57 Kemarahan Barlon dan Tragedi di Mansion

706 41 23
                                    

Hai👋😊 ada yang nungguin gk?

Oh iya maafkan aku ya karena telat up lagi👏😍❤ akhir-akhir ini aku sibuk banget.

Mau nulis cerita aja, harus setengah-setengah dulu. Idenya belum muncul guys😂😅 harus dipancing baru muncul wkwkwk..😆😅😅

Udah, segitu aja curhatnya. So, selamat membaca.

Jarinya jangan lupa teken bintang dan komennya juga ya.


*********

Terdengar suara seseorang yang tengah berteriak dan memaki-maki orang-orang yang tengah berbaris dengan menundukan kepalanya. Takut akan kemarahan Sang Tuan yang kini tengah melampiaskan kemarahannya akibat kelalaian dalam menjaga keamanan. Ya, orang tersebut adalah Barlon.

Barlon, pria itu marah besar saat tahu kalau pion yang selama ini dirinya jaga telah terlepas. Atau dibilang melarikan diri karena kelalaian orang yang sudah Barlon awasi untuk berjaga. Namun, karena kelalaian para anak buahnya membuat pion yang dulu sampai sekarang Barlon jaga, kini telah melarikan diri.

Bukannya senang, saat dirinya pulang malah berakhir dirinya mendapat kabar tak menyenangkan ditelinga. Dengan membabi buta, Barlon menghajar satu-persatu anak buahnya hingga mereka hanya diam pasrah dengan teriakan kesakitan akibat pukulan yang dilayangkan Barlon pada mereka.

"Akh ... ampun Boss. Tolong, maafkan kami, Boss karena telah lalai." Jerit salah seorang dengan nada memohonnya.

Namun seperti tuli, Barlon tak mengubris ucapan salah seorang anak buahnya dan terus menghajar mereka dengan melampiskan amarahnya.

"Bodoh, kalian! Menjaga orang tua saja kalian payah! Aku membayar kalian mahal untuk menjaga pionku. Dan karena gara-gara kelalaian kalian semua, aku jadi tidak bisa membalaskan Dendamku karena kalian! Aku ingin kalian segera mencari para orang tua itu. Sebelum nyawa kalian taruhannya. Jangan datang dan hubungi aku kalau kalian belum menemukan Hermawan dan Diana. Bawa mereka kehadapanku etah hidup atau mati! Cepat!" teriak Barlon dengan suara menggelegarnya.

Lalu para anak buah Barlon pun langsung pergi untuk mencari Hermawan dan Diana. Setelah kepergian para anak buahnya, Charlos dan Rania yang sedaritadi menyimak hanya menunduk takut karena mata tajam Barlon mengarah pada mereka berdua.

"Ayah--" ucap Charlos yang tiba-tiba ucapannya dipotong oleh Barlon. Lalu Charlos pun terdiam tak berani menjawab ucapan Ayahnya.

"Diam!" bentak Barlon dengan amarah yang masih menguasai dirinya. Barlon kemudian menunjuk wajah Rania dan Charlos. "Kalian kemana saja, hah?! Kenapa kalian berdua meninggalkan markas?! Gara-gara kalian, aku harus kehilangan pionku. Hanya itu satu-satunya cara kita menekan Haris untuk menyerahkan harta Kakeknya pada kita?! Kalau sudah begini, sia-sia usaha kita. Kalau Hermawan dan Diana kabur.

"Percuma aku punya anak yang pintar tapi otaknya bodoh! Aku tidak mau tahu, kalian berdua harus cari mereka dan bawa mereka kesini. Sebelum sesuatu terjadi sebelum kita mendapatkan harta itu. Kalian tidak ingin, 'kan hidup seperti ini terus?" tanya Barlon menekan Charlos dan Rania. Lalu keduanya hanya mengangguk sebagai jawaban. "Makanya cari mereka! Kalau tidak ingin Haris menjumpai kedua orang tuanya lebih dulu. Jika sampai Haris duluan yang kedapatan menemukan orang tuanya, maka sia-sia usaha yang kita bagus bertahun-tahun tak ada ujungnya!"

Rania dan Charlon mendengarkan ucapan Barlon yang ada benarnya. Jika sampai Haris keduluan dengan mereka maka, sia-sia usaha mereka membiarkan kedua orang tua Haris hidup.

DENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang