8 Perhatian Kecil Haris

1.1K 44 0
                                    


POV Tiara

Setelah beberapa hari ini aku menjalani pernikahan dengan seorang pria kejam dan bengis ini, entah kenapa sikap dan perilakunya sangat kasar padaku. Entah kesalahan apa yang telah kuperbuat hingga membuat dirinya marah dan berbuat kasar padaku.

Kupikir setelah menikah aku akan hidup bahagia meski itu hanya sebuah haluan yang menurutku bisa mengurangi rasa lelah saat Ibu dan Kakak perempuanku tak adil. Namun aku salah, ternyata pernikahan ini hanya membuatku menderita saat ia memperlakukanku dengan kasar.

Aku merasa sedih dan sakit hati saat suamiku Haris memperlakukanku dengan sangat buruk dimataku. Aku hanya bisa menangis menahan rasa sakit disekujur badan saat suamiku melakukan tindakan kekerasan pada tubuh ini.
Ingin rasanya aku pergi dari dalam sangkar yang membelenggu diri ini. Andai bisa, sudah kulakukan.

Sayup-sayup aku mendengar suara seseorang dari luar dengan diiringi tangisan dan suara khawatir dari arah luar. Dengan pandangan sedikit mengabur akupun mulai memejamkan mata karena rasa pusing dan nyeri dibagian kepala membuatku tak sadarkan diri.

***

Malam harinya aku terbangun dari sadarku. Aku bingung kenapa aku bisa disini? Pikirku sambil melihat sekeliling ruang kamar.

"Nona, Anda sudah sadar?" tanya Jane saat aku menatapnya.

"Jane ... kau disini?" ucapku pelan dan memegangi kepalaku yang terasa sangat pusing.

"Nona, apa Anda butuh sesuatu?" tanya Jane sembari menawariku sesuatu.

Aku menggeleng pelan, "Tidak, aku tidak butuh apa-apa Jane. Oh iya ... aku ingin bertanya, siapa yang membawaku kemari? Seingatku, aku ada di dalam gudang?" tanyaku pada Jane yang juga sedang menatapku.

"Itu Nona ... Tuan Wahyu yang membawa Anda kemari, itupun atas perintah Tuan Haris," ujar Jane memberitahu.

Mendengar penuturan dari Jane membuat hatiku jadi sakit saat suamiku sendiri tidak mempedulikanku dan ia malah memerintahkan asistennya yang membawaku. Sedih. Itulah yang aku rasakan sekarang. Aku pikir setelah kejadian tadi pagi itu dapat membuat hati seorang Haris luluh, namun ternyata tidak.

Tuhan ... kenapa rasanya sakit sekali? Sebegitu tak pedulinyakah dia padaku? batin Tiara.

"Nona, apa Anda baik-baik saja?" tanya Jane khawatir saat melihatku melamun.

"Akh ... itu aku baik-baik saja Jane," ucapku agar Jane tak terlalu khawatir padaku.

"Baiklah Nona. Saya pergi dulu ya, jika Anda butuh sesuatu, Anda bisa panggil saya atau pelayan lain di rumah ini."

Akupun menganggukan kepala dan tak lama Jane pun sudah berlalu pergi meninggalkan kamar milik suamiku.

***

Malam harinya setelah makan malam dengan sendirian, ralat ditemani oleh Jane meskipun aku tadi memaksanya untuk menemaniku untuk makan malam bersama, meski Jane tak ikut makan bersamaku. Tak apa yang penting aku tak sendirian.

Aku pun berjalan menuju balkon kamar dan membuka pintu kaca yang dilapisi oleh gorden warna putih. Setelah itu aku duduk di sofa panjang dan menatap langit yang malam ini dihiasi oleh bintang yang bertaburan dan satu bulan yang semakin menyinari cahayanya pada malam hari.

Akupun menatap langit dengan pandangan kosong mengingat-ingat semua perlakuan buruk yang terus diberikan Haris padaku saat setelah menikah. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi? Ingin sekali diriku memberitahu semua keluh kesahku pada Ayahku. Tapi aku tak ingin membuat Ayahku jadi kepikiran denganku.

Tak ingin mengingat tentang semuanya akupun membuka buku pelajaran milikku yang kubawa dan mempelajarinya meski sedikit pusing saat melihat begitu banyaknya tulisan diatas buku.

Menit demi menit, jam demi jam terlewati kini jam menunjukan pukul 12:00 malam akupun tertidur dengan buku di dadaku.

Author Pov

****

Tepat jam 12:00 Haris baru memasuki rumahnya dengan menenteng tas ditangannya dan jas yang menyampir dibahunya. Haris pun menaiki anak tangga dan melangkahkan kakinya menuju kamarnya.

Saat di dalam kamar Haris pun meletakan tas kerja dan jas yang menyampir dibahunya. Setelah itu pemuda itupun bergegas memasuki kamar mandi untuk bersih-bersih.

Karena seharian ini Haris sangat disibukan dengan pekerjaan kantornya yang menumpuk membuatnya harus sampai lembur untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum ia selesaikan.

Hampir 15 menit Haris di dalam kamar mandi Haris pun keluar dari kamar mandi setelah ia selesai memakai pakaiannya tadi.

Haris pun duduk di ranjangnya sembari selonjoran di ranjang empuknya. Ia pun membuka laptop dan membuka pesan email yang masuk ke dalam laptopnya.

Ia pun melihat apa yang dikirim oleh Wahyu asistennya. Dan dilihatnya sebuah jadwal pertemuan bisnis dengan Mr. Jodi di Singapura selama 1 minggu. Haris pun menghembuskan napasnya lelah.

"Hufh ... kenapa pertemuannya harus sama sih? Sedangkan aku harus mengurus pembangunan hotelku yang ada di luar kota selama 1 minggu juga. Arrgg ...!" teriak Haris frustasi dan pusing yang melandanya.

Haris pun merogoh phonselnya dan menekan ikon kontak milik Wahyu.

[Hallo, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?]

[Wahyu, aku ingin selama 1 minggu kau yang mengurus dan mengecek pembangunan hotelku yang ada di luar kota.]

[Baik Tuan.]

Setelah itu Haris pun mematikan sambungan teleponnya dan ia juga ikut mematikan laptopnya. Setelah mematikan laptop, Haris pun memejamkan matanya sembari menyender di kepala ranjang.

Tak berapa lama ia teringat dengan Tiara. Gadis polos yang ia siksa tadi pagi. Haris pun membuka matanya dan mencari Tiara di dalam gudang, namun saat ia kesana ternyata Tiara tak ada di dalam gudang. Ia pun mulai mencari sampai ke dapur namun tak kunjung ia temukan.

Ia pun teringat saat pagi jika Wahyu telah memindahkan istrinya ke dalam kamarnya.

Haris pun kembali lagi ke kamar dan mencari keberadaan Tiara namun ia juga tak kunjung menemui gadis itu.

"Dimana gadis itu? Awas saja jika ia berani kabur dan mengadu pada orang tuanya! Awas kau gadis kecil! Jika aku menemukanmu, tak segan-segan aku menghukummu lagi hingga jera."

Tak lama retina matanya melihat sebuah pintu kamar balkon miliknya yang terbuka. Ia jadi penasaran siapa yang membuka pintu balkon kamar miliknya? Haris pun berjalan mendekat dan melihat seseorang tengah tertidur dengan kepala menyender dibahu sofa dengan buku pelajaran di dadanya.

Haris pun tersenyum kecil. Ya sangat kecil sampai senyum itu tak nampak jika orang lain lihat dan itu hanya bisa dirasakan oleh dirinya sendiri.

"Ternyata kau disini gadis kecil," tutur Haris sembari duduk dan memperhatikan raut wajah lelah dan pucat itu.

Tiba-tiba sebuah angin datang menerpa tubuh Haris dan tubuh Tiara. Hingga beberapa helai rambut menutupi wajah Tiara yang semakin nyenyak dalam tidurnya.

Dengan perlahan Haris menepikan helaian rambut di telinga Tiara dan mengangkat tubuh Tiara yang ringan dan menaruhnya di ranjang.

"Ringan sekali tubuh gadis ini. Apa dia tidak makan hingga tubuhnya sangat ringan?" ucap Haris setelah menaruh tubuh Tiara di ranjang.

Haris pun menyelimuti tubuh Tiara dan mengusap rambut Tiara dengan lembut dan mengecup kening gadis itu. "Ternyata dia sangat manis jika sedang tertidur," gumam Haris tanpa sadar.

Bersambung.....

A/n ... gimana sama part ini? Jangan lupa tinggalkan jejak ya. Terima kasih yang sudah membaca cerita author.

⚠Mohon maaf jika terdapat banyak typo dan kesalahan dalam penulisan harap maklum!⚠

SEKIAN TERIMA KASIH😍😘😘

DENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang