33 Semakin Jauh

931 43 4
                                    

Pagi harinya Tiara membuka matanya dan padangannya menatap kesekeliling ruangan. Ia kenal ruangan ini. Ini adalah kamarnya dan Haris. Tapi seingatnya, dirinya ada disebuah pemakaman dan setelah mendengar kata-kata Haris, itu langsung membuatnya syok dan pingsan.

Mungkinkah Haris yang membawanya ke kamar ini? batin Tiara.

Lalu Tiara pun bangun dari tidurnya dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang terasa lengket dibadan.

Setelah menghabiskan 30 menit membersihkan diri, Tiara langsung turun kebawah untuk menyiapkan sarapan.

Sesampainya di lantai 1 ia melihat Haris dan Rania tengah makan di meja makan dengan saling menyuapi. Bukan, bukan Haris yang dominan tapi Rania.

Perempuan itu begitu manja dan dekat dengan suaminya. Hal itu membuat hati kecil Tiara sakit sekaligus merasa cemburu melihat kedekatan Haris dan Rania.

Bagaimanapun juga Tiara masih istri sahnya. Dan Haris seharusnya tak bermesraan dengan perempuan lain. Bolehkah ia berharap pada Haris agar jangan terlalu dekat dengan perempuan lain? Sungguh, Tiara merasa cemburu melihat kedekatan itu. Meskipun Haris tak menghiraukannya.

Cemburu? Apa arti dari kata cemburu? Ia pernah mendengar kata-kata itu, bahwa cemburu tanda cinta. Benarkah dirinya telah jatuh hati pada Haris suaminya? Jika benar, ia sangatlah senang. Lalu, bagaimana dengan Haris suaminya? Apakah dia juga mencintainya? Sedangkan Haris saja tak pernah sedikitpun memperhatikannya.

Kemudian Tiara berjalan menuju meja makan. Hatinya selalu ingin marah melihat kedekatan Haris dan Rania. Dengan perasaan dongkol, ia duduk dihadapan Haris hingga membuat keduanya menghentikan acara suap-suapan.

Dengan ragu Tiara memanggil nama suaminya itu. "M--mas Haris, aku---" ucapan Tiara kembali terhenti saat Haris mengangkat tangannya dan membentuk kata stop.

"Diam, aku tidak ingin berdebat. Apalagi ini masih pagi hari. Jadi, diamlah!" ucapan tegas dan menusuk itu seakan membuat Tiara langsung diam tak banyak bicara lagi.

Rania? Perempuan itu kesenangan melihat keretakan diantara Haris dan Tiara. Gadis kecil yang sangat Rania benci karena sudah merebut Haris darinya.

Tunggu saja permainan dariku, Tiara. Kau akan kusingkirkan bagai sampah yang tak berharga dimata Haris. batin Rania dalam hati sambil tersenyum miring.

"Ayo Haris, kita lanjutkan acara sarapan paginya," ajak Rania dengan mengelus lengan kekar Haris. Setelah itu Rania langsung menyuapi Haris dihadapan Tiara yang juga sedang melihatnya dengan tatapan yang berkaca-kaca.

Sakit. Itulah yang sekarang Tiara rasakan. Kesakitan melihat seorang suami yang tengah disuapi oleh wanita lain membuat hati Tiara seakan dihujani ribuan belati yang menancap diulu hatinya.

Dengan mata yang berkaca-kaca Tiara kemudian memilih pergi dari meja makan. Hatinya tidaklah sekuat baja. Ia tidak kuat harus menyaksikan kemesraan suami dan perempuan lain.

****

Taman. Tempat yang paling Tiara sukai dari taman ialah, banyak sekali orang-orang yang datang untuk menenangkan diri atau sekedar bermain.

Disinilah Tiara, dirinya sedang menenangkan pikiran yang tengah melanda dirinya. Ucapan Haris kemarin malam membuat Tiara terus memikirkan perkataannya.

Benarkah Ayahnya yang telah membunuh kedua orang tua Haris? Tapi bagaimana mungkin? Sedangkan saat itu ia melihat sebuah foto dua orang pria paruh bayah yang tak lain dan tak bukan adalah Imbron ayahnya dan kemungkinan yang satunya adalah Ayah Haris yang ternyata Ayah mertua Tiara.

DENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang