24| Jalannya Rencana

152 26 7
                                    

Berharap lebih akan sakit, bakal terlalu perih untuk diceritakan, dan terlalu sedih untuk ditampakkan. Tapi kenyataan akan selalu ada, menjadi saksi perjalanan kita, entah itu luka ataupun bahagia.
Thafana Ailinindya Athala
_______________

Pastikan sebelum baca, udah vote yah:)
Kalo kamu baik, komen juga😁

I love u buat kamu yang baik:) xixixi

Happy Reading Guyss
__________________

"Ris, ke kantin yuk!!" Ajak Hanif, menepuk pundak Faris yang masih setia duduk tukaran bangku dengan Aldi.

"Lo duluan aja. Entar gue nyusul." Jawabnya datar.

Thafa masih setia memandangi mereka. Sembari saling memberi kode kepada Hanif.

"Ayolah Faris! Lo tega yah, nyuruh sahabat lo jalan sendiri? Biar apa? Biar orang-orang ngira kalau gue itu jomblo?"

"Ih kok gue jadi jijik yah? Oke-oke gue temenin. Tapi gak usah rangkul-rangkul tangan gue ya?" Jawab Faris.

"Lah emang kenapa? Kitakan sahabat."

"Gue gak mau di sangka homo sama orang-orang." Cengir Faris berjalan keluar kelas.

Thafa yang mendengarnya sontak tertawa, dan menghampiri Hanif yang masih bercebik. "Hahaha, denger tuh! Jangan main rangkul-rangkul, hahaha." Thafa tertawa renyah dibuatnya.

"Kalau bukan karena Lo, malas banget gue harus bujuk-bujuk Faris kayak tadi." Balas Hanif memasukkan kedua tangan ke saku celananya.

Thafa tersenyum, "iya, makasih ya Hanif yang baik hati dan tidak sombong." Gumam Thafa mencubit kedua pipi Hanif, yang membuat Hanif salah tingkah.

"Hanif? Jadi gak nih ke kantinnya?" Teriak Faris dari luar kelas.

"I-iya tunggu bentar." Teriaknya, "yaudah Thafa, buruan masukin kertasnya! Mumpung gak ada murid lain yang liat!" Lanjutnya.

Thafa mengangguk, kemudian memasukkan gulungan secarik kertas yang sudah Ia ikat dengan pita berwarna merah, kedalam tas Faris.

"Sip." Gumam Thafa menaikkan jempolnya.

"Yaudah, gue keluar dulu yah! Keburu Faris masuk ke sini."

"Iya. Makasih ya Hanif." Senyumnya merekah.

"Sama-sama. Lo mau nitip apa gitu di kantin? Biar gue yang traktir."

"Gak usah, gue bawa bekal dari rumah kok." Tolaknya, "udah buruan pergi! keburu Faris curiga." Titah Thafa mendorong punggung Hanif.

"Oke, dahh."

Thafa membalasnya dengan senyuman manis, dan berharap dalam hati semoga rencananya ini berhasil dan Faris bisa serta mau memaafkannya.

•••

Kringggg🔔

Bel panjang pertanda pulang, berbunyi. Ini menandakan bahwa semua siswa maupun siswi sudah bisa pulang ke rumah masing-masing.

"Baik anak-anak, untuk hari ini sampai disini dulu. Sampai jumpa dipertemuan selanjutnya." Gumam Bu Nanda, sembari memakai tasnya.

"Iyaa Buu." Serentak semuanya, melihat Bu Nanda mengeluari kelas.

Melihat hal itu, Thafa dengan cepat memasukkan semua buku dan alat tulisnya ke dalam tas. Kemudian keluar kelas dan berjalan ke arah belakang sekolah.

Sama halnya dengan Faris yang juga bersedia untuk segera pulang. Ia dengan telaten membereskan buku serta alat tulis yang ada di atas meja, dan hendak ia turunkan kedalam tasnya. Namun saat membuka tasnya, secarik gulungan kertas yang berikatkan pita merah mengalihkan perhatiannya.

Dengan cepat, Ia menyimpan buku serta alat tulis yang dibereskannya tadi ke atas meja, kemudian meraih gulungan kertas tersebut.

Ia memerhatikan gulungan kertas tersebut secara intens, kemudian melihat ke arah sekitar, bermaksud ingin bertanya siapa yang menurunkan surat tersebut ke tasnya, namun sayang saat ini kelasnya sudah kosong, hanya ada dia sendiri sebab semuanya telah pulang ke rumah masing-masing.

Karena penasaran, dengan cepat Ia membuka pita kertas tersebut, membacanya sambil duduk di kursi Aldi yang kini menjadi kursinya sejak Ia marahan dengan Thafa.

Hy Faris, apa kabar?
Udah lama yah, kita gak ngobrol, heheh:)
Makasih sudah mau membuang waktu buat baca surat gak jelas gue ini.

Sebenarnya, dari awal gue gak pernah ada niatan ngomong seperti waktu itu. Gue ngerti gimana perasaan Lo saat itu, gue ngerti perasaan lo ke gue, walaupun sebenarnya gue belum ngerti sepenuhnya arti dari perasaan sesungguhnya itu seperti apa? Wkwkwk.

Gue buat surat ini, karena beberapa alasan. Dari Lo nyuekin gue, hindarin gue, gak mau balas sapaan gue, maaf dari gue, chat serta gak mau ngangkat telfon dari gue.

Hari ini, gue mau lo nemuin gue di taman belakang sekolah!

Gue hanya ingin memperjelas serta memperbaiki semua kesalahpahaman ini. Dan setelahnya, lo berhak nentuin sikap lo ke gue kedepannya. Dan gue janji gak bakal gangguin lo lagi dan gak bakal maksa lo buat maafin gue. Tapi, lo juga harus janji bakalan datang:v

Walaupun sebenarnya gue tau, lo pasti nggak berniat buat nemuin gue, tapi gue bakal tetap setia nunggu lo disini dan gue yakin lo pasti datang:)

Tertanda,
Thafa (Human Somse)°v°

Faris sedikit tersenyum membaca kalimat akhir dari surat tersebut. Sedetik Ia tertegun, kemudian melihat kearah jendela yang menampakkan awan yang begitu mendung, menandakan sebentar lagi akan turun hujan.

Ia kemudian menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan pelan. Dengan sigap, Ia melipat surat tersebut lalu Ia masukkan ke saku bajunya. Ia juga memasukkan buku-buku yang sempat tertunda tadi.

Dengan keyakinan penuh, Ia memakai jaket Jeans yang selalu setia dibawanya, lalu meraih tasnya kemudian melangkah keluar kelas, berjalan menuju ke arah belakang sekolah.

"Ngapain lo nyuruh gue buat nemuin lo disini?"

TBC

Sekali-kali ngegantung boleh ya? Xixixi
Karena sekarang jamannya ngegantung, apalagi soal perasaan. Aku cuman ikut jaman doang, tapi bukan soal Hati melainkan hanya sebatas story😂

Ngedekatin, buat nyaman, lalu ditinggalin:(

Sabtu, 24 Oktober 2020

Dilemma ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang