25. Lebih Bersabar

1.8K 175 24
                                    

Tok tok tok

Mbok Ifa mengetuk pintu kamar di kala aku baru saja menyelesaikan sholat Isya. Aku segera berjalan dan membuka pintu.

"Kenapa mbok?" tanyaku ke Mbok Ifa yang terlihat dari wajahnya yang tersenyum senang.

"Itu neng, itu Pak Dafa pulang!" Ucap Mbok Ifa membuatku terkejut.

"Hah? Serius mbok?" tanyaku meyakinkan diri.

"Iya, hayuk makanya neng Keyra ke depan gih," ujar Mbok Ifa menarik tanganku untuk segera ke depan rumah.

Aku terkejut bukan karena tidak senang suamiku pulang, namun tidak ada kabar apapun dari mas Dafa yang mengabariku untuk pulang. Belum lagi mas Dafa bilang di Jerman selama sebulan bahkan bisa lebih.

Aku segera melangkah ke depan dengan masih menggunakan mukena sehabis sholat isya tadi. Mungkin memang mas Dafa mau kasih kejutan padaku dengan tiba-tiba pulang tanpa kasih kabar. Aku melangkah sedikit lebih cepat namun masih hati-hati dengan tetap memperhatikan kandunganku. Aku melangkah dengan terus tersenyum karena tak sabar ingin segera melihatnya, memeluknya dan memberitahunya soal kehamilanku.

Deg

Semua yang ada dipikiranku dan harapan-harapanku sirna sudah, kenapa? kenapa kini aku merasa ada orang ketiga antara aku dan mas Dafa? Apalagi orang itu adalah masa lalunya? Kenapa kini aku merasa sedang bersaing hanya untuk suamiku sendiri?

Tidak terasa buliran bening menetes dari mataku tatkala melihat suamiku di peluk wanita lain dan tidak ada penolakkan atau penerimaan dari suamiku. Aku segera membalikkan badan dan menghapus air mata yang lolos tanpa dugaan. Aku segera menetralkan perasaanku dan berbalik ke arahnya.

"Ekhem! Assalamu'alaikum mas," Salamku ke dia yang tengah berdiri menerima pelukan dari Monica.

Mas Dafa yang sadar akan kehadiranku segera melepas pelukkan Monica dan berjalan ke arahku.

"Wa'alaikumsalam, gimana kabar kamu?" ucapnya berdiri di hadapanku dan aku menyalimi tangannya.

"Alhamdulillah aku baik mas, Mas aku kangen sama kamu," Ucapku seraya ingin memeluknya. Tapi, dia malah melangkah pergi melewatiku.

Huft ... sabar Key mungkin dia lagi capek aja habis perjalanan jauh, pikirku saat ini. Aku berjalan di belakangnya mengikuti dia yang melangkah masuk ke dalam rumah kami. Saat aku hendak melangkah, tiba-tiba seseorang memegang tanganku dari belakang.

"Gimana rasanya di cuekin suami sendiri? Kasiannya kamu," Ucapnya seraya tersenyum licik.

Ya, dia adalah Monica. Wanita yang lebih dulu menyambut kepulangan suamiku dengan sebuah pelukan. Wanita yang dengan terang-terangan ingin merebut mas Dafa dariku. Aku ingin sekali memintanya pergi dari rumah ini, tapi mas Dafa melarangku dengan alasan bahwa dia adalah tamu sekaligus teman dekat almarhumah Raina.

Aku menepis tanganku darinya dan pergi meninggalkan dia yang masih dengan senyuman licik. Fokusku saat ini hanya mas Dafa bukan yang lainnya. Aku melangkah masuk dan ku lihat mas Dafa masuk ke arah kamar kami. Aku berinisiatif ke dapur membuatkannya teh hangat.

***

Aku membuka pintu kamar dengan membawa teh hangat di tangan. Aku mengedarkan pandanganku ke setiap sudut kamar dan sepertinya mas Dafa tidak ada. Aku mendengar percikan air dari arah kamar mandi sepertinya mas Dafa sedang membersihkan dirinya.

Aku letakkan teh hangat di atas nakas, aku duduk di pinggiran tempat tidur sambil memainkan ponselku. Aku benar-benar senang dia dan hampir tak percaya mas Dafa kini sudah dirumah.

"Hoam...ngantuknya" Tidak tau bawaan hamil atau memang aku yang mudah lelah belakangan ini. Aku bersandar di kepala dipan dan meletakkan ponselku di atas nakas.

***

Dafa keluar dari kamar mandi dan di lihatnya Keyra tertidur dengan posisi  bersandar di kepala ranjang tapi kaki menggantung di bawah. Dafa berjalan ke arah Keyra dan membetulkan posisi tidur istrinya. Dafa melihat secangkir teh di atas nakas dan dipastikan istrinya yang menyiapkannya.

Ting

Dafa yang tengah menyesap teh buatan Keyra melihat ponsel istrinya yang tergeletak di atas nakas dan ada notif. Dafa segera meletakkan tehnya di atas nakas dan mengambil ponsel milik Keyra, melihat siapa yang mengirim notif di jam 9 malam ke istrinya.

Mata Dafa membulat seketika melihat seseorang yang membuat pikirannya kacau selama beberapa hari di Jerman. Apa mungkin istrinya benar-benar melakukannya?

Raihan : Key besok dateng ya, saya mau kasih keputusannya sekalian ajak dia.

"Sial!" Ucap Dafa dengan marah.

Dafa yang berniat tidur sebelah Keyra mengurungkan niatnya. Dafa keluar dari kamar itu dan melangkah ke dapur.

Sesampainya di dapur, Dafa mengambil air es dari dalam kulkas dan meminumnya berharap bisa mendinginkan isi kepalanya. Dafa pikir setelah melihat istrinya secara langsung dan memastikan semuanya tidak benar akan membuatnya tenang. Tapi yang di lihatnya adalah pesan dari laki-laki yang selalu menjadi alasan kecemburuannya.

Setelah kembali dari dapur, bukannya kembali ke kamarnya Dafa malah memilih untuk tidur di Sofa.

***

"Astaghfirullah, jam berapa sekarang? Kok aku malah ketiduran sih?" Aku bermonolog sendiri tatkala aku terbangun dan sadar aku ketiduran saat menunggu mas Dafa selesai mandi.

Aku melihat ke arah jam dinding dan sudah pukul 2 pagi tapi tidak ada mas Dafa di sebelahku. Aku melangkah ke kamar mandi berharap dia mungkin disana tapi tidak juga kutemukan dia. Tapi aku bisa lihat teh yang aku siapkan untuknya semalam sudah berkurang dan artinta dia sudah meminumnya meskipun tidak di habiskan.

"Alhamdulillah, kamu minum teh buatanku saja aku sudah sangat senang mas, Tapi kamu dimana jam segini?" Aku bermonolog seraya memakai khimar dan berjalan keluar kamar.

Alangkah terkejutnya aku melihat dia yang saat ini tengah tidur di Soffa. Aku bingung dengan perubahan sikapnya sepulang dari Jerman. Dia yang bahkan sudah hampir seminggu tidak pernah membalas pesanku atau menjawab telfon dariku. Dia yang juga pulang tanpa memberitahuku. Ada apa sebenarnya? Apa aku berbuat salah ?

"Huft... sudahlah Keyra jangan terlalu dipikirin. Mungkin memang mas Dafa sedang badmood aja atau ada permasalahan pada pekerjaannya," Ucapku dalam hati.

Aku berjongkok tepat di hadapannya. Dapat kulihat ia tertidur dengan kelihatan gelisah. Apa sebenarnya yang  saat ini menganggu pikirannya? Aku bahkan sangat mengkhawatirkannya.

Aku berharap besok pagi aku bisa memberitahunya soal kehamilanku dan juga soal Alina. Semoga setelah itu dia mulai membaik lagi sikapnya.

Aku akhirnya melangkah pergi ke kamar dan berniat untuk sholat tahajud sekaligus mendoakan kebaikan untuk suami dan juga keluargaku.

"Sabar ya sayang, besok mama pasti akan kasih tau papa soal kehadiran kamu di perut mama. Kamu baik-baik yang di dalam sana dan harus tumbuh sehat" Ucapku mengelus perut rataku seraya berjalan ke kamar.

_________________________________________

Hai Readers gimana kabarnya?;
Sehatkan?
.
.
.
So ikutin terus ya kisah YBE
Kita akan menguak masa lalu keduanya dan siap-siap tahan emosi karena Dafa bakal nyebelin nantinya hehe ✌😁

Your Beautiful Eyes (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang