36 Pemerasan dan Jatuhnya Harga Diri

806 43 8
                                    

Saat ini Tiara sedang berada di sebuah Caffe, ia sedang menemui Sarah dan Safira. Tepatnya beberapa jam yang lalu, Sarah dan Safira memintanya untuk menemuinya di sebuah Caffe. Namun yang ditunggu belum juga datang, membuat Tiara kesal setengah mati karena menunggu Ibu dan Kakak perempuannya itu.

Tak berapa lama kemudian kedua sosok perempuan itu datang dengan angkuhnya dan duduk dihadapan Tiara dengan tersenyum menyebalkannya.

"Maaf lama," kata Safira dan Sarah. Mereka berdua seakan biasa saja karena tidak merasa bersalah sedikitpun pada Tiara yang melihat keduanya dengan tatapan jengahnya.

"Cepat, katakan. Ada apa kalian berdua memintaku datang kemari?" tanya Tiara langsung to the point.

"Ck, sombong sekali dirimu, Tiara. Mentang-mentang sudah dinikahi pria kayak macam Haris. Dirimu sungguh angkuh dan sombong!" ucap Safira.

Mendengar itu Tiara memutar bola matanya jengah. Dasar tukang Drama. "Ini tidak ada sangkut pautnya dengan pernikahanku. Dan ingat, ini semua karena Mama yang gila harta sehingga membuat diriku terjebak pernikahan ini. Jika bukan karena Mama, aku tidak akan menikah diusia muda. Jadi, siapa yang harus disalahkan disini?!" ucap Tiara dengan nada tegasnya.

Mendengar itu Sarah marah dan ingin sekali menjambak rambut anaknya. Namun, ia urungkan karena tujuannya bukan untuk ribut melainkan ada hal lain.

"Sudah, jangan ribut!" bentak Sarah. "Jadi begini Tiara, kedatangan Mama dan Safira adalah untuk menagih janji kau yang akan memberikan Mama uang. Dan sekarang, Mama menginginkan uang itu. Kau tidak lupa kan? Akan janjimu?" tanya Sarah ketika melihat Tiara terdiam mematung ditempatnya.

Melihat Tiara terdiam membuat Safira tersenyum menyeringai. "Kenapa diam? Atau kau tidak punya uang?" ucap Safira memancing kemarahan Tiara.

"A-aku tidak punya uang," ucap Tiara pelan.

Mendengar Tiara tidak punya uang membuat Sarah dan Safira tersenyum meremehkan. "Ck, tadi kau berbicara angkuh dan sombong. Lalu kemana nada bicaramu yang angkuh itu? Dasar munafik!" bentak Safira dengan nada angkuhnya.

Sedangkan Tiara hanya terdiam tidak bicara sama sekali. Aku harus apa? Aku tidak punya apa-apa.

"Cepat, berikan kami uang! Kalau tidak, aku akan menyabarkan fotomu pada Haris nanti!" ancam Safira dengan nada gertakannya.

Mendengar itu Tiara terdiam kaku. Bagaimana mungkin Sarah dan Safira tau jika dirinya pernah tidur bersama orang lain? Namun, jika mereka paham, maka mereka tidak akan pernah memandang dirinya dengan sebelah mata bukan? Namun, Tiara salah. Sepertinya keduanya memang memiliki rencana busuk untuk memeras dirinya.

"Jangan, Ma. Aku mohon jangan beritahu suamiku. Dia pasti akan marah jika melihat itu. Aku mohon," ucap Tiara memohon dengan kedua mata yang berkaca-kaca.

"Makanya, cepat beri kami uang. Maka kami tidak akan memberitahu Haris tentang ini!" ancam Sarah.

Dengan tatapan yang berkaca-kaca Tiara menatap Sarah dan Safira yang tengah menatap dirinya dengan tatapan mengejeknya. "Kalian mengancamku ...?" lirih Tiara pelan.

Lalu kedua wanita itu tertawa mendengar pertanyaan konyol Tiara. "Tentu saja kami mengancammu, Tiara. Kau itu bodoh atau apa sih?" ucap Safira dengan terus tertawa.

Mendengar itu mata Tiara kembali menitikan air mata. "Kenapa kalian jahat padaku? Kenapa? Padahal aku tidak pernah berbuat jahat pada kalian ...." lirih Tiara dengan menatap Sarah dan Safira yang jengah menatap Tiara.

"Ck, sudah cukup! Berikan Mama uang, Tiara. Kalau tidak, Mama akan menyebarkan foto kamu kepada khalayak publik. Terutama suami kamu, Tiara," ucap Sarah dengan menekankan kata suami pada Tiara.

DENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang