17| Berbeda Kasta

196 24 10
                                    

Hal yang saat ini sangat ingin kau lupakan adalah hal yang akan sangat kau rindukan dari gue nantinya.
-Faris
_____

Bacanya jangan di skip, hargain aku yang udah ngetik banyak buat kalian.

Nih! Happy Reading Guyss ❤️
______________________

Pagi ini, kelas 12 Ipa 1 yang terkenal dengan jargon Fantastic, kini lagi free. Guru yang seharusnya mengisi mata pelajaran bahasa Inggris di jam pertama, izin gak masuk karena sakit. Alhasil, siswa kelas Fantastic ini sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing.

Ada yang sibuk membaca, ada yang asyik nonton Drakor, ada yang nongki-nongki, nyanyi-nyanyi di pojokan, main game online, asyik ngobrol, dan tidur pastinya.

Faris yang memang gak suka dengan suasana seperti ini, mencoba ingin mencairkan suasana agar teman-temannya tidak sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

"WOI! DIEM-DIEM BAE." Pekik Faris menggeprak meja yang membuat semuanya beralih pandang mengarahnya. "Daripada sibuk masing-masing, mending kita main tebak-tebakan." Usul Faris kepada semuanya.

"Tebak-tebakan gimana, Ris?" Tanya Aldi yang duduk di hadapannya.

"Yah tebak-tebakan. Masa kalian gak tau sih." Dengusnya.

Aksinya itu membuat Thafa yang tadinya serius membaca novel kini memutar kedua bola matanya lalu melanjutkan bacaannya kembali.

"Oke-oke gue ikut!" Gumam Aldi.

"Gue juga deh," tambah Rival.

"Gue juga dong," ujar Adit.

"Aku juga deh." Begitulah riuh suara yang ada di dalam kelas saat ini. Berkumpul di pojokan kelas dalam keadaan melingkar.

Thafa yang memang saat ini lagi banyak fikiran, tak mengurusi kegiatan mereka. Ia lebih memilih membaca novel, walaupun otak dan fikirannya masih saja memikirkan kata-kata kasar yang pernah dilontarkan ayahnya beberapa hari yang lalu. Mengingatnya saja, mata Thafa sudah memanas menahan air mata.

"Kalo gitu gue duluan yah!" Ujar Aldi memberi usul.

"Oke siapa takut," imbuh Faris.

"Emang benar ya, kalo tidur itu bisa hilangin ingatan?" Tanyanya.

"Siapa bilang?" Balas Faris kembali bertanya.

"Gue pernah baca di internet."

"Hoax."

"Kok hoax?"

"Soalnya, Gue tidur tiap hari, gak pernah tuh hilangin ingatan gue tentang Thafa. Malahan kebawa mimpi terus." Terangnya sambil mesem-mesem melirik Thafa.

Semua yang mendengar itu sontak berdehem, mengarah ke Thafa. Hal itu membuat Thafa geram, cukup dia memikirkan cacian dari ayahnya yang memenuhi otaknya saat ini. Jangan lagi di tambah dengan candaan Faris dan godaan dari teman-teman lainnya, karena itu membuat Thafa pusing.

"Ris, lo lebih pilih mana? Banyak tugas sekolah atau banyak PR?" Tanya Adit.

"Dua-duanya." Jawab Faris tanpa berfikir panjang.

"Lo nanya apa nantangin? Ya jelaslah Faris milih dua-duanya, orang dia pintar. Bego kok dipelihara sih?" Dengus Aldi menoyor kepala Adit. Adit hanya membalasnya dengan cengiran serta menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Gue milih dua-duanya bukan berarti gue pintar. Karena, gue memang suka tugas dan PR. Apalagi tugas mencintai dan PR menyayangi Thafa." Faris terus-menerus menatap Thafa, yang saat ini sepertinya memperlihatkan raut wajah yang begitu geram.

Dilemma ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang