°Chapter 17

63 12 0
                                    

Di ruang tamu terlihatlah Cakra yang berbaring di atas sofa. Seolah mengganggap rumah tersebut adalah rumahnya, Cakra membuka toples berisi kue yang tersedia di atas meja. Kemudian melahapnya nikmat sambil tiduran santai.

Dengan langkah gontainya, tampaklah Sasa yang baru saja turun ke lantai bawah. Masih memasang wajah menekuk, ia melemparkan tatapan kesal pada cowok yang tidak punya aturan itu.

Gak ada tatakrama sebagai tamu, jirr.

"Ekhem!" Sasa berdehem keras seraya melipat tangannya di dada.

Deheman yang terdengar menegurnya itu, membuat Cakra terduduk dan menoleh ke sumber suara. Seketika itu ia tidak bisa melepas tatapannya ketika mendapati cewek yang sedari tadi ditunggunya sudah berdiri di sana dengan penampilan yang menurutnya imut.

"Gak pake baju dalam aja, beb? Sumpah yang tadi menggoda bange--"

"Diem!"

Cakra mengatupkan bibirnya, lalu ia tersenyum di detik berikutnya. Melihat perubahan ekspresi Cakra, Sasa jadi merinding. Mengingat sebelum ini cowok itu hendak melakukan hal yang tidak-tidak padanya.

"L-lo mau ngapain? Jangan mendekat!" ucap Sasa di saat Cakra bangkit dari duduknya dan melangkah--mendekati dirinya.

Tak ada jawaban, Cakra hanya diam dan terus melangkah mendekatinya. Sontak saja Sasa bergerak mundur sambil mengangkat tangannya agar ada jarak antara mereka, namun cewek itu berhasil dibuat mengumpat karena punggungnya telah bersentuhan dengan dinding.

"Cakra, gue peringatin sama lo. Gue hapal nomor polisi," lontarnya seraya mengacungkan jari telunjuk pada wajah Cakra.

Kedua tangan Cakra menepuk dinding di samping kepala Sasa, membuat cewek itu menahan napas. Jantung Sasa kini berdetak lima kali lipat lebih cepat dari biasanya. Ditambah ketika Cakra mulai menatap bibirnya yang terlihat manis dan berwarna pink cerah.

Sasa tertegun. Dia ingin melepaskan diri, tetapi tangannya sulit bergerak karena posisi mereka yang terlalu dekat. Cakra mengalihkan pandangannya pada manik Sasa yang terlihat begitu indah.

Dengan senyum yang sama, Cakra mendekatkan wajahnya pada Sasa. Dekat dan semakin dekat saja hingga cewek itu menutup matanya secepat kilat dan ....

" Perfect."

Ternyata Cakra hanya ingin melepas ikat rambut Sasa. Namun karena respon cewek itu yang sudah ketakutan duluan, akhirnya Cakra sedikit menggodanya.

"Lo ...." ujar Sasa yang baru saja membuka mata seraya menyentuh rambutnya yang sudah tergerai. Cengo ia di sana sembari menatap Cakra yang mengantongi ikat rambutnya.

"Gue lebih suka rambut lo digerai gini, Sa. Kalau mau diikat, lo model cepol aja. Pokoknya jangan ikat satu kayak tadi. Gue gak suka. Gak cocok."

Bibir Sasa ingin tersenyum, namun tidak ia biarkan. Dia tidak ingin Cakra semakin besar kepala.

"Tadi lo sengaja bikin gue neting kan?!" sembur Sasa, membuat Cakra maju selangkah--mendekatinya lagi.

"Jadi tadi lo harap gue nyium lo? Beneran, Sa? Kalo gitu ayo. Gue mah siap-siap aja," entengnya dan langsung mendapatkan satu cubitan keras di lengannya.

"Sakit loh, boo."

"Cuci otak lo, anjirr!"

***

"Turun, beb."

"E-eh udah nyampe?" tanya Sasa heran.

"Nyaman kan lo diboncengin sama cowok tampan kayak gue."

"Ish, apaan sih. Mesum yang ada!" balas Sasa seraya menyerahkan helm pada Cakra, lalu menatap taman hiburan yang ada di depannya sekarang.

My Boy is a Hacker (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang