32| Kecewa

218 22 4
                                    

Marah gak bisa balikin keadaan menjadi seperti yang kita harapkan, jadi lebih baik diam.
-Thafa
_______

Vote and comment🦋
Sebagai bentuk apresiasi
____________________________

Sudah sekitar 30 menit Thafa berkutat dengan tepung terigu, mentega, telur dan bahan pembuatan kue lainnya, di bantu oleh mbok Minah. Dan sekarang, Thafa hanya tinggal menunggu kuenya matang dari dalam oven.

Ia sengaja bangun cepat agar bisa membuat kue ulang tahun ibunya yang ke 35 tahun.

Setelah semuanya siap, Thafa membereskan
Semuanya, lalu menyajikan dan menghias kuenya sampai cantik.

"Yeay, kue nya udah siap." Sorak Thafa Kegirangan.

"Diliat aja, kue nya udah bikin ngiler non."

"Mbok bisa aja. Tapi sepertinya masih ada yang kurang, Mbok." Argumennya menatap kue buatannya seolah merasa kurang.

"Apa non? Perasaan sudah bagus."

"Lilin. Oiya, Thafa lupa beli lilin." Thafa menepuk jidatnya, "masih jam 06, masih keburu buat beli lilin." Lanjutnya menyalimi tangan mbok.

"Non mau beli lilin?"

"Iya Mbok, mumpung ibu belum bangun." Jawabnya meletakkan kue buatannya itu diatas meja bersama dengan kado yang telah dibungkus dengan cantik.

"Kalo gitu, mbok lanjut nyuci pakaian dulu yah non di belakang." Ujar mbok Minah yang diangguki Thafa.

Thafa berjalan keluar berniat untuk membeli lilin yang lupa dibelinya kemarin bersama Faris. Namun saat berjalan di dekat tangga, ia berpapasan dengan Adara yang baru saja bangun.

"Lo mau kemana Thafa?" Tanyanya.

Thafa tersenyum, "mau beli lilin. Gue duluan yah," jawabnya. Thafa kemudian berlalu meninggalkan Adara yang masih bingung dan mengangkat kedua bahunya.

Yang pertama kali Adara temukan saat masuk ke dapur ialah kue ulang tahun cantik beserta kado dengan pembungkus biru langit serta pita berwarna merah yang terletak diatas meja, tanpa melihat adanya seseorang disana.

"Yang ulang tahun siapa?" Tanyanya pada diri sendiri. "Ini pasti kue buatan Thafa. Tapi untuk siapa?" Lanjutnya bingung.

Seseorang juga memasuki dapur, "Pantes saja tante sedari tadi nyium aroma kue, ternyata kamu yang buat." Ujar Abriana menyadarkan lamunan Adara.

Abriana langsung memeluk Adara dengan erat, "makasih yah kamu rela bangun sepagi ini hanya untuk bisa buatin kue di hari ulang tahun tante," tutur Abriana.

Setelah mendengar itu, Adara baru sadar ternyata hari ini adalah ulang tahun Abriana.

"Ohiya, hari inikan ulang tahunnya tante Abriana. Kok gue bisa lupa sih?" Batinnya merutuk.

"Sekali lagi terimakasih ya, kamu memang selalu ngerayain ulang tahun tante." Ujar Abriana sekali lagi.

Adara tersenyum, "Iya tante sama-sama."

"Kalo gitu, kita bawa kuenya yuk ke depan!" Ajak Abriana yang diangguki Adara.

Saat ini mereka sudah berkumpul di ruang tamu, untuk merayakan ulang tahun Abriana secara sederhana.

"Potong kuenya, potong kuenya, potong kuenya." Sorak Adara, Athala dan juga Abriana.

Setelah selesai sesi pemotongan kue, Abriana memberikan potongan pertama kepada suaminya, dan yang kedua untuk Adara.

Dilemma ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang