42| Tragedi

435 22 4
                                    

Mulut berkata ikhlaskan. Namun hati berkata pertahankan. Lantas yang mana yang harus kudengarkan?
-Thafana Ailinindya Athala
______

Vote and comment 🥀🦋✨
_______________

Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan SMA Excellent, dan Thafa mendapatkan juara umum satu serta Faris juara umum 2.

Thafa sungguh tak sabar memberitahukan Mbok Minah kabar bahagia ini. Piala di tangannya sangat membuat hatinya saat ini bersemangat.

"Mbok Minah pasti senang ngeliat piala ini. Apalagi kalau dia tau, aku dapat juara umum."

Ia terus saja menyusuri gang-gang kecil, yang menghubungkan nya dengan kontrakannya saat ini. Langkahnya sontak berhenti, saat seseorang menarik tangan dari belakang.

"Thafa, kenapa kamu terus saja ngehindar dari aku? Aku minta maaf karena udah ngebentak kamu waktu itu." Faris langsung memutar bada Thafa, lalu memeluknya.

"Aku mencoba datang ke rumah kamu, tapi satpam bilang kalau kamu keluar dari rumah. Aku mohon Thafa jangan hindarin aku kayak gini, aku gak bisa." Lanjutnya.

"Bukannya ini kemauan kamu?"

"Maksudnya? Aku yang nyuruh kamu hindarin aku?" Faris kembali bertanya. Thafa mengangguk.

"Kapan aku ngomong seperti itu?" Tanyanya, Thafa memperlihatkan pesan terakhir Faris untuknya.

Tentu saja Faris bingung, Ia tidak pernah merasa mengirim pesan itu. Seketika pikirannya mengingat waktu itu ponselnya di pinjam oleh Dara.

"Ini bukan dari aku. Ini pasti dari Dara." Tampiknya, "Jadi ini alasan kamu jauhin aku?" Thafa hanya diam tak menjawab apa-apa.

Tidak. Air matanya tidak boleh jatuh. Dia tidak boleh terlihat lemah di depan Faris.

"Kamu masih cinta kan sama aku?" Tanya Faris membesarkan volumenya. Thafa masih diam dan setia menunduk. "Jawab Thafa! Kamu masih cinta kan sama aku?" Tanyanya sekali lagi dengan suara tak kalah besarnya.

"Iya, aku masih cinta sama kamu. Bahkan cintaku sudah full jauh sebelum hari ini. Tapi aku tidak boleh egois, karena Dara lebih menginginkan kamu." Ungkap Thafa yang langsung dipeluk Faris.

Mereka tak menyadari kalau aksi mereka saat ini tengah di saksikan oleh Dara yang sedari tadi mengikuti Faris.

"Mulai hari ini, katakan pada masa lalu, bahwa kita adalah kisah dan cerita yang telah usai." Thafa membalas pelukan Faris.

"Tidak Thafa! Apa maksud kamu? Aku tidak mau kamu jauh dari aku, kau tidak tau aku begitu terluka dan tersiksa bila aku jauh dari kamu." Faris mencengkeram kedua bahu Thafa kuat, yang membuat Thafa meringis.

"Kamu kira hanya kamu yang tersiksa? Kamu tidak pernah tau, betapa terlukanya aminku saat namamu perlahan kuhapus paksa dalam do'aku."

"Maka dari itu kamu jangan pergi lagi, jangan hindarin aku lagi." Faris terus saja memeluk Thafa dengan bahu yang bergetar.

Jika kalian kira Faris itu cengeng, kalian salah besar. Karena jika lelaki menangis sebab orang yang dicintainya, berarti cintanya tidak main-main.

"Karena kita memang tidak bisa bersama lagi Faris!" Thafa menangis. Air matanya lolos membasahi pipinya.

"Gak! Kamu udah pernah janji tidak akan pernah pergi dan ninggalin aku." Faris frustasi, Ia sangat terpukul dengan pernyataan Thafa.

"Hanyalah kemustahilan seseorang menetap abadi tanpa adanya kata pergi."

"Tidak! Aku tidak bisa tanpa kamu Thafa." Faris kembali memeluk Thafa erat.

"Aku yakin kamu bisa. Aku yakin, kamu bisa bahagia dengan Dara."

"Gak! Aku tidak akan pernah bahagia bersama orang lain selain kamu."

"Bukan sekarang, tapi nanti kamu akan merasakan bahagia yang benar-benar bahagia."

"Tidak, Thafa! Kapan kamu bisa ngerti." Faris tidak sanggup dengan pernyataan Thafa.

Thafa tak membalas Faris lagi. Kini Ia membelalak karena di depannya Ia melihat Dara yang sudah menangis memegang dadanya yang sudah sesak.

"DARA!!" Pekik Thafa melepas pelukannya dari Faris.

"Dara?" Faris juga refleks membalikkan tubuhnya. Dam benar saja Dara sedang ada disana.

Dara mengepalkan tangannya, dan berlari sekuat tenaga menjauh dari mereka. Ia tak memperdulikan apapun dan siapa pun yang Ia tubruk di hadapannya.

Sedangkan Faris dan Thafa ikut mengejar Dara. Saat ini, mereka saling kejar mengejar. Thafa sangat takut jika Dara nanti membahayakan dirinya. Karena Dara orangnya sangat nekad dan tidak berfikir panjang dalam bertindak.

Sampai akhirnya Dara berlari ke jalan raya tanpa melihat kiri kanan, sedangkan di jalur yang Ia seberangi saat ini ada sebuah mobil yang berjalan dengan kecepatan tinggi.

Thafa dan Faris yang melihat mobil dan posisi Dara sekarang sontak berteriak. "DARA AWASSS!!"

"AAaaaaa." Pekik Adara saat mendengar teriakan keduanya dan melihat ke arah samping.

Nasi sudah menjadi bubur. Karena jarak yang terlalu dekat, Dara tidak bisa maju dan mundur untuk menghindar. Thafa dan Faris juga yang posisinya jauh tidak bisa berbuat apa-apa.

Tubuh Dara terpental cukup jauh, karena di tabrak dengan kecepatan tinggi. Dengan mobil yang tidak mau tanggung jawab alias tabrak lari.

"DARA!!!" Faris dan Thafa segera menghampiri Dara yang sudah tergeletak tak berdaya dengan darahnya yang mulai berserakan.

"Dara, hikss!! Maafin Gue, Gue gak bisa nolongin Lo." Thafa menangis memeluk Dara.

"Faris, ayo bawa Dara ke rumah sakit! Kenapa kamu diam saja." Gusar Thafa pada Faris. Cemas, khawatir, marah, takut bercampur aduk dalam diri Thafa sekarang

Faris dengan sigap menggendong Dara, mencari rumah sakit terdekat yang ada di sana.

TBC

Maaf yah guys, chapter kali ini begitu pendek dari chapter-chapter sebelumnya:)

Senin, 18 Januari 2021

Dilemma ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang