknya, aku menangis dan menyesal bahkan sangat menyesal. Ketika dia tau aku menangis dia memberiku satu bola-bola coklat yang dia pegang dan memintaku untuk tidak jadi laki-laki yang cengeng seperti teman-temannya. Aku tertawa dengan tiap tingkah lakunya.

Aku sering menemuinya setiap kali aku datang berta'ziah kerumahnya. Sampai dimana karena kesibukanku dengan pendidikanku membuatku lama tak mengunjungi gadis kecil itu. Setahun sudah aku tak menemuinya, aku datang membawa banyak mainan dan sembako untuk keluarga supir truck itu sebagai rasa bersalahku. Tapi yang aku dapatkan ternyata keluarga itu sudah pindah dari rumahnya, mereka semua pulang kampung ke rumah orang tua istri supir itu. aku sempat bertanya ke tetangga soal nama gadis kecil itu karena aku hanya tau namanya dia adalah Era. Gadis itu menyebut dirinya dengan nama Era. Tetangga itu memberi tau bahwa namanya sebenarnya KEYRA ULFA MUTIARA. Ayahnya sering memanggil dia dengan nama Era.

Aku mencarinya kemanapun sampai aku hampir putus asa. Sampai akhirnya aku bertemu dengan seorang gadis namanya Reina Syahrika Putri. Melihatnya membuatku merasa tenang dan aku berpikir untuk menikahinya dan karena aku tidak ingin ada rahasia apapun dalam pernikahanku akhirnya aku menceritakan semuanya tentangku di masa lalu. Dia gadis yang penuh ketenangan bahkan tidak memojokkanku, dia bahkan membantuku mencari keberadaan keluarga gadi kecil itu.

Hampir 2 tahun pernikahan kami, kami dikaruniakan seorang anak laki-laki yang tak berselang lama takdir merenggutnya dariku. Reina meninggal dalam sebuah kecelakaan pasca 3 bulan melahirkan anak kami. Hancur sudah semua hidupku, penyesalan yang tak berkesudahan membuatku kelam. Aku kini merasakan apa yang dilalui istri supir truck itu mengurus anak dalam kesendirian. Tapi aku rasa ini belum apa-apa karena beliau punya dua anak dan belum lagi yang ku dengar istri almarhum supir itu berhenti bekerja.

Walaupun tanpa Reina, aku tetap berusaha mencari gadis kecil itu yang kuyakini dia sudah sebesar Alina adik bungsuku. Aku ingin menebus semua kesalahan yang telah aku perbuat dengannya dan keluarganya. Ternyata takdir membawaku padanya melalui anakku Rafa. Aku terkejut ketika pertama kali aku melihat matanya, mata indah itu yang telah lama ku cari kini berdiri dihadapanku.

Aku masih ingat dengan jelas Binar Mata indah itu yang memberi ketenangan bagi siapa yang melihatnya. Dia, gadis kecil itu sudah tumbuh menjadi seorang gadis dewasa yang cantik. Melalui Rafa aku mencoba mendekat dengannya, mencari tau tentangnya bahkan Ibunya yakni istri dari supir truk itu kini seudah menua sama seperti umi ku. Rasa bersalah itu makin membuncah di hati.

Aku mencoba mengenal lebih dekat melalui anakku Rafa, bahkan aku membawanya kerumah untuk mengenal umi dan abi serta Alina. Setiap melihat senyumnya membuatku merasa tenang, sorot mata itu masih sama. Sampai akhirnya Aku yang pada saat itu mendengar bahwa dia akan dikhitbah seseorang membuatku merasa tidak rela. Aku memberanikan diri mengajak umi dan abi mengkhitbah dirinya. Aku yang tanpa pikir panjang, seorang duda anak satu dengan usia yang terpaut sangat jauh darinya mengkhitbahnya. Aku tidak tau apa dia akan menerimaku atau tidak, sampai dia menggantung jawabannya selama 2 minggu. Tanpa di duga dia menerima khitbahku dan kami pun akhirnya menikah.

Aku ingin sekali memeluknya, membalas sikap usilnha, menghapus jarak dengannya. Tapi ingatan masa lalu menyeruak dalam diri. Rasa penyesalan itu membuatku tak sanggup mendekatinya. Aku merasa justru aku malah menyakitinya. Aku orang yang membuatmu dalam keadaan yang tidak baik selama bertahun-tahun. Jika saja saat itu mobilku yang masuk ke jurang bukan mobil ayahmu, mungkin itu lebih baik. Aku menyesal Keyra, maafkan aku ...

Your Beautiful Eyes (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang