26| Tulus

153 26 5
                                    

Ada sesuatu yang sulit dijelaskan, ada luka yang sakit untuk diceritakan. Biarkanlah waktu yang menjawab semuanya.
- Thafana Ailinindya Athala
_______________

Happy Reading💕
___________

Seantero sekolah gempar dengan kabar jadiannya Thafa dengan Faris. Bagaimana tidak, mereka yang awalnya dikenal seperti tikus dan kucing, namun saat ini bisa bersama. Bahkan, berita ini sudah terdengar oleh para guru yang mengajar disana. Para guru memang sudah lama menantikan kabar ini, selain karena ingin membantu Faris, tapi mereka juga merasa jika Thafa dan Faris bersatu dapat menjadi partner yang baik dalam memajukan sekolah.

Waktu pulang sekolah telah tiba. Semua siswa maupun siswa perlahan namun pasti meninggalkan kelas satu persatu.

Seperti Thafa yang saat ini sudah membereskan alat tulis di atas mejanya, dan memasukkannya di sela-sela pakaian yang ada di dalam tasnya.

Karena merasa ada yang meniup-niup rambutnya, Thafa pun menoleh ke arah samping.

"FARIS?! Sejak kapan kamu disitu?" Tanyanya sedikit kaget, karena melihat Faris yang sudah disampingnya, dengan kedua tangan yang bertumpu di atas meja Thafa.

"Sebenarnya sudah lama, tapi kamu baru nyadarnya sekarang." Jawabnya menatap Thafa intens.

"Terus kenapa kamu natap aku kayak gitu?"

"Gakpapa, kapan lagi aku bisa liat wajah human somse' dari dekat." Jawabnya.

Thafa yang risih, seketika mengusap wajah Faris. "Alihin gak pandangannya!!" Titahnya, yang membuat Faris tersenyum geli melihat ekspresi Thafa.

"Kamu marah ya?" Tanya Faris.

"Marah kenapa?"

"Karena aku gak jemput kamu tadi pagi?" Jawab Faris, beralih duduk di sebelah Thafa.

Thafa seketika tertawa. "Hahhaa."

"Ya maaf, tadi Aku antar Helsi ke sekolahnya, soalnya papa aku ada urusan jadi gak bisa antarin dia."

"Faris, gini ya. Hubungan itu komitmen. Bukan malah jadi arogan dan ngekang pasangan. Bukan berarti kamu pacar ku, terus kamu harus antar jemput aku tiap hari. Kalo gitu, mending aku pacaran sama tukang ojek." Jawabnya menatap Faris.

"Lagian, aku sudah biasa kok naik angkot." Lanjutnya.

"Jadi kamu gak marah?"

"Buat apa marah sih? Kan Helsi lebih butuh, kalo dia kenapa-kenapa gimana?" Balas Thafa melanjutkan aktivitasnya yang tertunda.

Faris yang gemas dengan jawaban Thafa, langsung mengusap lembut rambutnya. "Hm, makin sayang." Gumamnya, "kalo gitu, hari ini aku yang anterin kamu pulang ya?" Lanjutnya.

"Thafa seketika termenung. Hari inikan aku harus kerja, kalo Faris antarin aku, aku pasti ketahuan." Batinnya.

"Thafa? Kok bengong sih, pulang bareng aku ya?"

"Engh, Helsi? Lebih baik kamu jemput Helsi aja, aku bisa pulang sendiri kok. Kan kasihan kalo Helsi lama nunggunya." Tampiknya menolak.

"Helsi udah pulang dari tadi, pasti udah dijemput sama papa."

"Bener? Siapa tau dia masih nunggu."

"Thafa, Helsi itu masih SMP. Jadi, jadwal pulangnya juga cepat. Yakali dia pulang kayak anak SMA." Tutur Faris yang membuat Thafa kehabisan kata-kata.

"Yaudah yuk pulang, keburu ke-sorean." Lanjut Faris, yang membuat Thafa menganggum terpaksa.

•••

"Stop!!" Gumam Thafa menepuk pundak Faris, yang membuat Faris berhenti didepan sebuah cafe.

Thafa menuruni motor.

"Kok turun? Ada apa?" Tanya Faris.

"Engh, nggakpapa kok. Aku cuman lapar aja, jadi pengen mampir." Tampiknya.

"Oh, kalo gitu, aku juga mampir deh, laper juga soalnya." Faris melepas helm dan hendak memarkirkan motornya, namun di tahan oleh Thafa.

"Gak usah! Kamu makan di rumah aja. Kalo kamu mampir, nanti kamu pulangnya kemalaman."

Faris mengerutkan keningnya, memandang Thafa yang sepertinya menyembunyikan sesuatu.

"Kalo aku pulang, yang anterin kamu pulang siapa?"

Thafa menggigit bibir bawahnya. "Engg, entar ayah aku juga bakalan kesini, jadi sekalian pulang bareng." Jawab Thafa. Jelas saja saat ini dia sedang berbohong.

"Oh yaudah deh, aku pulang ya?" Gumam Faris memakai helmnya kembali, yang dibalas anggukan oleh Thafa.

"Thafa, ini sudah jadwal shift kerja elo. Bos nyariin elo tuh didalam." Gumam salah satu karyawan cafe ini. Yang membuat Thafa berusaha mengode karyawan tersebut agar tutup mulut.

"Bos? Kerja?" Tanya Faris.

"Bos? Bukan, kamu salah dengar kali." Cengir Thafa menutupi kebohongannya.

"Kamu kerja disini?" Tanya Faris.

"Enggh."

"Jawab!! Aku gak suka kebohongan."

Thafa mengangguk. "Iya, aku kerja disini."

"Oh, jadi itu alasannya kamu bawa baju ganti?" Tanya Faris lagi.

"Kamu liat?"

"Iya, tadi waktu kamu masukin buku." Balas Faris.

"Sebenarnya aku ker-"

Faris memotong ucapan Thafa. "Udah gak usah dijelasin, aku paham kok. Udah masuk gih, nanti bos kamu marah." Titahnya.

"Gakpapa?"

"Iya, gakpapa." Balasnya mengusap rambut Thafa. "Pulangnya jam berapa?" Lanjutnya.

"Jam 07 malam."

"Kalo gitu, bentar aku jemput yah. Aku kerja di bengkel dulu." Gumam Faris yang membuat Thafa mengangguk.

"Kalo gitu, aku masuk dulu yah. Daah." Jawabnya tersenyum manis.

Namun belum jauh melangkah, Thafa membalikkan badannya kembali, lalu berjalan ke arah Faris.

Faris yang melihatnya sontak menaikkan alisnya. "Kok balik lagi?" Tanyanya.

Thafa tersenyum, kemudian mendekatkan mulutnya ke telinga kiri Faris. "Cintaku udah nambah jadi 30%." Bisiknya, yang membuat Faris tersenyum tipis.

"Makasih ya, udah mau memberiku kesempatan untuk mencintai dan dicintai." Gumam Faris menggenggam kedua tangan Thafa.

Thafa mengangguk, tatapan yang ditujukan pada Faris sangat sulit untuk dijelaskan. Apakah dia sudah benar-benar mencintai Faris? Entahlah, hanya author yang tau. Xixixi😂

"Yaudah, masuk gih! Bos kamu pasti udah nyariin." Titah Faris sekali lagi.

Thafa mengangguk. Tapi, entah bisikan dari mana, Thafa dengan cepat mengecup pipi kiri Faris, lalu berusaha berlari sekuat tenaga, agar Faris tidak menggodanya karena udah lancang mencium pipinya.

Sedangkan Faris yang mendapat kecupan tersebut, seketika termenung memegangi pipi kirinya yang masih setia di atas motor vespa kesayangannya itu.

Faris menatap Thafa dari belakang. Ia merasa masih terlalu banyak hal yang ditutupi Thafa darinya.

"Di matamu aku menangkap masih banyak yang kau tutupi dan berusaha kau tanggung sendiri. Aku tidak akan membiarkan kamu menanggung semua sendiri, aku janji aku bakal terus bersamamu. Aku tidak akan menuntut atau memaksamu untuk mengatakan semuanya. Tapi aku bakal membuat dirimu sendiri yang bakal mengungkapkan semuanya padaku. I'm here with you, Thafa." Monolog-nya. Dari Tutur kata serta matanya terlihat bahwa Faris begitu menyayangi Thafa.

To be continue ✨
Vote+Comment 😻

Jumat 27 November 2020

Dilemma ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang