Cowok bermanik mata hitam pekat itu pun menoleh ke arah pintu dan menemukan satu siswa yang ia kenal betul siapa dia.
"Lagi ngapain, Dra?" tanya cowok bername tag Damara Dirgama itu. Dia sudah meletakkan satu tangannya di sandaran kursi Candra dan mengintip pada layar komputer tersebut.
"Gue rasa lo udah tau gue lagi ngapain, Dam." Candra kembali menjatuhkan atensinya pada kursor di layar monitor itu. Tidak peduli dan bodo amat dengan pertanyaan yang menurutnya sudah jelas apa jawabannya.
Damara menarik satu kursi yang berada di sebelah Candra dan segera duduk di sana. Tidak lupa ia menekan tombol power yang berada di bagian kanan layar komputer di depannya itu.
"Eh, lo tau nggak?"
Sepertinya Damara membuka sesi tanya jawab sembari menekan tombol keyboard dengan gerakan yang luar biasa cepatnya. Ini cowok titisan flash kayaknya.
"Gak."
"Anjerr. Belom juga gue lanjutin, Dra." Damara menoleh pada Candra yang baru saja menekan enter di keyboardnya.
Ctak!
"Peduli setan," ucap Candra, kemudian menjatuhkan atensinya pada layar komputer yang menampilkan area sekolah. Lebih tepatnya pada sudut-sudut ruangan tempat CCTV berada.
Damara melirik sekilas layar monitor milik Candra, lalu ia mendengkus. "Hobby banget lo nonton CCTV. Hati-hati, Dra. Gue pernah nemu dua sejoli lagi mojok di dekat toilet. Beh, jiwa kejombloan gue bergetar liatnya."
Satu sudut bibir Candra terangkat dengan dengkusan sinis. "Gue tiap hari," ungkap Candra, membuat Damara menatapnya tidak terima.
"Eh, sialan. Ternyata lo sebelas duabelas sama si Cakra. Sama-sama fucek anjir," gerutu Damara. Candra menaikkan alisnya, masih dengan muka datar. Netranya pun tidak beralih sama sekali dari layar monitor yang menampilkan satu persatu ruangan yang tersorot oleh CCTV itu.
"Lo lupa apa gimana Dam? Gue kan ketua komite kedisiplinan yang ditunjuk langsung sama guru BK. Kalau lo lupa, biar gue jelasin untuk terakhir kalinya." Candra melepas mouse di tangannya dan mengintimidasi cowok di sebelahnya itu dengan tatapan menusuk.
"TUGAS GUE, mencari siswa dan siswi bermasalah. Kemudian memberikan mereka peringatan terlebih dahulu. Kalau mereka masih bandel, gue langsung report mereka ke Bu Silva." Candra kembali menoleh pada layar komputer di depannya, sementara Damara tampak menelan salivanya dengan susah payah.
"Gue harap catat baik-baik hal itu Dam. Awas aja kalau lo masih bilang gue mirip kembaran gue yang bego dan super bermasalah itu." Setiap kata yang dilontarkan Candra begitu tegas, hingga membuat Damara terdiam dan hanya bisa manggut-manggut saja di sana.
Setelah membuat teman satu-satunya itu terdiam, Candra pun menekan satu kotak di layar itu. Memperbesar gambarnya, hingga seluruh ruang kelas itu terlihat semuanya.
Karena saat ini adalah waktu jam istirahat kedua, maka para siswa pun tidak banyak yang berkeliaran keluar kelas. Sebagian besar dari mereka terlihat lebih memilih untuk berkumpul di dalam kelas atau di teras kelas saja.
Entah mereka melakukan apa saja, yang pasti di antara mereka akan ada yang berghibah sambil membentuk satu perkumpulan di sudut ruangan. Ada juga yang bermain game di bagian belakang tempat duduk atau contoh santuynya adalah TIDUR.
Candra mengerutkan keningnya. "Dam, ini kelas 11 MIPA 2 kan?" tanya Candra yang akhirnya mengajak temannya itu mengobrol. Meski kalimatnya itu hanya berupa pertanyaan untuk memastikan dugaannya.
Damara yang tadinya sibuk bermain game online pun menoleh--mengikuti kemana ujung jari telunjuk Candra berakhir.
"Iya. Kenapa, Dra?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boy is a Hacker (Completed)
Teen Fiction[Sudah terbit di Laskar Publisher, novel masih bisa di pesan lewat Shopee, link ada di bio profil.] Ini bukan kisah cinta biasa. Ini adalah kisah cinta Clarissa Nazela Askara, gadis berparas cantik yang menderita kleptomania. Tentang Candra Clovis B...