Tettt ... tettt ... tettt ...
Suara bel itu pun menjadi akhir dari seluruh pembelajaran hari ini. Cepat-cepat Sherly mengumpulkan semua buku-bukunya, lalu memasukkannya ke dalam tas. Setelah ia menggendong tasnya ke punggung, Sherly berdiri dan menenteng tas milik Sasa.
Derap kakinya memecah keheningan koridor. Siswa yang sibuk menuju koridor utama pun asal ditabrak saja oleh cewek itu. Deren yang baru keluar dari kelasnya memerhatikan cewek yang disukainya itu ketika melintas di depannya kelasnya.
"Sherly!" panggil Deren.
Sherly pun menoleh, namun cewek itu kembali mengencangkan tungkainya menuju UKS.
Tok! Tok!
Sesampainya di depan UKS, Sherly pun mengetuk pintunya lalu masuk. Di dalam, hanya Sasa seorang diri bersama satu petugas PMR yang sedang piket hari itu.
"Padahal lo gak perlu repot-repot begini, Sher." Sasa merasa tidak enak saat Sherly membawakan tas miliknya.
"Ya, suka-suka guelah," sahut Sherly yang sudah duduk di dekat Sasa.Dia menoleh pada Sasa yang tersenyum tipis.
"Lo diapain aja sama mereka?" tanyanya.
"Cuma disiram air bekas pel."
"Cuma?" Sherly memasang raut datar. Tidak terima ia dengan kalimat Sasa yang seolah menganggap remeh pembullyan yang ia alami.Sasa menunduk.
"Makasih, Sher. Dulu gak ada yang mau peduli sama gue, sekarang ada lo. Gue bersyukur banget punya sahabat kayak lo."
"Me too." Sherly pun memeluk Sasa dengan akrabnya.
"Oh, iya. Tau dari mana lo kalo gue abis dibully?"
"Kak Candra," jawab Sherly dan seketika itu senyuman Sasa sedikit mengembang. Sherly bisa melihatnya.
"Bagus ya, Sa. Sekarang lo mau embat saudara kembar itu? Kecil-kecil udah belajar poliandri?" goda Sherly sambil menggelitik Sasa.
Tawa keduanya mendadak berhenti ketika Cakra tiba-tiba masuk bersama Deren dan Arhab.
"Gue antar lo pulang," ucap Cakra yang kemudian meraih tangan Sasa.
"Tapi ...." Sasa menoleh pada Sherly.
"Ya ampun, Sa. Kak Cakra khawatir sama lo, makanya dia mau anter lo pulang." Sherly mulai gemas sendiri dengan ketidakpekaan sahabatnya ini.
"Ah, i-iya." Sasa hendak berdiri, namun Cakra langsung berjongkok di depannya.
"Gue masih bisa jalan kok," tolaknya dengan halus.
"Oke."
Keduanya pun melenggang pergi-menuju parkiran. Cakra memberikan helm untuk Sasa. Setelah siap dengan semua atribut berkendara, cowok itu pun menancap gas dan meninggalkan area sekolah.
Sementara itu, Dea terlihat sedang duduk santai di kafetaria sambil menghilangkan rasa kesalnya. Lalu, tanpa sengaja ia mendapati Cakra dan Sasa melintas di depan matanya.Tangannya mengepal ketika matanya melihat tangan Sasa yang dipaksa oleh Cakra untuk melingkar ke perutnya
"Sialan!" Dea menggebrak meja.
"Awas lo cewek penganggu. Gue bakalan bikin perhitungan ke elo. Liat aja tiga hari ke depan, hidup lo bakal tambah jadi neraka setelah gue balik sekolah," gumam Dea dengan senyuman iblis.
"Gue gak bakal ngelepasin lo gitu aja, Sasa." Dea pun beranjak pergi dari kafetaria.
***
Cakra menurunkan kecepatan motornya ketika memasuki kediaman Askara. Lalu berhenti tepat di depan beranda rumahnya dan menoleh ke belakang.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Boy is a Hacker (Completed)
Genç Kurgu[Sudah terbit di Laskar Publisher, novel masih bisa di pesan lewat Shopee, link ada di bio profil.] Ini bukan kisah cinta biasa. Ini adalah kisah cinta Clarissa Nazela Askara, gadis berparas cantik yang menderita kleptomania. Tentang Candra Clovis B...