3 Memulai Rencana

1.1K 51 3
                                    

Saat ini Haris tengah duduk di kursi kebesarannya dengan pandangan yang masih terfokus terarah kepada dokumen-dokumen yang yang dikerjakan oleh Haris.

Sudah hampir jam makan siang Haris tetap masih berada di ruang kerjanya, memeriksa dokumen yang masuk ke emailnya.

Tiba-tiba saja Haris memanggil Wahyu yang sedang berada diluar ruangannya, membuat pemuda itu kaget dan segera menyahut.

"Ya Tuan, apa Anda memanggil saya?" tanya Wahyu saat memasuki ruang kerja Haris.

Haris pun berdiri dari duduknya dan nengancingkan jasnya. Lalu berjalan menghadap arah jendela yang memperlihatkan ramainya lalu lintas yang berlalu lalang di jalan.

"Wahyu, aku ingin kau pergi ke rumah perempuan itu. Dan berikan uang untuk pengobatan pria pesakitan itu! Dan sebagai tebusannya mintalah anak bungsunya yang bernama Tiara itu," titah Haris tanpa menatap kearah Wahyu yang sedaritadi mendengarkan.

"Maaf Tuan, apa Anda serius dengan hal ini? Maksud saya, apa Anda sudah menyelidiki lagi, Tuan?"

"Iya. Aku bahkan sudah menyelidiki dari anak buahku, kalau pria tua itu butuh uang untuk dana oprasinya."

Wahyu terdiam sejenak karena mendengar penuturan Haris. Dalam hati, Wahyu bertanya-tanya mengapa Haris tak memerintahkannya? Dan kenapa malah menyuruh orang lain? Apa kinerja dirinya tak bagus dimata Tuannya?

Haris yang tahu bahwa Wahyu bertanya-tanya pun tersebut kecil. "Sudah, kau tak perlu berpikir macam-macam. Aku bahkan sangat puas akan kinerja mu yang sangat bagus itu."

"Baik Tuan. Maafkan saya karena berpikiran buruk tentang Anda, Tuan."

Haris mengangguk. "Cepat kau temui keluarganya sekarang!" titah Haris yang diangguki oleh Wahyu.

"Baik Tuan, saya permisi."

Setelah itu Wahyu pun pergi meninggalkan  Haris di ruangannya sendirian. Haris pun membalikan badannya dan duduk kembali di kursi kerjanya.

"Setelah ini aku akan lebih leluasa menyiksamu, gadis kecil!" ujar Haris dengan tersenyum menyeringai dengan sorot mata tajamnya.

****
Di ruang tamu tampak Sarah, Imbron dan anak sulungnya tampak duduk dengan menatap Wahyu.

"Maaf Tuan, Anda siapa? Dan ada perlu apa Anda datang kemari?" tanya Sarah memulai percakapan.

"Begini Nyonya, saya diutus oleh Tuan saya untuk memberikan dana pada suami Anda, Pak Imbron untuk menjalani oprasi," ujar Wahyu menjelaskan.

Tampak Sarah, Imbron dan Safira terkejut mendengar penuturan Wahyu yang mengatakan akan memberika dana untuk Imbron beroprasi.

Tampak Sarah senang mendengar penuturan dari Wahyu, hal itupun juga tak luput dari pandangan Wahyu yang melihat Sarah dan anak sulungnya Safira senang, kecuali Imbron seperti nampak tak senang.

"Maafkan Saya, Tuan. Apa Anda bercanda? Saya bahkan tidak mengenal Anda beserta Tuan mu," ujar Pak Imbron bertanya pada Wahyu.

"Memang Anda tak mengenal saya dan Tuan saya, namun Tuan saya tahu Anda, Pak." Kembali Wahyu menjelaskan.

"Saya ragu mengapa ada orang yang berbaik hati menawarkan bantuan pada orang biasa?" selidik Pak Imbron yang terlihat sedikit terengah.

Sarah yang melihat suaminya seperti itupun memberikan air agar Imbron meminumnya. "Ayah, ini minumlah dulu agar kau tenang," ujar Sarah memberikan air pada Imbron.

Imbron pun meneguk air yang diberikan oleh istrinya itu. "Terima kasih," ujar Imbron dan menaruh gelas.

Setelah itu Sarah pun tersenyum canggung kearah Wahyu karena tak enak. "Maafkan suami saya, Tuan. Ia memang begitu," jelas Sarah yang mendapat anggukan dari Wahyu.

DENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang