4 Menerima

988 46 3
                                    

***

Malam hari Tiara baru pulang dari kerjanya namun saat sampai rumah terlihat Ibu dan Kakaknya yang tengah duduk termenung di ruang tamu.

Tiara heran saat melihat Ibu dan Kakaknya yang terlihat diam. Bahkan saat ia datang pun seperti tak melihatnya. Tiara pun menhampiri Sarah dan Safira yang sedang duduk di sofa.

"Ma, ka ...." panggil Tiara pelan dengan menepuk pundak Sarah dan Safira. Mendengar suara Tiara, Sarah dan Safira tersentak kaget dan menatap Tiara yang melihatnya.

"Tiara, kamu sudah pulang?" tanya Sarah dengan menatap Tiara.

"Iya ma, Tiara baru saja pulang. Mama dan kak Safira kenapa belum tidur? Oh iya, ayah dimana ma? Kok Tiara nggak lihat ayah?" tanya Tiara pada Sarah.

"Ayahmu ada di dalam kamar sedang istirahat. Sebaiknya kamu juga istirahat Tiara, karena besok kamu juga harus sekolah," ujar Sarah tanpa menjawab pertanyaan Tiara sebelumnya.

"Baik ma. Tiara izin masuk dulu ya," ujar Tiara seraya memasuki kamarnya.

Setelah kepergian Tiara, Safira pun menatap Sarah. "Ma, bagaimana ini? Aku nggak rela melihat Tiara menikah dengan orang kaya, ma?" kesal Safira merengek kearah Sarah.

"Ya mau gimana lagi, Fira? Tuan Wahyu juga bilang kalau Tuannya, hanya menginginkan Tiara, bukan dirimu. Kau mengerti huh? Sebaiknya kita istirahat saja, besok kita dengar dari keputusan ayahmu," ujar Sarah seraya memasuki kamarnya dan meninggalkan Safira.

Safira yang merasa kesal pun hanya mendengus kesal. Lagi-lagi keberuntungan memihak kepada Tiara adiknya, membuat rasa benci kepada Tiara pun semakin menjadi.

"Aku benci kamu, Tiara! Aku benci!"

****

Pagi harinya semua sudah berkumpul di meja makan. Saat di tengah-tengah makan tiba-tiba Imbron langsung memberikan keputusannya.

"Tiara ...." panggil Imbron seraya menatap putri bungsunya.

"Iya Yah, kenapa?" tanya Tiara seraya menghentikan makannya dan menatap Imbron.

"Nak ... kamu mau, 'kan menuruti permintaan Ayah?" tanya Imbron seraya menatap Tiara yang kembali memakan sarapannya.

Tiara yang mendengarnya pun mengangguk tanpa melihat kearah Ayahnya. Imbron tau jika anak bungsunya ini masih sangat polos, sehingga tanpa sadar ia menyetujui permintaannya.

"Nak, kemarin ada yang membantu ayah memberikan dana untuk ayah beroprasi ...." jeda Imbron karena terpotong oleh ucapan Tiara.

"Wah itu bagus yah. Tiara sangat bersyukur karena masih ada orang baik yang mau membantu ayah," ujar Tiara senang.

Sedangkan Imbron yang melihat keantusiasan anaknya hanya bisa menghela nafasnya karena merasa berat untuk menberitahu Tiara. Bagaimanapun Tiara juga berhak tahu yang sebenarnya.

"Lalu apa hubungannya dengan permintaan ayah tadi?" tanya Tiara bingung.

Saat Imbron akan menjawab tiba-tiba saja Sarah mendahului Imbron yang ingin mengucapkan kata. "Karena orang yang membantu ayah menginginkan dirimu, Tiara," ucap Sarah yang mampu membuat diri Tiara kaget.

"Mm--maksud mama apa? Orang itu menginginkan Tiara, ma?" tanya Tiara seraya meminta penjelasan kepada kedua orang tuanya.

Mendengar itu Imbron langsung menatap tajam Sang istri karena sudah memberitahu Tiara dengan tidak lembut.

"Yah ... apa maksud dari semua ini, yah? Apa ayah bermaksud menjual Tiara kepada orang yang telah membantu pengobatan ayah?"

Sedangkan Imbron tak menyangka jika anaknya berpikiran jauh. Mana mungkin ia bisa sejahat itu untuk mendapatkan uang hanya karena untuk biaya oprasinya.

DENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang