°Chapter 18

56 10 0
                                    

Suara ketikan keyboard mendominasi kesunyian di dalam ruangan kedap suara itu. Ruangannya tersembunyi, tak ada yang tahu di mana letaknya.

Hendra, pria yang sedang sibuk menatap tajam layar komputer miliknya. Hening. Entah apa yang dilakukan pria itu malam-malam di secretroom rumahnya. Tetapi, dari raut wajahnya, Hendra terlihat begitu fokus dan serius mengetikkan sesuatu pada keyboard.

Dalam sekejap, layar hitam di depannya langsung dipenuhi dengan deretan huruf dan angka. Tampaknya pria itu tengah menghack beberapa situs dan CCTV di suatu tempat. Lama Hendra mengutak-atiknya hingga ....

CTAK!

Pupilnya membesar. Dia tampak memfokuskan pandangannya pada layar komputer di depannya. Keningnya pun mengerut, membuat alisnya hampir menyatu.

Gak ... gak mungkin ini kamu.

Hendra memijat pelipisnya. Pening sekaligus tidak percaya dengan apa yang ia lihat baru saja. Pria itu menyandarkan tubuhnya ke kursi kerjanya, lantas menatap jauh langit-langit ruangan tempatnya berada.

"Saya gak mau ini semua terjadi, Di." Hendra kemudian memejamkan matanya untuk mencari sedikit ketenangan pikiran.

***

"Wahahahaha!"

Terdengar gelak tawa yang menembus kesunyian rumah keluarga Bamantara. Lebih tepatnya, kamar Cakra.

Seperti yang Arhab bilang, malam ini dirinya dan Deren datang ke rumah Cakra. Kedua manusia tanpa rasa malu itu dengan entengnya berkunjung tanpa memberi tahu si tuan rumah.

"Ambil tuh!"

Cakra masuk ke kamarnya bersama beberapa camilan dan melemparnya pada Arhab.

"Pokoknya abis itu, lo berdua pulang. Terutama lo!" tunjuknya dengan wajah menekuk. Kesal. Ini semua ulah Arhab. Play boy cap kapak itu membeberkan semuanya saat mereka bertemu di taman bermain kemarin pada Deren.

"Tau gak sih, Ren? Kemaren gue liat orang, jalan ke taman hiburan sambil bawa cewek jirrr. Pake peluk-peluk anak orang lagi," sindir Arhab sambil melirik Cakra.

"Ye, si Bambang. Gak heranlah ke taman hiburan bareng cewek, emangnya elo?" Deren melahap snack yang baru saja ia buka plastiknya dan mengimbuh, "jomblo."

Bletak!

Jitakan super dari Arhab mendarat mulus ke dahi cowok bertubuh sedikit pendek itu.

"Woi, kambing! Mirror dikitlah, situ juga jomblo fisabilillah. Eh, btw gue udah gak jomblo kali," tangkas Arhab menyombongkan dirinya.

"Amjim lo, Ar. Ayo, baku hantam kalau berani," tantang Deren tak terima.

"Sini lo maju!" Arhab berdiri dan menaikkan kedua lengan kaosnya yang pendek, lalu menoleh pada Cakra yang terlihat menikmati cemilan yang disuguhkan tadi sembari menatap ponselnya serius.

"Oi, Cak! Lo maju dulu deh. Kalo lo sampe babak belur gue kabur," ucap Arhab menjeplak bahu Cakra khilap. Untung saja ponsel Cakra tidak sampai terlempar.

"Enak aja lo, gue yang mampus ntar kalo si Cakra yang maju," protes Deren yang membuat Arhab terkekeh.

"Bacot kalian!" Cakra menoleh kesal pada keduanya. "Bisa diem gak?! Gue lagi butuh konsentrasi buat misi negara," lontarnya kesal. Lalu terdengar suara ....

DEFEAT

Cakra melempar ponselnya seketika.

"Arrghh! Dikit lagi itu!" teriaknya frustasi.

"Misi negara konon," ucap Arhab tertawa garing bersama Deren. Mereka tos, sementara Cakra mendengkus kesal, lalu kembali meraup ponselnya dan kembali bermain satu ronde.

My Boy is a Hacker (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang