°Chapter 11

73 12 0
                                    

Gadis itu melangkahkan kakinya di koridor dengan tergesa-gesa. Maksudnya ingin menginterogasi seseorang yang tak lain adalah sahabatnya sendiri, Sherly.

Tiba di kelas.

" Good morning, mici---"

Belum selesai menyambut kedatangan Sasa, tiba-tiba gadis itu ditarik paksa oleh sahabatnya untuk segera duduk di tempat mereka.

"Ngapain lo ngasih nomer gue ke orang asing, hah?!" sergah Sasa to the point. Bahkan suara melengking dari bibir manisnya tak terelakkan dan refleks membuat Sherly menutup telinganya.

"Hah? Maksud lo ngasih nomer ke siapa sih?" tanya Sherly bingung sekaligus terkejut karena mendadak Sasa menuduhnya begitu.

"Lo ngasih nomer gue ke orang yang namanya Vis!" Sasa menghentak-hentakkan kakinya di lantai dan kembali berujar, "Huwaaa Sherly! Maksud lo apaan ngasih-ngasih nomer gue begitu?! Vis itu siapa? Lo kenal dia 'kan? Ngapain dia nge-chat gue segala? Ngapain juga lo ngasih nomer gue ke dia. Lo deket sama dia, hah?! Lo----"

"SETOPPPPP!" Suara nyaring Sherly menyeruak ke seluruh penjuru kelas. Bahkan, mungkin saja para siswa yang sudah berada di kantin paling ujung bisa mendengar pekikan hebatnya.

Sasa terkejut sambil menahan napas. Ternyata sahabatnya yang selama ini kocak, konyol, dan jarang terlihat serius bisa seseram ini ketika murka.

Oktafnya gila juga, batin Sasa memuji Sherly.

"Maksud lo apa sih? Vis siapa? Nomer apaa?! Gw gak ngerti, Markonah!" berondong Sherly yang kini tengah berdiri sambil berteriak--tak perduli dengan beberapa pasang mata yang melihatnya ngeri sekaligus aneh.

Sementara Sasa yang sedari tadi kesal pun terpaksa menelan salivanya dengan susah payah. Berusaha ia menurunkan kadar emosi akibat Sherly yang balik memarahinya di sini.

"Muehehe ... kalem dong, sis. Jangan ngegas gitu. Sini-sini duduk dulu," ajak Sasa sembari menepuk-nepuk kursi yang memang sedari awal adalah tempat duduk sahabatnya itu.

Sherly melengos. Beringsut ia terduduk dengan wajah ditekuk.

"Yang tenang dong, beb. Kalo ada masalah tuh diceritain jangan dipendemmm sendiri. Ntar lo gila gue yang repot," ujar Sasa enteng. Sok menenangkan, tapi malah membuat Sherly tambah kelabakan.

"Lo yang gila anjir! Lo yang ada masalah lo juga yang ngegas woy! Pengen gue makan lo, Udinnnnn."

Lalu Sherly meraup udara dan menggerakkan tangannya seolah tengah meremas-remas sesuatu. Anggap saja cewek dengan rambut sebahu itu tengah melampiaskan kekesalannya pada benda berbentuk gas yang mengelilingi manusia setiap saatnya.

"Emangnya gue ada masalah? Gue ngegas gitu? Gue tadi lagi ngomong apa sih, Sher? Kok gue lupa ya?"

Tingkah Sasa memang gila. Benar-benar gila seratus persen gila pikir Sherly dalam hati.

"Sabar, Sher ... sabar ... dia sahabat lo, Sher. Jangan dihujat. INGAT BAIK-BAIK ITU," ujar Sherly mengelus dadanya seraya memejamkan mata dan mengatur napas dalam-dalam.

Setelah merasa lebih baik, cewek dengan rambut sebahu dan kerap sekali mengenakan bando ala negeri ginseng itu pun terlihat mengambil botol air minumnya, lantas meneguk isinya hingga sisa separuhnya saja.

Sasa terkekeh sembari memerhatikan tingkah konyol Sherly.

"Iya, yang sabar ya. Gue tau lo banyak masalah, tapi gak gini juga caranya, Sher," tambahnya lagi sambil mengelus punggung sahabatnya, ingin menenangkan.

Namun, kalimat Sasa justru kian mengundang api di ujung kepala Sherly.

"Berisikkkk!!!"

"Selow weh!"

My Boy is a Hacker (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang