34 Fitnah

856 45 9
                                    

SEBELUM BACA JANGAN LUPA UNTUK DIVOTE DAN KOMEN YA.

HAPPY READING


Hari ini Haris sedang ada diruang kerjanya. Ia memutuskan akan mengerjakan pekerjaan kantor miliknya di rumah. Saat kejadian pagi tadi, ia memilih untuk menghindari Tiara saat ini. Ia begitu membenci Tiara apalagi Ayahnya yang telah membunuh kedua orang tuanya dengan keji. Maka ia akan membalaskan dendam atas kematian kedua orang tuanya dengan cara menyiksa anak Imbron yang tak lain dan tak bukan adalah Tiara istrinya sendiri.

Dengan perasaan hampa, Haris mengambil sebuah bingkai foto keluarga yang mana di dalam foto itu ada dirinya dan kedua orang tuanya yang tengah tersenyum manis menatap kesebuah kamera.

Melihat foto masa kecilnya bersama keluarganya membuat Haris begitu merindukan sosok orang tua yang telah lama meninggalkannya disaat dirinya masih kecil.

Ia selalu bertanya-tanya kenapa orang-orang begitu jahat pada dirinya? Dan kenapa juga Tuhan mengambil kedua orang tuanya? Itulah yang dipikirkan Haris kecil kala mengingat pembunuhan keji di depan matanya.

Kini Haris mengingat kearah pembunuhan kedua orang tuanya saat beberapa tahun yang lalu.

Flashback on

Hari itu adalah hari dimana Haris kecil tengah merayakan hari ulang tahunnya yang ke-5 tahun. Ia bersama kedua orang tuanya tengah merayakan hari ulang tahun Haris dengan mengundang beberapa teman kecil Haris, kerabat dan juga saudara.

Ditengah peniupan lilin tiba-tiba saja suara ledakan pistol terdengar diluar membuat semua orang berlarian keluar dan menyisakan kedua orang tua Haris yang masih di dalam bersama Haris kecil.

Niat kedua orang tua Haris ingin keluar dari rumahnya, namun disaat akan keluar ia melihat seorang perempuan yang tengah terduduk diatas lantai dengan darah yang mengucur di dadanya.

Wanita itu yang tak lain dan tak bukan adalah Martina. Ia adalah Bibi Ayahnya Haris yang tertembak peluru pistol. Dengan tangan bergetar, Marina menyuruh Hermawan beserta anak dan istrinya segera berlari keluar rumah. Karena beberapa orang pria bertopeng mulai memasuki rumah dengan menembak-nembakan pistolnya kearah penjuru rumah.

"Ayo, Hermawan cepatlah pergi, Nak. Orang-orang itu akan membunuhmu beserta anak dan istrimu. Cepatlah pergi!" titah Martina dengan napas yang mulai tersengal-sengal disertai batuk darah yang keluar dari mulutnya.

Melihat Bibi Martina yang sekarat membuat Hermawan menangis. Ia tidak bisa meninggalkan Martina yang notabennya adalah Bibinya yang sudah ia anggap Ibu kandung sendiri.

"Tapi Bi, aku tidak bisa meninggalkanmu disini sendirian," ucap Hermawan yang sedang menangis.

"Nak, ayo cepatlah pergi. Bibi tidak apa-apa Nak. Jika suatu saat nanti Bibi tiada, Bibimu ini akan selalu dihatimu Nak. Ayo, Hermawan bawa anak dan istri mu pergi. Sudah tidak ada waktu lagi, Nak. Ayo cepat pergi, uhuk ... uhuk ... uhuk ...." ucap Marina kembali mengeluarkan darah dari mulutnya dan tak lama ia menghembuskan napas terakhirnya dengan mata yang mulai menutup.

Hermawan, Diana dan Haria menangis melihat kepergian Bibi Martina yang telah tiada itu. Lalu dengan cepat Hermawan dan istri beserta anaknya dengan cepat pergi keluar dari dalam rumah dengan Haris di gendongan Hermawan.

DENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang