12 Kekhawatiran Imbron dan Rencana Haris

788 31 1
                                    


Jangan lupa vote dan komennya ya, supaya author semangat nulisnya.

Happy reading

****

Sudah beberapa hari ini sikap Haris pada Tiara masih sama dinginnya, namun itu tak pernah menyurutkan tekad Tiara untuk membuat Haris jatuh cinta padanya, meski mustahil. Namun, ia tak peduli meski Haris seringkali membuatnya menangis karena perkataan atau sikapnya pada Tiara.

Hari ini Tiara mendapat telpon dari Ibunya Sarah yang mengatakan bahwa Ayahnya akan melakukan operasi pada malam hari, jadi Tiara memutuskan akan menginap di rumah Ayah dan Ibunya untuk membantu persiapan operasi Ayahnya.

Tiara pun bergegas menemui Haris yang kini berada di ruang kerjanya.

Sesampainya di ruang kerja Haris, Tiara pun mengetuk pintu dan setelah mendapat sahutan, Tiara pun masuk ke dalam.

"Tuan ...." panggil Tiara berdiri dihadapan Haris dengan gugup.

"Ada apa kau kemari?" tanya Haris dan menghentikan ketikan di laptopnya.

"Eum ... aku ingin meminta izin padamu. Aku ingin pergi ke rumah orang tuaku," ucap Tiara.

"Hm ... pergilah," ucap Haris singkat.

"Dan aku juga ingin menginap di rumah orang tuaku. Apakah boleh?" tanya Tiara hati-hati takut Haris marah padanya.

"Terserah kau saja. Aku tidak peduli!" ketus Haris dengan cueknya.

Tiara tersenyum getir mendengarnya dan iapun tetap tersenyum walau sebenarnya ucapan Haris tadi membuatnya seperti tertusuk benda tajam yang menusuk ulu hatinya.

"Terima kasih Tuan. Kalau begitu aku pergi dulu," jawab Tiara dan melangkahkan kakinya meninggalkan ruang kerja Haris.

Tiara pun mulai memasukan bajunya sedikit ke dalam tas ransel yang ia bawa nanti ke rumah kedua orang tuanya dan setelah itupun Tiara pergi meninggalkan kediaman rumah Haris.

Sedangkan diruang kerjanya Haris menghubungi Wahyu agar menjalankan perintahnya.

[Bagaimana Wahyu ... apakah kau sudah menjalankan perintahku?]

[Sudah Tuan. Rencana sudah saya jalankan]

[Bagus. Pantau terus keadaannya!] ucap Haris.

[Siap Boss.]

Setelah itu Haris pun mematikan sambungan telponnya sepihak. Dengan sifat angkuhnya Haris memasukan telponnya kedalam kantong celananya.

Sebuah seringaian terbit di bibir Haris. Haris nenyunggingkan senyum jahatnya dan menatap sebuah foto yang ia ambil di laci kerjanya.

"Kau, akan merasakan apa yang kurasakan! Aku akan membuatmu menderita dengan perlahan-lahan. Lihat saja nanti!" seringai Haris dengan menunjuk-nunjuk foto yang bergambar Tiara yang tersenyum.

"Kau akan merasakannya, ingat itu gadis kecil!"

*****

Sesampainya di rumah kedua orang tuanya. Tiara pun memasuki rumah dengan menenteng sebuah parsel buah untuk Ayahnya.

"Assalamualaikum, Ma, Kak ...." sapa Tiara dengan mencium punggung tangan Sarah dan Safira yang tengah duduk di sofa.

"Waalaikum salam," ketus Sarah dan Safira dengan tatapan tak sukanya.

"Ma, Ayah mana? Kok Tiara nggak melihatnya?" tanya Tiara sopan.

"Ayahmu ada di kamar!" ucap Sarah dengan melirik buah tangan yang Tiara bawa.

DENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang