Jadi orang jangan terlalu baik.
Sekali-kali tega itu perlu.
-Faris
________Ada typo, tandai yah:) please help me.
______________________Sebuah taksi berhenti di depan gerbang rumah rumah besar. Siapa lagi kalau bukan Faris dan Thafa. Yah, mereka pulang mengendarai taksi karena motor Faris yang masih rusak, dan ia tinggalkan dipinggir jalan begitu saja sewaktu ia membawa Thafa ke rumah sakit.
"Sini biar aku bantu." Ujar Faris membuka pintu sisi tempat Thafa duduk, sembari mengulurkan tangannya.
Tak ragu, Thafa menerima uluran tangan Faris agar membantunya berdiri. Mereka berjalan bersama dengan Faris yang dengan telaten memapah Thafa, untuk membantunya masuk ke dalam rumah.
Belum sempat mereka membuka gerbang, sinar dari lampu depan sebuah mobil menghentikan langkah mereka.
"Oh jadi ini kelakuan kalian selama ini?" Argumen seseorang dengan suara beratnya, masih mengucapkan kalimat yang tidak terlalu emosi.
Mereka membalikkan badan perlahan. "A-aayahh?" Sebutnya dengan kaget melihat sesosok lelaki paruh baya, dengan badan yang tegap berdiri di hadapannya.
Faris yang tidak menau apa-apa hanya bisa menyengir memperlihatkan deretan giginya pada Athala, yang kini sedang menatap mereka tajam. Toh, Faris merasa gak ngelakuin kesalahan apa-apa. Dia hanya membantu anaknya agar pulang dengan selamat.
"DARI MANA KALIAN?" Tanya Athala dengan suara tinggi yang membuat keduanya terlonjak kaget.
Thafa yang tadinya menunduk seketika mendongakkan kepalanya, "I-itu yah, engh Thafa dari su-supermarket." Jelas saja Thafa berbohong.
Faris yang mendengarnya heran, sekaligus hanya bisa mengiyakan alasan dari Thafa tadi. "Iya om."
"JANGAN COBA-COBA KALIAN BOHONGIN SAYA! APAKAH PANTAS KE SUPERMARKET PELUK-PELUKAN SEPERTI INI?"
Thafa dengan refleks menjauhkan badannya dari tangan Faris, begitupun sebaliknya.
"MASUK KAMU THAFA!!"
Tak menjawab apa-apa, Thafa menurut perkataan ayahnya. Meninggalkan Faris yang masih berdiri disana.
"KAMU JUGA MASUK! BERANINYA BAWA ANAK CEWEK MALAM-MALAM."
Bukannya takut, Faris justru tersenyum tipis mendengarnya. Menurutnya, dengan begini, Ia bisa membantu Thafa menjelaskan semuanya.
Setelah memarkirkan mobilnya di garasi, Athala menghampiri Thafa dan Faris yang sudah berada di ruang tamu.
Keringat dingin memenuhi pelipis Thafa, tatkala melihat ayahnya berjalan kearah mereka.
"THAFA? JELASKAN SAMA SAYA! DARI MANA KAMU?" Tanya Athala denga sedikit bentakan, yang justru membiat Thafa kaget.
"Tadi kita ke rum-"
"Saya tidak nanya sama kamu. Saya nanya sama dia." Balas Athala memotong ucapan Faris yang hendak menjawabnya.
"DIAM KAMU INI SUDAH MENJAWAB, KALAU KAMU MEMANG ANAK YANG TIDAK TAU DI UNTUNG. SUDAH BERAPA KALI SAYA BILANG, KALAU ATURAN DI RUMAH INI TIDAK BOLEH KELUAR MALAM!! KAMU PUNYA TELINGA ATAU TIDAK? HAH?" Cercah Athala bertubi-tubi pada Thafa, dengan disaksikan Faris yang memasang wajah kaget setengah mati.
"Om, om ini bukan salah Thaf-"
"DIAM KAMU! INI SUDAH KEDUA KALINYA KALIAN PULANG MALAM SEPERTI INI. TAPI KALI INI, KAMU BERANI MENGINJAK RUMAH SAYA." Tunjuk Athala.
Faris mengernyit mendengarnya. Bukannya ini adalah pertama kalinya mengantarkan Thafa pulang dengan keadaan malam? Bahkan jika motornya tidak mogok, dia tidak bakal mengantarkan Thafa kemalaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilemma ✓
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Jika orangtuaku tidak menginginkanku dan kamu ternyata bukan milikku, lantas atas tujuan apa kakiku berpijak di bumi? Karena sepertinya, langitlah yang lebih menginginkanku dan tanahlah yang akan tulus mendekapku. ~ Startin...