Happy Reading guys
.
.
.
Warning Typo!
_________________________________________Sudah beberapa waktu ini aku mencoba mengobati setiap luka di hati dengan mengingat kebahagiaan yang telah kami lewati bersama walau hanya sebentar. Aku oleskan luka yang tidak terlihat ini dengan mengingat bahwa ada kebahagiaan terbesar yang akan hadir di antara kami yaitu dia. Dia yang kini tumbuh di dalam diriku, sebuah gumpalan darah yang akan membentuk menjadi makhluk Allah yang menggemaskan. Dia yang kini disebut Janin, aku tidak ingin menukar bahagiaku dengan apapun karena aku lebih memilih bahagia dan melupakan luka.
Me
Assalamu'alaikum Mas ✔
Mas gimana kabarnya? ✔
Nanti telfon ya kalau kamu lagi Free, aku sama Rafa kangen sama kamuAku ingin dan selalu ingin mencintaimu. Aku tidak tau meski beberapa waktu lalu aku terluka dengan beberapa fakta masa lalumu yang aku ketahui, tapi kini aku malah merindukanmu. Aku rindu dengan sikapmu yang beberapa waktu lalu sering membuat jantungku berdebar tiba-tiba. Aku rindu dengan tawamu yang untuk pertama kalinya kulihat setelah setahun pernikahan. Aku rindu dengan teledormu yang suka sembarang meletakkan barang. Aku rindu manjanya dirimu yang selalu mintaku usap lembut puncak kepalamu. Aku rindu semuanya,
"Mama! Ayo kita berangkat sekolah nanti aku keduluan Sisil," ucap Rafa membuyarkan lamunanku
"Eh anak mamah udah ganteng, memang kalau Sisil duluan ke sekolahnya kenapa?" Aku membawanya untuk duduk di kursi meja makan.
"Nggak mau, Harus Rafa duluan yang sampai di sekolah sebelum Sisil. Nanti Sisil ejekin Rafa kalau Rafa terlambat dari dia mama." celotehnya dengan begitu menggemaskan.
"Oke, tapi sebelum kita berangkat kamu harus minum susu dulu terus makan rotinya sampai habis." Aku menyodorkan susu coklat kesukannya dengan roti tawar yang sudah aku kasih selai.
"Oke mama. Mah, papah belum ada telfon lagi ya?" Tanyanya yang aku sendiri juga menantikan telfon Mas Dafa.
"Iya, papah belum ada __"
"Papah belum telfon Rafa? Sayang banget padahal semalam papahnya Rafa habis telfon Bunda Monic loh," Ucap Monica seketika memotong ucapanku dan duduk disamping Rafa.
"Kok bisa papah telfon tante? Tante gak boleh bohong, kata ustajah bohong itu dosa tau," Ucap Rafa yang sama tidak sukanya sepertiku dengan kehadiran Monica. (*Ustadzah)
"Panggilnya bunda dong, jangan panggil tante. Bunda Monic nggak bohong kok, mau bunda telfonin nanti malmm?" ucap Monica menyeringai licik melirik ke arahku.
"Rafa sayang udah yuk berangkat sekarang." Aku langsung mengajak Rafa untuk segera bangkit dari kursi dan segera berangkat.
"Ayok mah, dah tante Rafa mau berangkat sekolah dulu." Rafa melambaikan tangannya ke arah Monica.
"Dah juga sayang, sekolah yang pinter ya anak B u n d a ," ucap Monica menekankan kata Bunda setelah akhir kalimatya.
Aku segera membawa Rafa untuk berangkat. Aku rasanya ingin sekali meminta dia pergi dari rumahku tapi mas Dafa tidak mnegizinkannya sebelum ia pulang dari Jerman. Sebenarnya apa begitu banyak hal yang tidak diceritakan oleh mas Dafa kepadaku? Apa aku masih belum berarti apa-apa bagi dirinya? Oh Allah kuatkan aku untuk menghadapi kejutan-kejutan dalam hidup berikutnya.
***
"Bobi, semua jadwal meeting saya kalau bisa besok sudah harus selesai dan kita bersiap untuk pulang ke Indonesia!" Ucap Dafa penuh dengan ketegasan.
"Tapi pak untuk Veranda Company itu lusa pak, bagaimana?" tanya Bobi, sang sekretaris dengan hati-hati jika Bosnya sudah berubah dingin lagi.
"Saya nggak mau tau, kalau memang nggak bisa maka cancel semua! Ngerti nggak kamu?"
"Baik pak, kalau begitu saya permisi." Bobi segera keluar ruangan sebelum bos nya menumpahkan amarahnya yang tidak tau penyebabnya itu kepadanya.
"Ya," jawab Dafa singkat
Dafa sedari kemarin sudah mencoba menahan amarah yang memuncak dalam dirinya. Dafa tidak menyangka jika istrinya berani menemui orang lain dibelakangnya. Foto-foto yang dikirimkan oleh orang tidak dikenal itu memperlihatkan Keyra bersama dengan seseorang di sebuah caffe. Seseorang yang sangat dia kenal, yakni Raihan Saputra Irhamdhan. Laki-laki yang pernah dekat dengan istrinya bahkan yang menjadi alasan dia menyegerakan mengkhitbah Keyra pada saat itu. tidak hanya sekali tapi sudah 3 kali dia menemui Raihan tanpa memberitahunya.
"Aaaggghhhhhh !!!! Hah hah hah kenapa Key?" Teriak Dafa dengan sangat marah melempar semua yang ada di mejanya.
Dafa berpikir bahwa alasan Keyra tidak membalas pesannya bahkan tidak menjawab telfonnya beberapa waktu lalu adalah Raihan. Dafa benar-benar tidak habis pikir jika sampai benar Keyra berani bermain di belakangnya. Tidak hanya itu, kehadiran Monica membuat pikirannya semakin kacau. Anak perempuan yang dibawa Monica membuat dia bimbang, bagaimana jika benar itu adalah anaknya?
Dafa mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Dilihatnya ada beberapa pesan yang masuk dari Keyra. Satu sisi dia rindu dengan istrinya, tapi disisi lain dia marah karena Keyra menemui Raihan tanpa memberitahunya. Belum lagi soal ancaman Monica jika dia tidak mau menikahinya sepulang dari Jerman. Dafa merasa hidupnya semakin kacau, semua masa lalunya seakan menjadi bumerang bagi hidupnya.
Drrrtttt dddrrttt .... Monica is Calling
Monica melakukan panggilan Vidio ke nomor Dafa.
"Hai papa Dafa."
"Nggak usah basa basi, mau apa kamu telfon saya?" ucap Dafa to the point.
"Jangan marah-marah gitu dong sayang, nanti anak-anak dengar. Rafa sini ada papa," Ucap Monica dibuat-buat seraya memanggil Rafa.
"Papah! Papah kok nggak telfon mamah?" tanya Rafa mendekatkan wajahnya ke ponsel milik Monica
"Iya sayang, maaf ya papah disini lagi sibuk. Rafa sudah makan?" Ujar Dafa menetralkan wajahnya dihadapan Rafa, putra kesayangannya.
"Udah papah, Rafa kangen sama papah. Papah kapan pulang?"
"Nanti ya sayang kalau udah selesai kerjanya papah pulang. Udah dulu ya Rafa papah harus kerja lagi. Dah sayanggg Assalamu'alaikum"
"Dah papah, waalaikumsalam,"
***
Sambungan telfon itu terputus, menyisakan rasa sesak dalam diriku yang kini tengah berdiri tak jauh dari Monica dan Rafa--anakku. Aku yang sedari tadi menyaksikan mereka melakukan Vidio Call dengan Mas Dafa. Aku tak habis pikir mas Dafa masih sempat menjawab telfon dari Monica di tengah kesibukannya tapi tidak sempat membalas pesan yang aku kirimkan beberapa hari ini. Apa sebegitu tidak pentingkah diriku bagi kamu, Mas?
Tanpa ada kabar sedikitpun yang datang hanya sekedar membalas "Hm" saja pun tidak. Sudah beberapa pesan yang aku kirim tapi hanya dibaca dan tidak ada balasan. Tak inginkah memeberi kabar meski hanya beberapa detik?
"Ayo dong Key berpikir positif, mungkin emang mas Dafa itu sibuk. Inget kata dokter nggak boleh stress karena nggak baik buat dedek di perut. Semangat!" Aku bermonolog sendiri menghilangkan pikiran-pikiran negatif.
"Alhamdulillah kamu anak baik, seperti ini terus ya nak jangan ada mual atau apapun. Kita harus sama-sama sehat" Lanjutku seraya mengusap perut yang kini masih terlihat rata.
Selalu terus berpikir positif meski sebenarnya aku sendiri menolak dengan keadaan. Karena kali ini bukan hanya tentang diriku tapi tentang Rafa dan anak yang dikandungku yang harus dijaga dengan sebaik mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Beautiful Eyes (END)
ChickLitBaca dulu 3 part ya, kalau seru maka lanjutkan hehe Happy Reading dan jangan lupa Vote sebelum membaca ya 😇 ________________________________________ Sorot mata yang tajam namun juga indah. siapa sangka aku bertemu lagi dengan mata indah itu setelah...