21| Terungkap

214 27 4
                                    

Lisan bisa saja profesional dalam hal berbohong. Namun hati, berniat berbohong saja sudah tak mampu.
-Thafana Ailinindya Athala
________

Don't forget to ⭐ and 💬

Nih! Happy Reading Guyss ❤️
________________________

Langkah tertatih, Thafa menapaki trotoar dengan kepala yang linglung. Entah, saat ini kepalanya begitu pusing. Padahal, obat serta vitaminnya sudah Ia minum rutin, bahkan Ia sudah ambil cuti seminggu dari kerjaannya hanya untuk fokus menjaga kesehatannya.

"Aww kepalaku kok pusing banget?" Ringisnya memegangi kepala.

Sudah hampir dua jam Ia menunggu angkot di halte sejak pulang sekolah, namun angkotnya belum ada. Akhirnya Ia memaksakan untuk berjalan kaki.

Ia melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. "Udah jam 04 sore, tapi gak ada angkot juga yang lewat." Cicitnya, semakin memperkuat pijatan di kepalanya.

"Aww! Ya Allah, kepalaku kok pusing banget?" Cicitnya memegangi pohon, agar tak jatuh. "Ssshh!! ya Allah, sakit banget ya allah. Hikss, ya Allah aku gak kuat." Rintihnya sedikit mengeluarkan air mata.

Tak selang beberapa lama, Thafa akhirnya pingsan karena tak bisa menahan sakit yang melanda kepalanya.

Untung saja, ada beberapa orang melihat dan menolongnya.

"Yaampun ada orang pingsan tuh, yuk kita tolongin!"

Mereka dengan sigap menghampiri Thafa yang tergeletak di trotoar jalan.

"Ayo kita bawa mbaknya ke rumah sakit terdekat!"

"Cek ponselnya dulu! Coba telfon nomor yang terakhir di hubunginya!" Gumam salah satu orang tersebut.

Setelah menghubungi, mereka membawa Thafa ke rumah sakit terdekat, agar bisa segera diperiksa.

•••

Laki-laki dengan tampang cemas memasuki rumah sakit dengan tergesa-gesa.

"Maaf Sus, pasien atas nama Thafana Ailinindya Athala, ada di ruangan berapa?" Tanyanya menghampiri receptionist.

"Tunggu sebentar yah, saya cek dulu." Gumamnya mengecek daftar pasien. "Pasien Atas nama Thafana Ailinindya Athala, ada di ruangan nomor 2." Jawabnya.

"Makasih." Gumamnya, dengan segera menghampiri ruangan tersebut.

Baru saja Ia ingin masuk, namun dokter yang memeriksanya baru saja keluar. Kebetulan, rumah sakit yang ditempati Thafa sekarang adalah rumah sakit yang biasa ia tempati check up dan dokter yang memeriksa Thafa adalah dokter Asnan.

"Dok, bagaimana keadaan teman saya?"

"Temannya Thafa?"

"Iya dok saya temennya."

"Biasanya Hanif yang nganter Thafa kesini."

Faris tersenyum kecut mendengarnya, namun Ia mencerna sekali lagi pernyataan dari dokter Asnan yang mengatakan kata BIASANYA.

"Berarti Thafa sering dong kesini? Dan bersama Hanif."  Batinnya.

"Boleh saya bicara dengan kamu sebentar?"

"Boleh dok."

"Yaudah mari ikut ke ruangan saya!"

Faris mengangguk dan mengikut ke ruangan dokter tersebut.

Dilemma ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang