13 Kesedihan Tiara

966 37 0
                                    

Hallo teman-teman. Sebelum baca jangan lupa kasih vote dan komentarnya ya.

Happy Reading ....

........

Hampir 4 jam lamanya jalannya oprasi yang dilakukan Dokter untuk menyembuhkan Imbron yang mempunyai penyakit jantung.

Sedari tadi Tiara terus mondar-mandir memikirkan keadaan Ayahnya yang tengah berjuang antara hidup dan mati. Tak henti-hentinya Tiara selalu memanjatkan doa-doa untuk kesembuhan Ayahnya.

Bahkan disaat seperti inipun tak ada sanak keluarga yang datang menemani Tiara dirumah sakit. Bahkan Ibu, Kakak perempuan dan suaminya pun tak ada disamping Tiara. Bahkan sekedar untuk mendampingipun tak ada. Sungguh sedih Tiara mengingat itu.

Tuhan, tolong selamatkan Ayahku. Batin Tiara dengan memohon pertolongan berharap doanya dikabulkan.

Tak lama Dokter yang menangani Imbron pun keluar dengan wajah tak bisa ditebak. Buru-buru Tiara menghampiri Dokter untuk menanyakan keadaan Ayahnya.

"Keluarga pasien!" panggil Dokter.

"Saya Dok. Bagaimana keadaan Ayah saya, Dok?" tanya Tiara.

"Begini Nona, keadaan Ayah anda sangatlah kritis. Besar kemungkinan hanya 10 persen bisa hidup," jelas Dokter yang mampu membuat Tiara syok.

"T-tapi bagaimana mungkin Dok? Ayah saya kritis?" ucap Tiara dengan berlinang air mata.

"Sejak oprasi berlangsung keadaan pasien memang sudah sangat lemah Nona. Maafkan kami, kami hanya perantara saja, selebihnya hanya Tuhan yang tahu. Perbanyaklah berdoa Nona. Kalau begitu saya permisi," ujar Dokter pergi meninggalkan Tiara yang masih syok mendengar kabar buruk tentang Ayahnya.

"Nggak mungkin! Nggak mungkin, Ayah kritis!" sangkal Tiara dengan memasuki ruang perawatan Ayahnya yang memang sudah dipindahkan keruang rawat.

Dengan tangis yang mengiringi setiap langkah, Tiara menuju kearah Ayahnya yang terbaring lemah dengan keadaan yang pucat.

"Ayah ...," panggil Tiara lirih tak kuat menahan air matanya. "Ayah bangun, Yah. Aku yakin Ayah pasti sembuh," tutur Tiara dan mencium punggung tangan Ayahnya.

"Tiara Janji, Yah. Tiara akan jadi anak baik dan patuh terhadap Ayah. Tiara juga berjanji akan selalu membuat Ayah bangga," ujar Tiara menangis.

Tak sadar bahwa sepasang mata terus memperhatikan Tiara yang sedari tadi terus menangis. Orang tersebut pun menghampiri Tiara dan menepuk pundak Tiara hingga Tiara pun membalikan badan dan melihat siapa yang menepuk pundaknya.

Haris. Ya orang tersebut adalah Haris yang sedari tadi memperhatikan Tiara. "Tuan!" panggil Tiara dan bangkit dari duduknya lalu memeluk Haris dengan erat.

"Tuan ...," lirih Tiara dengan menangis di pelukan Haris.

Haris kaget saat Tiara memeluknya dan tak terasa ia merasakan debaran aneh dari dalam tubuhnya yang seperti tersengat listrik puluhan volt.

Dan dengan kaku Haris pun membalas memeluk Tiara yang sedari tadi menangis. "Ssstt ... sudahlah jangan menangis. Aku ada disini," ucap Haris menenangkan.

"Tuan, anda kemana saja? Kenapa baru datang? Kau tau, Ayahku sedang kritis?" ujar Tiara dengan mengeratkan pelukannya pada Haris.

Haris tak menjawab. Ia hanya diam saja tak menjawab apapun yang Tiara ucapkan tadi. "Sebaiknya kau istirahat," titah Haris.

"Aku tidak mau, Tuan!"

Mendengar penolakan Tiara membuat Haris jadi kesal karena Tiara sangat keras kepala, susah dikasih tau.

DENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang