°Chapter 24

48 9 1
                                    

Refan sedang menelpon seseorang, gerak-geriknya sangat mencurigakan.

"Permainan baru dimulai ha ha ha," bisik Refan dengan seringai layaknya iblis.

Hendra yang baru saja keluar dari secretroom nya, curiga dengan adanya Refan yang berdiri di depan pagar.

"Ngapain di sini?"

"Ah, saya sedang menunggu makanan yang saya pesan, Pak. Anda sudah selesai?"

"Hmm ... iya," ucap Hendra sedikit curiga tetapi tidak memusingkannya. "Antar saya ke kantor."

"Baiklah. Tunggu sebentar, Pak." Refan membuka pintu mobil untuk Hendra dan mempersilakannya masuk. "Silakan, Pak."

Setelah Refan mengantar Hendra ke kantor, ia bergegas melajukan mobilnya ke suatu tempat. Sebuah rumah yang tidak jauh dari kantor sang bos.

Sekitar lima belas menit, akhirnya ia sampai ke tempat yang dituju dan bergegas masuk ke dalam.

"Bagaimana?" tanya seseorang bertubuh tinggi besar saat Refan sudah berada di hadapannya.

"Sepertinya rencana yang satu ini, aku tidak bisa."

"Kenapa?"

"Kalau aku yang berbicara akan langsung ketauan," ucap Refan menjelaskan kepada seseorang di hadapannya.

"Baiklah. Kali ini biar saya yang turun tangan. Ha ha ha," ucap orang tersebut, disertai tawa jahatnya.

Refan sedikit ngeri namun lega karena ia tidak perlu melakukan tugas yang agak sulit itu.

"Aku ijin pulang supaya pak Hendra tidak curiga."

Setelah diangguki oleh orang dihadapannya itu, Refan melangkah pergi. Tidak lupa ia memamerkan smirk andalannya yang mematikan.

***

Seperti yang telah mereka sepakati kemarin, hari ini Sasa dan Sherly pergi ke taman hiburan. Dalam rangka menghilangkan stress sahabatnya, Sherly pun rela menggedor-gedor pintu rumah Sasa agar cewek kebo itu segera bangun.

Bahkan, Jefri--si anjing peliharaan Sasa--sampai ia belikan makanan kaleng agar tidak menggonggong padanya. Merepotkan.

"Sa, lo masih ngambek gara-gara gue begoin anjing lo?"

"YA IYALAH, ONENG! KALO JEFRI SAMPE NYEBRANG KE JALANAN KAN DIA BISA MATEK!" jawab Sasa penuh penekanan di setiap katanya.

"Hehe jangan cemberut dong ... utututu. Gue minta maaf deh. Habisnya piaraan lo gonggong mulu. Makanya gue taro makanannya di seberang jalanan. Haha," balas Sherly tidak merasa bersalah.

Sasa mencebik. "Gue maafin, tapi lo traktir pas di dalam. Gue gak bawa duit soalnya."

"Anjas. Yaudah, gapapa deh demi temen."

Mereka pun masuk ke dalam taman hiburan. Mata Sasa berbinar-binar ketika mendapati satu stan penuh aksesoris. Sherly pun berencana membeli dua gelang untuk mereka kenakan masing-masing sebagai gelang persahabatan tentunya.

"Sa, lo pilih-pilih gelangnya dulu. Ini gue mau beli minum bentar. Lo mau nitip gak?"

"Boleh deh. Samain aja sama punya lo."

"Woke sip."

Setelah Sherly pergi, Sasa kembali pada aksesoris yang tersusun di dalam kotak itu. Dia mengerjap. Tiba-tiba saja muncul keinginan untuk mengambil gelang itu tanpa sepengetahuan si penjual. Tangannya bergerak mendekati satu barang--

"Boo?"

DEG!

Tangannya kembali turun. Namun, yang paling membuat Sasa terkejut adalah orang yang menegurnya baru saja. Dia benci mengakui ini, tapi ia yakin yang barusan memanggilnya adalah Cakra. Kebetulan macam apa ini Tuhan?

My Boy is a Hacker (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang