40| Broken Heart

275 24 4
                                    

Raga : Aku tau kamu sudah lelah.
Hati : Yok coba lagi, siapa tau mereka bisa berubah.
-Thafana Ailinindya Athala
___________

Sorry to say reader.
Chapt or part this very long.
But I hope u happy reading in this chapt.
So, thanks✨
___________

Thafa tengah berjalan, di trotoar depan sekolah untuk menghampiri halte tempatnya biasa menunggu angkot. Dara yang berjalan berlawanan arah dengannya, dengan sengaja menabrakkan bahunya pada Thafa.

"Aww!! " Ringisnya memegangi bahunya yang ditubruk dengan keras. "Dara?" Gumamnya saat melihat wajah yang menubruknya.

"Gimana rasanya dikecewain? Sakit?" Tanyanya tersenyum sinis.

"Maksudnya?"

"Ahha, gak usah ngelak lagi deh. Gue udah tau semua kebohongan lo dan hubungan lo dengan Faris."

Thafa berusaha mencerna pernyataan Dara. "Oh jadi ini semua rencana Lo?"

"Kalo iya, kenapa?"

"Lo kok tega sih sama gue? Sahabat Lo sendiri? Lo tega nyakitin gue dan buat hubungan gue dengan Faris semakin rumit." Thafa memegang kedua bahu Dara.

Dara melepaskan pegangan Thafa dari bahunya, "Sahabat? Sahabat mana yang nyakitin sahabatnya sendiri." Dara mendorong bahu Thafa. "Lo yang tega  khianatin Gue. Gue benci Lo, sangat benci Lo, Gue gak mau nganggap Lo sahabat." Lanjutnya.

"Gue gak pernah maksain orang buat suka sama Gue, tapi seenggaknya kalau memang nggak suka itu jangan bikin sakit hati yang akan berujung air mata nantinya."

"Sakit hati? Bukannya Lo yang nyakitin Gue? Bohongin Gue?" Decak Dara tak terima.

"Nyakitin? Yang sebenarnya di sakitin di sini itu siapa sih, Dar? Elo atau Gue?" Cicit Thafa dengan air mata yang sudah tak bisa Ia bendung.

"Gue, gue rela ngalah berbagi kasih sayang dan cinta orang tua Gue sepenuhnya ke Lo. Gue ikhlasin kue ulang tahun dan kado hasil kerja keras Gue, Gue relain kamar Gue, dan semuanya buat Lo. Gue rela ngalah dan nahan sakit demi lihat Lo bahagia." Lanjut Thafa berderai air mata, tak memperdulikan lalu lalang yang melihatnya.

"Gitu doang dibilang ngalah. Sedekahin pacar, itu baru ngalah yang sesungguhnya."

"Awalnya sih gitu. Awalnya Gue udah berusaha buat ikhlasin Faris demi lo. Tapi, melihat sifat asli lo, gue jadi berfikir 2 kali dan memilih menarik keputusan gue."

Dara tidak mendengar pernyataan Thafa. Ia fokus melihat kebelakang, sesosok lelaki yang sudah pasti Faris berkendara menghampiri mereka.

Dengan senyum smirk, Dara menampar dirinya sendiri seolah memperlihatkan kelihaiannya ber-acting, agar Faris merasa bahwa Thafa yang melakukan itu.

"Lo tega banget sih sama gue Thafa." Dara mengeluarkan air mata buayanya.

"Maksud lo apa?"

"Gue salah apa sih sama lo? Lo tega nampar gue."

"Thafa?!" Faris menghampiri mereka dengan motor yang sudah Ia tinggalkan. "Aku gak nyangka kamu bisa setega ini sama Dara." Lanjutnya.

"Ta-tapi aku gak ngelakuin apa-apa. Dia sendiri yang-"

Dara dengan cepat memotong ucapan Thafa, yang akan membongkar semuanya. "Dia nampar Gue, Ris. Dan sekarang sepertinya penyakit Gue kambuh lagi."

"Thafa!! Aku tau kamu cemburu, tapi jangan jadi sepicik ini juga!! Bukannya dulu ini yang kamu mau? Awalnya aku kan sudah berusaha buat kamu mikir baik-baik tentang keputusan kamu. Tapi kamu tetap kekeuh dengan keputusan kamu. Dan sekarang setelah semuanya terlanjur kamu malah gak terima.  Kamu tau aku sayang sama kamu, tapi jangan jadikan itu sebagai buatmu kurang ngajar pada orang yang dekat denganku. Kalau sampai terjadi sesuatu dengan Dara, kamu yang tanggung akibatnya." Gertakan Faris membuat Thafa terdiam. Sesak pilu di dadanya akibat omongan Faris, membuat dirinya tidak bisa berkata-kata lagi.

Dilemma ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang