12| The Bad Day

218 30 11
                                    

Banyak orang yang bilang "Jangan menilai seseorang dari pendengaran jika masih sanggup melihat." Padahal, tidak semua yang terlihat itu kebenaran, dan tidak semua yang terdengar itu kebohongan.
-Thafana Ailindya Athala
___________

Gimana kabarnya? Masih baik? Atau masih ada kabar yang ditunggu dari dia yang tak kunjung datang?😅🤣

Nih! Happy Reading Guyss ❤️
______________________

Matahari yang perlahan muncul, kini menampakkan sinarnya. Menyinari wajah Thafa yang masih tertidur lelap di ayunan kayu. Karena silau yang melanda matanya, perlahan ia membuka matanya.

"Hoaamm." Nguapnya sembari melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. "ASTAGA!! Udah jam 07 lewat 15 menit. Ya ampun, gue telat." Pekiknya, kemudian bergegas masuk kedalam rumah.

Bahkan mobil ayahnya di bagasi juga sudah tidak ada. Tak butuh waktu lama, Thafa sudah bersiap-siap untuk ke sekolah. Dengan aktivitas serba buru-buru, Ia lari tunggang langgang kesana kemari, mencari sepatu, tas, Bahkan kali ini Ia cuman mengikat rambutnya asal.

"Mbok, Thafa berangkat ya?" Thafa menyalimi tangan Mbok Minah.

"Ojeknya udah dateng, Non?"

"Belum Mbok. Thafa belum dapet-dapet ojolnya. Tapi, mungkin di depan pasti ada angkot. Thafa pamit ya Mbok, assalamualaikum." Jawabnya kemudian berlari keluar rumah, tanpa mendengar balasan dari mbok.

"Waalaikumsalam. Eh Non, bekalnya!" Teriak Mbok Minah, Namun Thafa sudah tidak ada lagi terlihat di pelupuk matanya.

"Aduh, udah dari tadi pesan ojol, tapi belum ada yang terima. angkot juga kok gak ada yang lewat? Nolak rejeki banget." Gerutunya berjalan, siapa tau ada angkot di depan sana.

"Gue coba lari aja deh. Siapa tau, di depan sana ada ojek atau bahkan angkot."

Ia berlari sekitar 5 menit. Namun di tengah larinya Ia berhenti, sebab kecapean. "Hosh, hosh. Capek juga ya," Thafa sudah ngos-ngosan memegangi perut dan lututnya.

Masih pagi, namun peluh udah banyak mengalir di dahi, membasahi bajunya.

"Pagi, Masa depan?" Gumam cowok, memberhentikan motornya tepat di samping Thafa.

"Ngapain Lo disini?"

"Telat juga?" Bukannya menjawab, Faris malah balik nanya.

"Lo nggak liat? Lagian, lo kok bisa ada di sini? inikan bukan arah rumah lo?"

"Tadi gue anter nyokap ke pasar dekat sini. Eh, tau-taunya ketemu Lo disini."

Tak menjawab, Thafa masih mengistirahatkan dirinya, agar nafasnya teratur.

"Mau berangkat bareng nggak?" Tanya Faris.

"Nggak usah, sebentar lagi gue pasti dapat angkot kok."

"Yakin? Gue denger-denger, hari ini semua sopir angkot pada mogok kerja."

Mendengar itu, membuat Thafa termenung. Todak mungkin Faris berbohong, sebab sedaei tadi belum satupun angkot yang lewat.

"Kalo gitu, gue pergi ya?" Lanjut Faris, akan menjalankan motornya.

"Eh-eh tungguin. Iya, gue berangkat bareng Lo. Tapi ingat, jangan modus!" Ujar Thafa.

"Iya, yaudah buruan naik! Nanti kita telat loh."

Dengan sigap Thafa menaiki motor Faris. "Yuk!" Titahnya.

"Pake helm dulu, nih!" Faris menyodorkan helm.

Dilemma ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang