Di dalam sebuah ruangan yang gelap terdapat kedua orang yang tengah dirantai dan diikat dengan tali tambang. Mulutnya dilakban dan matanya ditutup dengan sebuah kain hingga tidak dapat membuat keduanya melihat.
Pakaian yang dikenakannya kini sudah terlihat semakin lusuh dan tak terawat dengan baik. Keduanya meronta-ronta dengan tubuh yang lemah dan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Bertahun-tahun lamanya mereka terpisah dengan sang anak yang kini tak dapat mereka lihat. Keduanya menatap kearah seorang pria paruh bayah dengan tatapan lemah dan sayu minta untuk dibebaskan.
"T--tolong, l--lepaskan kami ...." lirih seorang pria paruh bayah yang memohon untuk dibebaskan.
Namun sepertinya orang yang dimintai tolong itu rupanya tak dapat menolongnya dan tiba-tiba suara tawa menggelegar memenuhi ruangan yang gelap dan hanya sebuah pencahayaan terang saja dari luar yang dapat membuat keduanya dapat melihat, walau samar-samar.
"Apa? Kau bilang apa tadi? Minta dibebaskan?" ucap seorang pria paruh bayah yang seumuran dengan keadaan kedua orang tersebut. Dan membuka penutup mata keduanya.
Dengan lemah keduanya mengangguk. "I--iya. Tolong lepaskan kami," pintanya dengan suara yang lemah.
"Tidak semudah itu aku membebaskanmu. Tunggu dendamku selesai maka kalian akan bebas."
Setelah mengatakan itu pria yang tadi berbicara pun pergi meninggalkan kedua orang tua tersebut dengan sombong dan angkuh.
"Tidak. Ku mohon, jangan lakukan apa-apa. Jangan sakiti anakku. Dia tidak bersalah. Kenapa kau sangat ingin membunuhnya? Kumohon jangan lakukan itu ... hiks ...." ucap seorang wanita dengan berteriak dengan suara lemahnya.
Mendengar teriakan itu, pria tersebut pun menghentikan langkahnya dan menolehkan kepalanya kebelakan dan tanpa aba-aba pria itu menampar pipi wanita tersebut.
PLAK
"KURANG AJAR KAU, BARLON! KAU, TIDAK SEHARUSNYA MENAMPAR ISTRIKU! BRENGSEK!" maki pria yang tak lain adalah Hermawan.
Hermawan sangatlah marah pada orang yang telah bermain fisik dan melukai istrinya. Pria paruh bayah itu sangatlah marah pada Barlon. Pria yang selama ini sudah Hermawan percayai nyatanya menusuknya dari belakang. Entah apa motif yang sebenarnya.
"DIAM KAU, HERMAWAN! Beraninya kau padaku, hah?! Aku tidak akan segan-segan membunuh kalian berdua jika aku mau. Namun, saat ini aku masih membiarkan dirimu dan istrimu selamat karena aku ingin melihat seberapa hancurnya anakmu! Dan kalian berdua!" panggil Barlon pada anak buahnya.
"Siksa mereka. Sampai mereka memohon-mohon padaku. Aku akan menghancurkan Haris lewat kedua orang tuanya. Cepat. Cambuk mereka berdua!"
Setelah mengatakan itu kedua anak buah Barlon kemudian mulai mencambuki Hermawan dan Diana dengan raungan kesakitan yang dirasakan disekujur tubuh keduanya.
Ingin rasanya Hermawan memohon ampun saat ini agar tidak menyiksa istrinya. Sungguh dirinya sangat tidak rela melihat tubuh istrinya yang mulai mengeluarkan darah segar dari balik punggungnya.
Walau dia ingin berteriak kencang, Hermawan tidak bisa melakukan apa-apa. Dirinya juga sama, sama-sama tersiksa dan darah juga mulai membasahi baju yang dirinya kenakan mulai membasahi bajunya yang terlihat lusuh.
"Akhhh! Ampun ... kumohon jangan siksa istriku. BARLON! Kumohon ... lepaskan ... istriku. Dia tidak akhhhhh ... salah ...." teriak Hermawan dengan napas yang tersengal-sengal karena seiring dengan cambukan itu.
Dengan lemah Diana melihat kearah suaminya dengan air mata yang mulai menurun kepipi tirusnya. Diana menatap suaminya dan suaminya pun juga mulai menatapnya dengan air mata yang membasahi pipi keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENDAM
ActionBagi teman-teman yang baru baca, silahkan mampir di well pribadiku ya. Aku buat begini supaya nggak pada salah paham. Di well pribadiku ada dua akun wattpad milikku. Yang pertama akun AgusSilva885 nggak bisa kebuka karena aku lupa kata sandi. Jadi...