°Chapter 14

71 13 1
                                    

Cewek itu mengerjap singkat dan melongo tidak mengerti dengan kalimat yang baru saja dilontarkan oleh cowok di depannya itu.

"Apa?"

Sepertinya Sasa baru saja terkena sindrom budek. Belum lagi dengan wajahnya yang sedari awal terlihat aneh, kini tambah tidak terkondisikan lagi di hadapan cowok itu.

Cakra tidak rabun dekat kan?

"Gue suka lo, Sa. Lo mau gak jadi paca--" Cakra menggelengkan kepala. Cepat-cepat ia meralat kalimatnya. "Lo harus jadi pacar gue karena gue suka sama lo," tegas Cakra.

"Ha?" Sasa masih cengo dengan kalimat Cakra. Cewek itu sulit memercayai pendengarannya sendiri.

Cakra bertumpu lutut dan menyentuh kedua bahu Sasa. Netranya memandang intens iris coklat di depannya.

"Gue serius, Clarissa Nazela Askara. Gue suka sama lo dan gue gak mau dengar penolakan sama sekali," tukasnya.

Sasa kehilangan ekspresinya. Tiba-tiba saja ia merasa muak dengan kalimat Cakra yang terdengar seenaknya. Sasa beringsut berdiri dengan tangan mengepal.

"Memangnya lo siapa? Lo pikir gue cewek apaan? Gak usah seenak jidat mutusin gue jadi pacar lo karena gue gak bakal sudi," ucap Sasa sedikit geram.

Sasa akui bahwa cowok di depannya ini memang parasnya tampan. Siapa pun pasti menginginkan agar Cakra menjadi pacarnya. Tidak terkecuali Sasa. Cewek itu bahkan berhasil dibuat salah tingkah beberapa waktu lalu, namun Sasa bukanlah cewek bodoh yang akan dengan senang hati melupakan semua perbuatan Cakra padanya.

Pertemuan mereka di kafe waktu itu adalah yang paling membekas di benak Sasa. Bagaimana tidak? Cewek itu merasa seperti orang bodoh yang mendekati seorang cowok yang ternyata tidak mengenalnya sama sekali.

Oh, salah.

Lebih tepatnya, cowok tersebut pura-pura tidak mengenalnya, lantas bersikap dingin padanya. Harga diri Sasa terluka.

"Gue?" Cakra ikut berdiri, lalu menunjuk dirinya sendiri. "Ya pacar lo. Kita baru aja jadian," lanjutnya enteng. Hendak merangkul Sasa, namun ditepis oleh cewek itu.

"Gue tanya, lo siapa hah?!" tanyanya dengan nada tinggi.

"Iya, gue pacar lo sekarang." Cakra terlihat begitu percaya diri, membuat Sasa mulai mengabsen satu per satu nama hewan di kebun binatang.

" My boo. " bisik Cakra ke telinga Sasa, membuat cewek itu mendelik.

"Lo!" ucap Sasa mengacungkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Cakra. "Cakra Cipta Bamantara ... lo itu cowok yang sama dengan yang janjian ketemuan sama gue di kafe. Gue benci sama lo dan sekarang lo bilang suka sama gue?!"

Kampret lo Arhab, gue jadi ditolak gara-gara kelakuan syaiton lo. Ntar gue kasih perhitungan buat lo playboy cap kapak. batin Cakra mengumpat.

"Gue tau lo kecewa waktu itu, Sa. Tapi--"

Sasa terkekeh pelan--menginterupsi kalimat Cakra, lalu cewek itu menunduk sedikit untuk mengumpulkan semua buku-buku di depannya, kemudian berdiri lagi.

Sasa menoleh pada Cakra dengan raut menekuk. Menahan beban berat yang tertimpuk di kedua tangannya dan berkata, "Masih terlalu cepat seratus tahun bagi lo buat bisa jadi pacar gue." Sasa mengerutkan alisnya tambah dalam. "Dan gue pikir, gak akan ada lagi kesempatan kedua buat cowok yang sama."

Cowok itu mematung. Netra hitamnya tampak menatap Sasa yang sudah memunggunginya hendak melangkah ke anak tangga berikutnya.

"Gue minta maaf soal yang di kafe, Sa! Maafin gue karena gak--"

My Boy is a Hacker (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang