°Chapter 4

129 19 0
                                    

Sherly yang sedang membaca novelnya pun teralihkan merasa ada seseorang yang menuju padanya. "Lo kenapa dah, Sa?" tanya Sherly, melihat Sasa yang mengomel sepanjang jalan menujunya.

"Gapapa," jawab Sasa singkat mendudukan dirinya di kursi yang berhadapan dengan Sherly. Gadis berambut sebahu itu mengedikkan bahunya disaat ia mendengar jawaban singkat sahabatnya.

"Udah dapet bukunya?" tanya Sherly, berusaha mencairkan suasana.

"Udah. Balik kelas yok," ajak Sasa dan melenggang pergi sambil membawa buku tebal penuh rumus itu menuju penjaga perpus untuk dipinjam.

"Dasar kutu kupret," sebal Sherly, lantas membawa novelnya ikut menyusul Sasa.

Sementara di sisi cowok bertubuh tinggi itu, Cakra tersenyum sinis dan segera menghampiri Deren dan Arhab. Dua sahabat toxicnya itu masih sibuk membersihkan sarang laba-laba yang mengotori langit-langit perpustakaan.

"Oi, bro!" seru Cakra sambil merangkul dua sobat begonya itu.

"Apa sih, kmprt?!" umpat Arhab yang melepas rangkulan Cakra dan melanjutkan kegiatannya.

"Yeee, biasa aja kali." Cakra beralih pada sobatnya yang bertubuh sedikit pendek darinya.

"Apaan, Cak?" tanya Deren penasaran.

Cakra menuntun Deren ke sudut ruangan. Sebisa mungkin ia menepi dari Arhab dan membuat cowok berlensa coklat itu penasaran dengan pembicaraannya dengan Deren.

"Si ce--"

"Eh, lo berdua jangan jauh-jauh jir. Gue mau denger juga," ucap Arhab dengan jiwa kepo yang menguar.

"Sabodo. Tadi antum gak mau denger kan. Lo bebersih aja deh. Noh, meja masih banyak debunya. Sarang temen-temen lo juga menggunung tuh. Syuh syuh!" balas Cakra sambil menggerakkan tangannya, seolah mengusir Arhab.

"Bah, kmprt pisan euy." Arhab kembali menggulung sarang laba-laba di atasnya, sementara Cakra berjongkok bersama Deren yang kian penasaran.

"Jadi apa, cok?"

"Lo tau gak? Si cewek glowing yang gue temuin dari aplikasi pick love itu sekolah di sini jim! Kayaknya dia jodoh gue deh."

"Anjrit. Tau dari mana lo?" tanya Deren kaget.

"Baru aja gue ketemu. Gila sih, lebih cantik aslinya."

"Eh, sialan. Napa gak panggil gue?!" tanya Arhab main nyelonong ke tengah pembicaraan dua orang itu.

"Pakyu. Ini gebetan gue, jangan lo embat juga," protes Cakra disertai umpatan tentunya.

"Kali aja dia lebih naksir gue," kata Arhab sembari menggerakkan alisnya naik turun.

Cakra mendengus. "Gantengan juga gue."

"Kmprt," ucap Arhab dan Deren kompak.

"Ck, lagian dia kayaknya marah sama gue. Ini semua gara-gara elo, Ar."

"Lah, kok gue."

"Yang ngasih obat pencahar kan elo, sialan." Deren mulai angkat bicara. Bosan dia menyimak terus.

"Tuh. Deren emang sohib gue. Gak kayak lo!"

"YANG TIGA ORANG DI SANA, KALIAN NGERUMPI GITU SUDAH SELESAI? APA GIMANA?!"

Suara melengking nan menusuk itu membuat ketiganya berdiri dengan cepat untuk mengambil sapu, lantas mereka kembali menggulung sarang laba-laba di sana.

***

12 MIPA 1

Kelas akselerasi khusus bagi para siswa siswi berprestasi yang berada di tingkat paling tinggi. Bisa dibilang isinya adalah orang-orang dengan wajah kaku dan serius. Tentunya dilengkapi dengan otak encer, kompetitif dan memiliki IQ yang di atas rata-rata.

My Boy is a Hacker (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang