°Chapter 33

42 6 0
                                    

Candra melongo sambil menatap seluruh area sekolah yang terlihat begitu kotor dan berantakan.

Sampah plastik minuman, daun dan kertas berhamburan di mana-mana. Bahkan, halaman depan sekolah yang selalu asri pun sudah dipenuhi plastik makanan.

"Huwa!"

Damara yang baru saja menapakkan kaki melewati pagar, sontak tergelonjak kaget dengan pemandangan yang ada di depan mata.

"Ini sekolah apa kapal pecah?! Berantakan banget, Dra."

"Kayaknya kemarin ibu Silva gak masuk juga deh. Group khusus anggota komite kedisiplinan rame banget hari ini," tutur Candra, membuat Damara menatapnya heran.

“Trus guru yang lain ke mana dah?”

“Katanya, kemarin semua guru sibuk rapat. Jadi seharian full gak belajar.”

Entah ini anugrah atau apa, tapi mungkin hari ini Candra akan sibuk. Mengingat kemarin dirinya tidak masuk sekolah demi mengumpulkan informasi dan bukti-bukti untuk memastikan bahwa papahnya tidak melakukan tabrak lari itu.

Lagian. baru menginjak koridor, ia sudah disuguhkan dengan pemandangan indah seperti di hadapannya ini.

"Kayaknya ada yang aneh," gumam Candra sambil mengedarkan pandanganya.
Damara bisa mendengarnya.

"Aneh? Apaan?"

Baru sehari gue tinggal, udah gak kekontrol aja ketertiban di sekolah. Gimana gue ijin seminggu, bisa-bisa hancur berantakan, batin Candra.

Kemudian, mereka mendengar suara samar-samar. Dengan segera keduanya berlari menuju sumber suara.

"Bacotan lo dijaga! DASAR IKAN BADUT!" Cakra terlihat menarik kerah seragam putih seorang siswa yang dilengkapi dengan rompi merah.

"Apa yang salah? Bener kok apa yang gue bilang.” Cowok beralis tebal itu membela diri.

“Sasa … tukang nyolo—“

Cakra melemparkan satu pukulan telak ke pipinya. Tidak ingin kalah, cowok itu pun membalas perbuatan Cakra.

“Cakra, Edrik, udah!” perintah Deren yang segera melerai keduanya. Sementara Edrik mendengkus dengan tawa meremehkan.

"Bisa-bisanya Candra punya saudara kembar berandal kayak lo.”

Kalimat itu menyulut api di kepala Cakra. Secepat kilat Arhab maju dan menghentikan Cakra.

“Edrik, lo bisa diem gak?!”

“Ada apa ini?” tanya Candra yang terlihat mendekati kerumunan itu dengan Damara dibelakangnya.

Beberapa siswa yang menghapal suara beratnya pun langsung berhamburan meninggalkan koridor. Menyisakan keempat orang yang menjadi pusat pertontonan tadi.

"Kalian berempat ikut gue ke ruang BK. Sekarang!"

***

Di ruangan BK, empat orang berdiri di sebelah Candra.

Mereka memerhatikan ibu Silva yang tengah sibuk mengemasi buku-buku yang ada di mejanya dan memasukkannya ke dalam tas.

"Candra, kamu yang urus mereka. Ibu ada urusan di luar."

“Baik, Bu.”

Setelah ibu Silva pergi, Candra pun mengalihkan pandangannya pada keempat orang yang berdiri di hadapannya.

Menatap Cakra yang menjadi salah satu diantara ke empat orang itu.

"Jadi apa alasan lo bogem anak orang di koridor? Ini masih pagi!" ucap Candra memandangnya tajam.

My Boy is a Hacker (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang