°Chapter 29

56 9 1
                                    

Setelah berhasil menyusup ke dalam kediaman Askara, Candra pun mengikuti setiap arahan yang diberikan Damara melalui earphone bluetooth di telinganya. Hanya berlangsung sekitar beberapa menit hingga ia menemukan sebuah pintu.

"Itu ruang kerja, Dra."

"Ya, gue tau." Candra menekan off pada earphonenya. Tampaknya ia tidak ingin diganggu selama di dalam sana.

Tanpa basa basi lagi, tangan Candra yang tertutup oleh sarung tangan hitam pun memutar knopnya. Dia berhasil memasuki ruang kerja Adi.

Kini ia mulai mencari sebuah bukti, di mana sang pelaku sebenarnya telah menabrak mamanya.

Sebenarnya Candra sedikit ragu dengan tindakannya ini. Pikirnya, hanya penjahat bodoh yang akan menyimpan bukti kejahatannya sendiri. Namun tidak ada salahnya ia mencari ke rumahnya.

Setelah cukup lama mencari, tidak sengaja Candra menemukan sebuah flashdisk di laci meja yang biasa Adi gunakan untuk bekerja.

"Mungkinkah ...." Candra menoleh ke arah pintu sambil mengaktifkan earphonenya lagi.

"Dam, gue dapat flashdisk."

"Isinya apa?" tanya Damara dari balik sana ketika Candra membuka laptop yang berada di atas meja kerja Adi. Lalu melihat-lihat sekilas isi flashdisk tersebut.

"Banyak banget filenya." Candra merogoh sakunya dan meraih flashdisk miliknya. Secepat mungkin Candra menyalin seluruh file tersebut ke dalam flashdisk miliknya.

"Udah gue salin isinya, nanti kita periksa satu-satu," ucap Candra selepas menyelesaikan kegiatannya.

"Oke, gue tunggu di mobil."

Candra pun keluar dari ruangan tersebut dengan penuh kehati-hatian. Saat ia hendak melewati area tangga, kedua bola matanya melihat Sasa yang baru saja keluar dari dapur.

Candra panik karena Sasa melenggang ke arahnya sambil menguap. Cowok itu menoleh ke belakang. Ada sebuah jendela. Hormon adrenalinnya semakin terpacu dikala jarak mereka yang semakin menipis, akhirnya Candra memilih melompat dari jendela dengan jantung yang memburu.

Tep!

Kedua telapak sepatu Candra mendarat dengan mulus ke tanah. Syukurlah ketinggian dari jendela itu masih bisa dimaklumi oleh kaki jenjangnya. Namun, perjuangan Candra masih belum berakhir karena gonggongan jefri datang tanpa diduga.

Guk! Guk! Guk!

Beruntun. Candra menahan napas. Sekarang bagaimana ia harus pergi tanpa ketahuan oleh anjing sialan itu?

Sasa yang baru saja akan melangkah gontai ke atas tangga merasa terusik dengan suara Jefri. Tangannya mengepal bersamaan dengan perempatam di dahinya. Sudah dua kali Jefri membuatnya jengkel hari ini. Sepertinya Sasa akan mengeluarkan anjing gila itu dari hidupnya.

Sasa berjalan ke arah jendela dan menyembulkan kepalanya ke luar. Kepalanya menoleh jauh pada Jefri yang tidak berhenti bersuara.

"BERISIK ANJING!" Sasa berteriak dengan kesal, membuat Candra yang tengah berjongkok di bawah pun tersentak. Anjing itu terdiam. Sasa mendengkus dan menarik kepalanya masuk ke dalam rumah lagi.

Inilah kesempatan emas bagi Candra untuk segera kabur. Dengan cepat ia keluar dari halaman rumah Sasa yang terlihat remang-remang akibat cahaya bulan.

Candra mengambil napas dan menghembuskannya penuh kelegaan. Akhirnya ia bisa duduk tenang di dalam mobil bersama Damara. Mobil ini mereka parkir cukup jauh dari kediaman Askara, sehingga ia tidak perlu khawatir lagi.

My Boy is a Hacker (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang