43| Sad Moment

526 34 6
                                    

Sedang berada di fase pura-pura tidak peduli padahal sangat ingin seperti dulu lagi.
- Nanda (Author)
________

Bisa gitu tambahin Dilemma
ke reading list kalian:)
______________

Tittittit.

Suara Elektrokardiogram (EKG) menghiasi ruangan tempat Dara di rawat saat ini. Dara terkulai lemas dengan berbagai selang yang memenuhi tubuhnya, mulai dari wajah, dada dan pergelangan tangannya.

Terlihat dari luar UGD, sudah banyak orang yang menunggu di ruang tunggu dengan isakan tangis yang menggema. Mulai dari Athala, Abriana, mbok Minah, Hanif, Thafa, dan juga Faris.

Dokter yang baru saja memeriksa Dara, keluar dari ruangan yang membuatnya dihadang oleh Abriana.

"Dok bagaimana keadaan Dara, dokter?" Tak henti-hentinya Abriana menangis dengan sesenggukan tak kuasa menahan isak tangisnya.

"Kita hanya bisa berdoa kepada Tuhan. Karena akibat benturan yang teramat keras, membuat jantungnya semakin parah. Dan kini Ia sedang kritis."

"Hikss!! Apakah Dara bisa di sembuhkan Dok?" Abriana terus saja mendesak Dokter.

"Melihat kondisinya saat ini, sepertinya kita harus mencarikan pendonor jantung untuknya."

"Bantu kami dok! Kami akan membayar berapa pun, asal Dara bisa sembuh." Athala berujar, karena Abriana sudah tak mampu lagi berbicara.

"Kami akan berusaha mencarikannya pak. Tapi, kami tidak bisa menjamin akan mendapatkannya dengan cepat. Sedangkan kondisi pasien semakin buruk. Tapi tenang saja! Kami akan berusaha sebaik mungkin." Jelas dokter, "Baik pak, bu, saya permisi." Lanjutnya.

Mata Abriana sudah sembab, karena air mata yang sedari tadi sudah mengalir diwajahnya.

"Ini semua gara-gara kamu!! Kalau sampai ada sesuatu pada Dara. Kamu akan saya tuntut." Murka Abriana, menunjuk Thafa yang tengah duduk di hadapannya bersama Faris.

"Sudah Bu!! Gak enak di dengar pasien lain." Athala mencoba membujuk dan menenangkan Abriana.

Thafa tak menjawab apa-apa. Dia hanya terdiam, melihat ibunya sangat terpukul dengan keadaan Dara sekarang. Begitu juga dengan Athala, yang rela melakukan apa saja demi kesembuhan Dara.

Dadanya begitu sesak melihat kedua orangtuanya menangis, walaupun bukan karena dirinya. Perutnya mulas, kepalanya pusing dalam keadaan seperti sekarang.

Thafa berdiri dan ingin beranjak pergi.

"Kamu mau kemana?" Tanya Faris.

"Toilet," jawabnya.

"Biar aku antar," tawar Faris.

Thafa menggeleng, "Tidak usah, makasih. Aku bisa sendiri." Yang dibalas anggukan oleh Faris.

15 menit kemudian, dokter datang membawa kabar baik. Bahwa dokter sudah menemukan pendonor jantung untuk Dara.

"Suster, segera pindahkan pasien ke ruang Operasi sekarang!"

"Baik dok."

"Dok, Dara mau di bawa kemana?" Cemas Abriana melihat Dara di keluarkan dari UGD.

"Kita sudah mendapatkan pendonor jantung untuk pasien. Dan sekarang kita sudah siap melakukan operasi donor jantung nya."

"Alhamdulillah." Gumam semuanya.

"Lakukan yang terbaik dok!" Ujar Athala, yang dibalas anggukan oleh dokter.

Suster yang lainnya juga sudah mendorong pendonor yang sedang memakai masker. Melalui mereka yang sangat bersyukur karena akhirnya Dara bisa pulih kembali.

•••

Sekitar 30 menit proses operasi berlangsung. Dan akhirnya operasinya berjalan lancar.

Suster keluar ruang operasi sembari mendorong pendonor yang tubuhnya sudah  ditutupi kain putih. Melalui mereka yang sangat bersyukur karena akhirnya Dara bisa pulih kembali.

"Bagaimana keadaan Dara, dokter?" Abriana bertanya pada Dokter yang baru saja keluar.

"Alhamdulillah, operasinya berjalan lancar."

"Alhamdulillah." Gumam semuanya.

"Dan sekarang, pasien sudah bisa di pindahkan ke ruang VIP, butuh waktu beberapa jam sampai pasien bisa sadar."

"Kemana Thafa? Sudah hampir 1 jam dia ke toilet. Gue harus nyusul dia, siapa tau dia kenapa-kenapa." Batin Faris kembali khawatir.

"Dok, kalau boleh tau siapa orang berbaik hati, yang mau mendonorkan jantungnya pada anak kami?" Tanya Athala.

"Kalau soal itu, kami tidak bisa jawab pak. Soalnya beliau memin-" ucapan dokter terpotong, oleh Faris.

"Mbok? Mbok liat Thafa?"

"Tidak den."

"Lo liat Thafa, Nif?"

"Nggak. Bukannya tadi, Thafa sama lo?"

"Sedari tadi dia ke toilet. Tapi hampir 1 jam dia belum balik."

"Mungkin dia keluyuran." Celetuk Abriana.

"Kalau gitu saya permisi." Pamit dokter.

"Makasih dok."

"Permisi pak, bu, ini ada titipan dari seseorang." Ujar suster memberikan sebuah ponsel pada Athala.

"Itukan ponsel Thafa." Batin Faris.

TBC

Kalo kalian wattpader, kalian tim apa? Happy Ending or Sad Ending?

Selasa, 19 Januari 2021

Dilemma ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang