Walau aku nyusurin seluruh dunia, gak akan aku temui perempuan sebaik kamu, yang mementingkan perasaan orang lain dibanding perasaannya sendiri.
-Faris
_______Vote and comment ✨
________________Sudah 2 hari ini Thafa menjauhi Faris tanpa menjelaskan alasan pastinya. Thafa terus saja menghindar, apalagi melihat Dara yang setiap hari sepertinya memiliki rasa yang sudah terlalu besar pada kekasih nya.
"Thaf? Thafa, tunggu!" Faris mencoba menahan Thafa dengan menarik pergelangan tangannya yang membuat Thafa sontak menghentikan langkahnya.
Saat ini mereka sudah jadwal pulang sekolah dan sekarang Thafa dan Faris hanya berdua di dalam kelas. Dengan cepat Faris membalikkan badan Thafa agar menghadapnya.
"Kamu kenapa menghindar?" Tanyanya tak mendapat jawaban dari Thafa. "Kamu ada masalah?" Tanyanya lagi, namun masih sama, Thafa masih tetap diam.
"Apa aku buat salah sama kamu?" Tanyanya lagi, yang dibalas gelengan oleh Thafa yang masih menunduk.
Faris menatap Thafa intens, "Terus kamu kenapa? Bukannya waktu ditelpon kamu mau ngomong sesuatu sama aku? Mau ngomong apa?" Namun Thafa lebih memilih menggeleng.
Thafa memang sebenarnya ingin mengatakan cinta nya yang sudah full pada Faris, namun keadaan yang membuatnya harus memendam semuanya.
"Kalau memang kamu gak ada masalah, kenapa selama 2 hari ini kamu jauhi aku? Aku telfon buat nanyain kabar kamu gak diangkat, chat gak dibales. Aku jemput ke rumah kamu tapi kamu selalu berangkat cepat, pulangnya juga cepat serasa ngehindar. Kabar kamu mahal ya? Sampai aku harus balas dengan nahan rindu?" Faris sangat frustasi dengan mengacak rambutnya sendiri, melihat Tingkah Thafa yang akhir-akhir ini berubah.
Masih sambil menunduk, Thafa menggigit bibir bawahnya. "Aku mau kita ud-udahan." Air mata Thafa lolos dari pipinya, ia berat mengatakan hal itu.
"Ha!! Kenapa? Maksudnya apa?" Tak menjawab, Thafa malah menangis pilu.
Faris memegangi kedua bahu Thafa. Matanya yang memerah menandakan Faris begitu frustasi. "Aku ada salah ya, makanya kamu minta akhiri hubungan ini?" Thafa menggeleng.
"Terus, masalahnya apa?"
"Sahabat aku suka sama kamu. DARA SUKA SAMA KAMU." Ungkap Thafa sedikit berteriak menatap Faris.
"Terus kenapa? Kan aku cintanya sama kamu bukan sama dia. Emangnya dia nggak tau kalau kita pacaran?"
Thafa menggeleng, "Tapi aku gak mau nyakitin perasaan dia. Aku sayang Dara, jadi aku mau kamu ngelupain aku dan nerima Dara." Thafa perlahan melepaskan pegangan Faris di bahunya.
"Terus kamu mau ngorbanin cinta kita demi dia? Aku gak mau Thafa."
"Please Faris. Terima Dara sebagai pengganti aku. Kamu taukan dia punya penyak-"
Faris memotong ucapan Thafa, "Lalu kamu? Aku gak bisa terima dia. Karena sejatinya, mustahil memasukkan dua nama dalam satu hati." Tegasnya memeluk Thafa.
"Makanya lupain aku dan terima Dara, Faris. Aku mohon, demi aku."
"Thafa, aku gak punya perasaan sama Dara." Faris sepertinya udah mulai menangis, terlihat dari bahunya yang seperti bergetar.
"Aku mohon Faris! Aku hanya ingin buat sahabatku bahagia. Aku juga bahagia kok, liat kamu dengan dia."
"Dengan membuat dirimu tersiksa? Oke, kalau memang kemauan kamu seperti itu, aku akan turutin. Karena bagiku, permintaanmu adalah perintah bagiku." Thafa sedikit tersenyum di balik peluk Faris. "Tapi ada syaratnya. Kita jangan putus, kita backstreet aja." Lanjutnya mengajukan pernyataan seperti permintaan bersyarat.
Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Thafa memutuskan untuk menerima persyaratan Faris. Faris sedikit tenang dengan jawaban Thafa. Ia mulai mengusap air mata Thafa yang mulai sembab.
"Jangan pernah berniat untuk pergi dari aku lagi ya! Asal kamu tau, mencari dan membuka hati untuk orang baru itu sulit." Faris mengelus rambut Thafa dengan penuh cinta. Thafa tersenyum melihat perlakuan Faris yang menurutnya begitu sangat menyayangi dirinya.
"Faris?!!" Pekik Dara memasuki kelas sembari bergelayut manja di pergelangan tangan Faris. Thafa dan Faris berusaha bersikap seolah tidak terjadi apapun.
"Di cariin dari tadi, eh taunya ada disini. Kalian pasti lagi diskusi tugas kelompok biologi yang diberikan Bu Lisa, tadi kan?" Cerocos Dara yang dibalas anggukan asal oleh Thafa dan Faris.
"Ngapain Lo nyariin Gue?" Tanya Faris berusaha melepaskan pegangan Dara di lengannya.
"Gue mau Lo anterin Gue pulang. Soalnya, jemputan Gue lagi gak bisa jemput." Dara mengeluarkan suara yang begitu memelas.
"Lo nggak bisa naik angkot saja? Lagian kita gak searah." Lontarnya yang membuat Adara sedikit sedih.
"Gue gak biasa, pasti bau, panas, dempet-dempetan. Kalo penyakit Gue kambuh di angkot gimana?"
"Tapi Gue juga ga-" ucapan Faris terpotong tatkala melihat raut wajah Thafa yang mengisyaratkan agar Faris mau mengantarkan pulang Dara.
"Tapi kamu gimana?" Tanyanya nyaris tak bersuara seraya berbisik agar Dara tidak mendengarnya, namun Thafa hanya mengangguk seolah mengatakan kalo dia bisa pulang sendiri.
"Anterin gue ya!" Pinta Dara sekali lagi.
"Oke, tapi ini yang pertama dan terakhir." Balas Faris dengan tegasnya. Dara begitu senang mendengarnya. "Lo duluan aja ke parkiran!" Lanjutnya.
"Oke. Thafa, Gue duluan yah. Daaah!" Dara begitu senang, sampai dia tak memperhatikan raut wajah Thafa yang sepertinya menyembunyikan sesuatu.
"Gakpapa?" Tanya Faris menatap Thafa intens.
"Gakpapa, kan aku yang nyuruh. Udah sana! Takut Adara kelamaan nunggu."
Faris mencium kening Thafa, "Walau aku nyusurin seluruh dunia, gak akan aku temui perempuan sebaik kamu, yang mementingkan perasaan orang lain dibanding perasaannya sendiri." batin Faris.
"Yaudah aku duluan yah," Faris mengacak rambut Thafa.
Sepergian Faris, Thafa menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Setelah itu, ia bersiap untuk berangkat kerja.
•••
Sesampainya di depan rumah, Dara memaksa Faris agar masuk ke dalam rumah. Sedari tadi Faris berusaha menolak, namun tetap saja Dara kekeuh menyuruh Faris mampir. Faris terpaksa menerima ajakan Dara, karena kalau Thafa mengetahuinya, Thafa pasti akan marah.
"Eh Dara udah pulang?" Dara menyalimi tangan Abriana, di ikuti oleh Faris. "Bawa siapa nih, Dara?" Tanya Abriana seraya sedikit menggoda Dara.
Dara mesem-mesem.
"Tante paham, yaudah masuk yuk! Tante kebetulan baru selesai masak." Abriana mengangguk paham lalu mengajak keduanya masuk.
"Gak usah repot-repot tante, Faris mau langsung pulang saja."
"Gak mau mampir dulu?"
"Gak deh tante, makasih. Faris mau langsung pulang saja."
"Ada apa nih?" Tanya Athala yang baru saja habis nonton bola, menghampiri mereka di pintu.
"Ini om, kenalin namanya Faris." Dara menyalimi Athala diikuti Faris, sekaligus memperkenalkan Faris.
"Loh ini bukannya yang pernah sama Thafa waktu itu?" Batin Athala.
"Kalo gitu saya pulang dulu ya om, tante, Assalamualaikum." Pamit Faris meninggalkan rumah tersebut.
"Pacar kamu, Dara?" Abriana menggoda Dara.
"Calon pacar, tante hhe."
Athala hanya menyimak percakapan mereka.
TBC
Follow ig author juga yah: @reskyanandaaa
xixixiSenin, 11 Januari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilemma ✓
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Jika orangtuaku tidak menginginkanku dan kamu ternyata bukan milikku, lantas atas tujuan apa kakiku berpijak di bumi? Karena sepertinya, langitlah yang lebih menginginkanku dan tanahlah yang akan tulus mendekapku. ~ Startin...